Tamat

38 4 0
                                    

‘’Kesabaranmu dalam menanti jodoh akan berbuah manis, asalkan kau mau menjaga dirimu dari hal-hal yang mendekati maksiat. Sembari menantinya, perbaikilah dirimu terlebih dahulu. Sibukkan dirimu dengan hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratmu dan jangan mau menjaga jodoh orang lain.’’


‘’Maa syaa Allah, cantik sekali kamu, La.’’ Mbak Fela tukang rias memujiku. Aku tersenyum dan menatap wajahku ke kaca. Ya, hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Setelah beberapa hari dikhitbah Mas Hamid. Beberapa jam lagi aku akan resmi dan sah menjadi istrinya. Ya Allah! Hari ini aku begitu deg-degkan, jantungku berdegup kencang. 


‘’Eh, pengantin. Maa syaa Allah cantik banget.’’ Aisyah, sahabatku. Datang menghampiriku ke dalam. 


‘’Sebentar, Mbak.’’ lirihku kepada Mbak yang menghiasku. Dan aku menghampiri Aisyah yang berada di ambang pintu, kami langsung berpelukan. 


‘’Ya Allah. Makasih loh sudah hadir, Ai.’’ 


‘’Gimana? Deg-degkan nggak? Coba kupegang dulu dadanya.’’ Dia terkekeh.


‘’Ihh…Apaan sih, Ai. Sini masuk! Temani aku, sebentar lagi aku selesai dihias kok.’’

Dia pun bergegas masuk dan menghenyak di kursi.

‘’Kok duduk di sana, Ai?’’ tanyaku sembari kembali menghenyak di kursi, di depan cermin.


‘’Dimana lagi, La? Di atas ranjangmu? Nggak mungkinlah. Ranjangmu itu sudah di hias seindah itu dan nggak ada yang boleh duduk di sana walaupun aku sahabatmu.’’ Dia tersenyum.


‘’Kamu ya, Ai. Emang kenapa nggak boleh?’’ tanyaku sembari memperbaiki bedakku dengan tisue yang menurutku agak ketebalan.


‘’Itu hanya khusus untuk kedua pengantin.’’ Dia terkekeh. Aku hanya menggeleng dan menahan tawa. 


‘’Masih ada yang akan diperbaiki atau bagaimana, Mbak?’’ tanyaku sama Mbak Fela yang sedari tadi mematung memandangiku.


‘’Eh, ma’af ya Mbak. Gegara sahabatku, Mbak terlupakan.’’ Aku terkekeh.


‘’Masih ada, La. Biar mempelai lelaki semakin jatuh hati dan terpesona memandangimu.’’ bisik Mbak Fela di telingaku. 


‘’Ihh….Apaan sih, Mbak.’’ Aku mencubit perutnya. 


Beberapa menit kemudian, aku selesai dihias. Dan para tamu undangan sudah hadir, begitupun dengan Kak Hamid dan keluarga besarnya. Aisyah, Siti, Nindi, dan Vina menemaniku di kamar. Mereka adalah teman kuliahku. Dan juga Syarifah, dia adalah temanku waktu sekolah Pesantren dulu. Lalu Mbak Nabila, istrinya Arif. Istri dari seorang yang kucintai dulu. 

Salahkah  Aku Mencintaimu? (Revisi/Otewe Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang