Chapter 24: Surat Peringatan

65 18 2
                                    

Menghadapi petualangan besar yang dihadapi nanti, aku memutuskan untuk berlatih Esze dengan Almira. Entah apa yang akan kulalui nantinya, yang pasti aku tidak bisa mengharapkan jalan mulus tanpa hambatan. Karena hal itu tidak akan pernah terjadi di kehidupan nyata.

Bisa saja nanti aku kehilangan jalan saat mencari petunjuk, atau gagal mendapat kristal roh walau sudah berada di depan mata, atau bisa jadi aku harus bersaing dengan orang lain yang juga menginginkannya. Kemungkinan dari hal yang terakhir memang kecil karena informasi itu terbatas, tapi siapa tahu di luar sana ada orang yang berambisi sama sepertiku. Apalagi Kristal Roh Harapan mampu mengabulkan apa pun meskipun hal itu mustahil.

Aku masih belum bisa memikirkan kemungkinan terburuk lainnya. Bahkan aku tidak berani membayangkannya sama sekali. Biarlah waktu yang membuat mentalku siap untuk menerimanya.

Sebelumnya aku telah mengatakan tentang kristal roh pada teman-temanku yang masih berada di kota ini seperti Shella, Vian, dan Vani. Mereka tampak sedikit terkejut mendengarnya. Cahaya di mata mereka perlahan menyala kembali saat hampir padam, namun ketiga orang itu tak seantusias yang kupikirkan.

Tentu aku tahu mengapa mereka seperti itu. Baik Shella, Vian dan Vani sama-sama telah terikat dengan kota ini. Masing-masing dari mereka sudah memiliki orang yang disayangi di dunia ini. Kembali ke dunia asal itu artinya harus meninggalkan semuanya.

Tentu saja itu akan membuatmu kebingungan di antara dua pilihan. Kembali atau tinggal.

Aku pun demikian. Semua rekanku di Kelam Malam adalah orang terdekatku yang saat ini kumiliki di sini. Berpisah dengan mereka tentu akan menyedihkan. Walau mungkin ada kejadian atau sesuatu yang buruk, tetap saja waktu yang kulalui bersama mereka begitu menyenangkan. Mungkin aku akan merindukan cacian dari mulut Igresti, atau tinjuan tanpa belas kasih milik Grussel setelah berpisah nanti. Memang tidak masuk akal sih, tapi perasaan itu benar apa adanya.

Tapi ... keinginanku untuk kembali masih sedikit lebih besar. Aku sangat merindukan kedua orang tuaku. Mereka adalah orang yang selalu menyemangatiku setiap waktu. Pada saat aku dijahili di sekolah misalnya, mereka akan datang ke sekolah dan membawa masalah itu ke kepala sekolah. Rasa kasih dan perhatian yang mereka berikan membuatku mampu melewati masa-masa kelamku.

Bahkan pernah suatu ketika aku pulang dalam keadaan seluruh tubuh basah kuyup. Bukan karena berenang di sungai atau bermain hujan, tapi karena teman-temanku menyiramkan seember air bekas pel. Ayah adalah orang yang paling marah dan langsung menelepon wali kelasku.

Ia bahkan terang-terangan memarahi guru dan teman-teman yang merundungku di sekolah, kemudian mengancam akan melaporkan sekolah ke Dinas Pendidikan. Harus kuakui sikapnya cukup kasar, tapi aku merasa tenang. Namun hal itu tidak merubah sikap teman-teman dan kakak kelasku. Mereka tetap saja merundungku bukan dengan fisik, melainkan secara mental. Misalnya memanggil dengan nama yang kasar, menyuruh-nyuruhku, atau mempermalukanku di depan banyak orang.

Serius ... jika saja tidak ada Dimas yang selalu berada di sisiku, mungkin aku akan berpikir untuk bunuh diri.

Di duniaku sebelumnya aku juga memiliki seorang adik laki-laki berusia 7 tahun. Jarak usia di antara kami cukup jauh. Hal itulah yang berusaha menjadikanku sebagai panutan. Meski pun pada akhirnya tidak ada satu pun dariku yang pantas ditiru, dia tetap menghormati dan mengaggumiku sebagai kakaknya. Hubunganku dengannya terbilang cukup dekat. Terkadang ia sering memanggilku dengan kata-kata lucu yang membuat gemas.

Kalau bisa aku ingin bersamanya lagi, juga ibu dan ayahku. Aku masih ingin melihat mereka dan menghabiskan waktu bersama.

Aku sangat rindu keluargaku.

Karena itulah aku harus memulai perjalanan untuk pencarian kristal roh, apa pun risikonya. Saat berhasil mengumpulkan kesebelas benda itu menjadi satu, tentu saja aku ingin meminta untuk kembali ke dunia asal.

Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang