‘’Kamu harus melupakannya mulai sekarang juga!’’ pinta Ibundanya.‘’Ya Allah! Apa maksud Ibu ini?’’ batinku bertanya.
Aku yang akan mencegah kepergian merekapun tak jadi.‘’Kalian hanya membuat ribut saja! Ayo ikut saya!’’ dia yang hendak menarik tanganku dan tangan wanita itu.
‘’Saya bisa jalan sendiri!’’ ketusku.
Diapun menggelengkan kepala, mengiringi aku dan Nabila keluar dari rumah sakit. Setibanya diluar.‘’Silakan pergi dari sini! Jangan membuat keributan lagi!’’ usirnya.
Nabilapun bergegas pergi dan seketika sempat mengancamku.‘’Dasar p*lakor! Awas lu ya! Gue akan membuat perhitungan sama loh!’’ ancamnya menunjukku dengan telunjuk kirinya. Lalu bergegas pergi, aku hanya istighfar dan menggelengkan kepala.
‘’Kenapa belum pergi juga dari sini Bu?’’ tanya berdiri didepan gerbang rumah sakit.
‘’Pak! Saya nggak salah Pak! Izinkan saya masuk, saya mau melihat Ibu saya yang tengah dirawat disini,’’ pintaku manatap Satpam itu.
‘’Ibu sudah bikin keributan disini! Sudah jelas dikatakan Ibu tadi kalau Ibu adalah p*lakor, masih aja berbohong! Heran deh! Pakai kerudung kok kelakuannya begini!’’ ngocehnya dengan kesal dan menggelengkan kepala.
‘’Pak! Jangan seperti itu bicaranya! Bagaimana jika istri Bapak yang begitu sholehah dituduh selingkuh dengan orang lain dan bagaimana perasaan Bapak?’’ aku menambah nada suaraku.
‘’I-iya, sakit hatilah saya dan saya nggak akan terima!’’ jawabnya gugup sembari menggarut lehernya yang tak gatal.
‘’Begitulah yang saya rasakan Pak! Bapak nggak tahu yang sebenarnya, langsung saja mencap saya sebagai p*lakor tanpa tahu yang sebenarnya! Bapak sungguh tega!’’ jelasku tanpa kusadari butiran bening itu lolos dari mataku.
‘’Bu-bukan begitu Bu, jadi semuanya nggak benar?’’ jawabnya gugup, dia seketika bingung melihatku.
‘’Bukan begitu bagaimana Pak? Menurut Bapak? Jika saya mau, bisa saja Bapak dan wanita itu saya laporkan. Karena itu pencemaran dan fitnah, tapi karena saya bukan tipe orang yang seperti itu makanya saya mengundurkan niat untuk tidak melaporkan. Apalagi kalau Papa saya sampai tahu akan hal ini,’’
‘’Ji-jika begitu saya minta ma’af Bu, saya nggak tahu kalau semua itu salah. Saya emosi karena melihat kalian berkelahi yang bisa membuat pasien jadi terganggu, makanya saya begitu mudah menerima tuduhan Ibu tadi. Sekali lagi saya minta ma’af Bu!’’ jelasnya sembari meletakkan tangan didadanya, pertanda dia meminta ma’af kepadaku.
‘’Ya udah Pak, sayapun meminta ma’af karena sudah bikin keributan. Saya mema’afkan Bapak! Tapi lain kali, tolong jangan diulangi lagi, jangan begitu mudah menerima tuduhan dari orang lain. Dan jangan begitu mudah mencap orang lain, sebelum mengenalnya terlebih dahulu. Saya tidak mau hal ini dirasakan oleh orang lain, cukup saya saja yang merasakan!’’ ketusku memperingatkan Satpam itu.
Pak Satpam itu menatapku lebih dalam, matanya berkaca-kaca. Sepertinya dia menyesali apa yang sudah diperbuatnya. Gegasku mengisi perut yang tengah keroncongan, langkahkupun terhenti.
‘’Ke-kemana Bu? Bukankah orang tua Ibu dirawat disini?’’ tanya-nya terbata, disangkanya kalau aku mau kembali pulang ke rumah.
Bersambung.
Penasaran? Yuk ikutin dan baca terus!
Instagram: n_nikhe
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Mencintaimu? (Revisi/Otewe Terbit)
Genç KurguCinta? Cinta adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya, tinggal bagaimana sikap kita. Memilih jalan yang benarkah? Atau malah memilih jalan yang salah? Memendamnya? Atau memilih untuk mengabadikan cinta tersebut menuju pern...