Jam Kosong

1.4K 175 2
                                    

Vote and Comment
.
.
.
.

What if i fall?
Oh, but my darling
What if you fly?

.
.
.
.
.



Air yang melekat pada telapak tangan terpecik jatuh seiring kibasan yang dilakukan beberapa kali.

Merasakan bau daging asap tergantikan dengan harum sabun bervariant apel hijau.

Jam kosong.

Pernyataan tentang beberapa guru berkunjung ke dinas termasuk guru yang akan mengajar di kelasnya, membuat Taehyung dengan cepat melangkahkan kaki ingin kembali duduk di kelas dan menamatkan novel yang baru ia beli tadi malam.

Siapa siswa yang tidak suka jam kosong kan?

Namun langkahannya harus terhenti sejenak, memasang senyum paksa ketika seruan familiar dari wanita paruh baya memanggil.

Lee Jieun.

Ah, menyebalkan.

Pasti wanita ini ingin minta bantuan (Lagi). Baru ingin mengumpat (di dalam hati), tangan Taehyung ditariknya.

"Ikuti ibu saja." Begitu jawabnya saat Taehyung bertanya.

Tak berguna.

Hingga keingintahuannya berujung.

Memang tak lagi penasaran, tapi membuat penderitaan. Dapat disimpulkan rencana mengisi jam kosongnya hangus tak bersisa.

Gesekkan antara sepatu dan lantai menimbulkan decitan, Taehyung goyahkan pergelangan tangan agar terlepas dan jari-jari yang dihiasi kuku berwarna hijau itu.

Tapi sia-sia.

Tenaganya lemah karena jarang olahraga.

"Hei, hei! Tenang semua!"

Siswa-siswi yang awalnya ricuh berjalan kesana kemari, kini diam. Menoleh sembari duduk di bangku masing-masing.

"Hari ini ibu ada panggilan ke dinas, tapi kalian harus tetap belajar."

Ah-Taehyung tau apa yang akan orang tua ini katakan selanjutnya.

"Dan seperti yang kalian lihat, seseorang di sebelah ibu inilah yang akan menggantikan."

Bagus sekali.

Kadang Taehyung menguntuk mengapa terlahir sebagai orang pintar.

"Kalian sudah tahu kan ini siapa?

Sebenarnya ia tak masalah,

"Ini senior kalian, namanya-"

"Kim Taehyung."

Terkadang Taehyung senang mengajari kelas lain.

"Ya, benar sekali. Siapa tadi yang menyahut?"

Tapi,

"Saya. Jeon Jungkook."

Orang di dalam kelas itulah yang menjadi masalahnya.

.

.

.

.

.

"Paham?"

"Tidakk!"

"Saya sudah mengulang sebanyak lima kali, masa masih tak mengerti juga?" Taehyung bertanya, menekan setiap kalimat yang ada.

Total 10 soal yang harus ia ajarkan. Satu jam berlalu, dan masih mentok di soal nomer 4.

Bayangkan betapa muak jadi Taehyung.

"Hei kalian bodoh apa bagaimana? Begitu saja masa tidak mengerti?!"

Tepat. Pikirannya tersampaikan.

Tapi itu bukan Taehyung.

"Tak malu dengan anak SMP?"

Namun seseorang yang duduk di pojok kanan belakang, memutar pensil biru tua di sela jari-jari.

Jungkook.

Seseorang yang sedari awal kedatangan, Taehyung hindari tatapannya.

"Eh tiba-tiba ngerti masa?"

"Oh iya, begitu ternyata. Ngerti-ngerti!" Tiba-tiba siswa yang lain memekik menyatakan mengerti dengan lugunya.

Konyol sekali.

Tapi masa bodo, Taehyung raih spidol untuk melanjutkan ke soal berikutnya. Sempat ingin panjatkan terimakasih kepada seseorang yang tadi menyuarakan isi pikirannya.

Kenapa sempat?

"Sunbae!"

"Saya tidak mengerti."

Karena si cecunguk itu mulai berulah.

"Tadi bilangnya mengerti?"

"Mereka kan? Bukan saya."

Yang benar saja.

Jika bukan karena amanah, sudah Taehyung tinggalkan kelas ini sedari tadi atau sudah ia sumpah serapahi mereka mereka ini yang sengaja mengerjainya.

Tapi

Taehyung tersenyum sabar. Mengangguk, berpindah lagi pada soal sebelumnya bagai babu yang siap disuruh.

"Sunbae."

"Apa lagi?"

"Yang tidak mengerti kan hanya saya, Sunbae ajari di tempat saya saja tak perlu di depan kelas."

Taehyung menggeleng. "Sekalian."

"Tapi sia-sia, mau diajari 100x pun, kalau dari sana saya tidak akan mengerti."

Kurang ajar memang.

Dengan langkah sebal Taehyung hampiri barisan tempat orang itu duduk, menyebabkan senyum yang lebih tertangkap sebagai seringai terukir.

Ingin rasanya Taehyung cabik-cabik.

"Mana pensil mu?"

Taehyung menjelaskan dengan pelan, agar laki-laki yang ia anggap dungu itu mengerti. Satu per satu kalimat ia usahakan agar lebih mudah tercerna.

Namun yang Taehyung sadari adalah,

"Wajahmu lebih menarik dibanding soalnya, Sunbae."

Si raven malah memandangnya intens.

"Jungkook, jangan bercanda."

Sejak kapan ada orang yang terkekeh mendengar suara seriusnya?

"Baiklah, baiklah."

"Tapi, sebentar." Intrupsi Jungkook yang membuat Taehyung mengangkat alis, bertanya.

SRAK

GREP

Mata Taehyung membulat. Satu kedipan mata, Jungkook menarik tubuhnya. Dan kini,

Taehyung berada di atas pangkuan adik kelasnya itu.

"Lanjutkan." Jungkook berkata santai, melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Taehyung dari belakang.

Melayangkan pandangan kesekitar. Ada yang menahan tawa, banyak pula yang terbelalak sampai mungkin matanya akan keluar dari tempatnya.

"Jung-jungkook."

Sialan, mengapa suara Taehyung bergetar begini?!

"Hm?"

Taehyung menegang kedua kali, Laki-laki dibelakangnya merebahkan dagu pada bahu kirinya.

"Sunbae,"

"Seperti ini sampai pulang sekolah ya?"



Jungkook memang brengsek.

Turn Back Time (KOOKV) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang