Salahkah Aku Mencintaimu 2

14 3 0
                                    

                       🌻🌻🌻🌻
Assalamua'laikum warohmatullah wabarokatuh, Readers. Semoga sehat selalu dan dimudahkan segala urusannya. Oh ya, alhamdulillah Author sudah update lagi. Yuk bantu vote, komen dan share sebelum membaca.
                     🌻🌻🌻🌻

Alhamdulillah aku sudah wisuda dua hari yang lalu. Sesuai dengan permintaan dan keinginanku, Mama mengadakan syukuran dengan mengundang khusus anak-anak yatim, berbagi rezeki dengan mereka. Dan tak lupa pula beliau mengadakan acara bersama teman-teman Mama dan Papa, begitupun dengan teman-temanku.

Kamarku terlihat berantakan, dipenuhi dengan hadiah-hadiah yang telah diberikan orang-orang tersayangku. Sedari tadi aku menyusunnya, tapi tetap saja memenuhi kamarku yang berukuran besar ini.

‘’Alhamdulillah, Ya Allah.’’ Batinku selalu mengucapkan syukur.

Tak lama kemudian ponselku berdering. Kuraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang itu. Ternyata ada pesan di aplikasi hijau.

‘’Nomor baru? Siapa ini?’’ nomor baru yang masuk dan ada tiga panggilan tak terjawab. Mungkin karena aku terlalu sibuk menyusun semua hadiah, tak kuhiraukan bunyi ponselku. Atau memang nada deringnya yang tak berbunyi? Ahh! Sudahlah. Yang penting kulihat pesan ini. Entah ada keperluan penting.

Degh! Mbak Nabila?

(‘’Lala, ini aku Nabila. Angkat dong. Aku ada perlu sama, kamu. Atau kita ketemuan sekarang, aku udah otewe nih.’’) Tulisnya. Apa aku tak salah baca? Berulangkali kubaca. Tapi memang benar. Mau apa dia? Ya Allah.

Dadaku terasa sesak, aku mencoba untuk mengatur napasku. Aku masih memandangi isi pesannya. Selama ini aku dituduhnya selingkuh dengan suaminya. Dia malah tak percaya dengan pengakuanku, kalau aku tak seperti yang dituduhnya itu. Eh, dia malah marah dan membenciku.

Dia tak percaya sedikitpun dengan apa yang kukatakan. Sekarang? Dia malah mengirimkanku pesan, dia meminta ketemuan dan memakai panggilan ‘’Aku’’ dan ‘’Kamu’’.
Aku tak habis pikir. Entah apa maunya. Semoga dia memang ingin mengakui kesalahannya. Tak lama kemudian masuk lagi pesan darinya, padahal belum kubalas.

(‘’La. Gimana? Kok kamu read aja? Aku udah otewe sejak tadi. Nanti kukirimkan tempat pertemuan kita. Kamu siap-siaplah dulu.’’) Tulisnya.

Tanpa berpikir lagi, aku segera membalasnya,(’’Iya, Mbak. Ma’af. Saya segera siap-siap.’’)
Balasku singkat. Kulihat hanya centang satu, itu artinya dia offline. Mungkin Karena dalam perjalanan.
Bismillah. Semoga awal yang baik.

Kumemutuskan untuk menukar pakaianku dan bersiap-siap. Setengah jam kemudian, aku sudah memakai gamis berwarna kuning emas yang dilengkapi dengan kerudung syar’i, tak lupa bedak my baby kutaburkan ke muka agar tak kelihatan pucat. Kuraih ponsel dan kumasuk-kan kedalam tas kecilku. Aku keluar dari Kamar, seketika langkahku terhenti.

‘’Kemana, Sayang?’’ Tanya mama menghampiriku.

‘’Pergi sebentar, Ma. Janjian sama teman Lala, Ma.’’ Jawabku. Agar mama tak cemas nantinya. Jika kubilang pergi menemui istrinya Arif nanti mama malah tak membolehkanku.

‘’Oh, hati-hati ya, Nak. Apa Mama antarkan saja?’’

‘’Iya, Ma. Nggak usah, Ma. Nanti Lala naik angkot aja, Ma.’’ Aku menolak.

‘’Yakin?’’ Tanya mama.

Aku mengangguk dan takdzim dengan mama,’’Assalamua’laikum, Ma.’’ mama pun mengecup keningku.
Aku melangkah keluar dari pekarangan rumah. Seketika ponselku berdering lagi. Gegasku ambil dari dalam tas.

‘’Mbak Nabila?’’

(‘’Di warung Uni Fadhilah aja, La. Sebentar lagi aku nyampe.’’) Tulisnya.
Apa? Alhamdulillah, syukurlah.

Salahkah  Aku Mencintaimu? (Revisi/Otewe Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang