Chapter 39: Mengumpulkan Bahan Ramuan

37 5 0
                                    

Seketika mulutku mengeluarkan teriakan kecil tatkala mendapati tubuh Dimas yang panas. Suhu badannya sangat tinggi dibandingkan dengan suhu badan normal. Tanganku terasa seperti melepuh hanya dengan menempelkan ke kulitnya saja. Begitu kontras dengan hawa dingin di gunung ini.

Bersamaan dengan mulutku yang terus memanggil namanya, tanganku menggoyang-goyangkan tubuh pria itu berharap dapat membuatnya tersadar. Kendati demikian, Dimas tetap berada di alam tidur dengan napas yang berat. Tindakanku yang berulang kali memanggil nama Dimas rupanya membuat Shella terbangun. Gadis yang baru setengah sadar itu tampak berusaha mencerna situasi saat ini.

"Kenapa dengan Dimas?" tanya Shella dengan wajah kebingungan.

"Entahlah, tubuhnya panas sekali! Apa kau bisa membantuku memeriksanya?"

Mendengar kondisi singkat dariku, Shella beralih ke mode 'apoteker handal' meski dia baru saja terbangun dari tidurnya. Gadis itu mendekati Dimas dan memeriksa suhu tubuhnya. Begitu tangannya menyentuh dahi Dimas, ia sontak mengangkatnya kembali.

"Ya ampun! Tubuhnya panas sekali!" ujarnya dengan panik.

Shella segera mengambil tas besar miliknya yang berisi peralatan medis, lalu mengeluarkan beberapa alat dan perlengkapan. Gadis bersurai sepunggung itu mengenakan sarung tangan putih yang menjadi ciri khasnya ketika bekerja sebagai apoteker. Kemudian ia menaruh sebuah pipa kecil sepanjang satu jengkal di mulut Dimas.

Benda itu semacam alat pengukur suhu tubuh berbasis alkohol. Cara kerjanya sama persis mirip termometer di duniaku dulu. Dekatkan alat itu dengan badan pasien, maka air alkohol akan menunjukkan suhu tubuh. Yang berbeda hanyalah satuan pengukur yang ada di alat itu. Di dunia ini tidak menggunakan satuan derajat suhu di duniaku sebelumnya, melainkan satuan lain yang disebut pip. Suhu normal manusia berada di sekitar 14 hingga 16 pip.

Kenapa aku bisa tahu hal itu? Di saat aku jatuh sakit sebelumnya di Glafelden, suhu tubuhku diukur menggunakan alat itu.

"Ya ampun! Suhu tubuhnya mencapai 19 pip. Tinggi sekali!" pekik Shella. Hal itu membuatku terkejut.

"Apa kau nggak punya sesuatu untuk menurunkan suhu tubuhnya?"

Tidak membalas pertanyaanku dengan kata-kata, Shella menunjukkannya dengan mencari sesuatu di dalam tasnya. Beberapa saat kemudian, dia mengeluarkan beberapa potong kain berukuran kecil yang dilapisi semacam plastik tipis transparan. Aku tidak tahu namanya secara pasti, tapi sepertinya benda itu berguna untuk menurunkan suhu tubuh.

Shella menempatkan sepotong kain ke atas dahi Dimas. Setelah dikeluarkan dari bungkus plastiknya, kain itu merekat kuat pada kulit. Mungkin benda ini semacam plester penurun demam yang telah ditemukan di dunia ini. Aku belum pernah mencobanya, tapi sepertinya benda itu berguna.

Gadis bersurai panjang itu lalu membuka kancing jaket tebal dan kemeja yang dikenakan Dimas. Peluh keringat membasahi otot-otot bidang yang ada pada dada dan perut pria itu. Shella menaruh beberapa potong kain lagi di atas badan Dimas, berharap plester ini dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Seketika itu, Shella terdiam sejenak. Matanya memperhatikan sesuatu pada tubuh Dimas yang tak bisa kulihat dari sisi ini.

"Anggi, bantu aku memiringkan tubuhnya!"

"Baik," balasku dengan cepat tanpa pikir panjang.

Aku membantu Shella memiringkan badannya agar menghadap ke sisiku, sementara gadis itu memeriksa punggung Dimas dari sisinya. Matanya terpaku pada satu sisi. Tangan kanannya perlahan-lahan mendekat pada punggung Dimas. Bukan untuk menempelkan plester penurun demam, melainkan meraba-raba kulitnya. Aku tidak bisa melihat apa yang ada di sana. Jadi tidak tahu apa yang membuat Shella begitu terlihat ketakutan.

Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang