Chapter 23: Sang Pangeran Mahkota

68 21 2
                                    

"Memang seperti itu ceritanya! Aku tidak bohong atau mengarang!" tegasku dengan lantang di hadapan semua orang.

Saat ini aku berada di ruang berukuran 3x5 meter yang keempat sisi dindingnya terbuat dari kayu yang sudah lapuk. Setelah sampai di Glafelden, tentu saja aku langsung menuju markas Kelam Malam. Mengagetkan semua orang dengan mendobrak pintu dengan keras adalah hal yang pertama kali kulakukan.

Igresti terbangun dari tidur dan melompat dari sofa karena saking kagetnya. Jaester yang tengah membuat sarapan menghentikan aktivitasnya. Sementara dua anggota perempuan, Nina dan Diana menyambutku dengan hangat. Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Grussel, jadi kugedor saja pintu kamarnya berulang kali. Pria tua bajingan itu begitu terheran melihatku, hingga beberapa detik selanjutnya tangannya langsung menggamparku yang sudah membangunkannya.

Selang beberapa menit, Grussel langsung menarikku dan semua anggota pemburu ke dalam ruang pertemuan. Ekspresi mereka bermacam-macam, aku menangkap ekspresi kebahagiaan yang tersirat ketika bertemu denganku kembali.

Aku menceritakan semua yang terjadi, mulai saat terbawa oleh kargo pedagang secara tidak sengaja sampai bertemu dengan Pangeran Ketiga Kerajaan Elvian Barat, Keylan. Ah, tapi tentu saja menyensor bagian saat aku disekap di bawah tanah oleh kelompok misterius. Takut akan membuat mereka semakin khawatir, terutama Dimas yang mungkin akan cemas berlebihan.

Satu-satunya yang palsu dari ceritaku adalah aku mempelajari teknik-teknik Esze di sana. Aku berbohong seperti itu pada mereka guna memaklumi waktu kepulanganku yang lama.

Mulanya mereka menduga aku hanya mengada-ada. Dimas yang melihat Pangeran Keylan sendiri menjadi saksi atas pernyataanku, walau ia tidak bisa membenarkan seluruh ceritaku. Tidak lupa juga menunjukkan sebatang viglet yang diberikan Pangeran Keylan guna memperkuat bualanku.

"Kalau begitu aku mempercayaimu, Anggi!" ujar Grussel sambil berdehem sekali. "Ceritamu bisa dibilang sangat menarik. Akhirnya setelah puluhan tahun hidup, aku tahu bagaimana kehidupan Elvian di hutan sana. Yah, itu wajar saja, sih. Mereka tak pernah terbuka dengan kita. Jadi kita tak tahu apa-apa tentang mereka selain telinga mereka yang panjang."

"Sepertinya itu tempat yang sangat menarik."

"Rumah di atas pohon raksasa, ya? Hmm ... andai aku bisa ke sana!"

Baik Nina maupun Diana, nampaknya begitu terkesan dengan kota Ruvia yang kuceritakan. Harus kuakui, tempat itu memang begitu indah sampai bayangannya selalu melekat di dalam kepala. Bahkan untuk penduduk dunia yang terbiasa dengan magis dan monster, pemandangan itu tetap menjadi hal yang luar biasa.

"Tapi ... apakah pangeran Elvian itu dapat dipercaya? Pria itu sudah tahu identitasmu yang sebenarnya, bukan?" Grussel melirikku dengan tatapan tajamnya.

"Apa maksud dari perkataanmu, Bos?"

"Aku sudah pernah memberitahumu, kan? Haier-Elvian memiliki kemampuan mengendalikan Esze lebih kuat dari siapa pun. Memang saat ini kau tidak bisa apa-apa. Tapi bakatmu itu nyata. Akan ada banyak orang yang menginginkan kekuatanmu. Kau yakin pria itu bukan termasuk salah satu dari mereka? Lagi pula, apa kau tidak merasa curiga dengan sikapnya yang terlalu baik padamu?."

Tunggu dulu! Kenapa pria tua bajingan ini tiba-tiba menjadi sok peduli? Biasanya ia selalu bersikap apatis terhadap hal selain pekerjaannya. Wajah buasnya sama sekali tidak selaras dengan sorot mata yang dipenuhi kekhawatiran. Jujur, aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat ini. Namun suasana di ruangan ini entah mengapa berubah menjadi sangat kental dan serius.

"A-Aku yakin. dia tidak memiliki niat untuk memanfaatkanku," jawabku terbata-bata.

Memang jika aku berburuk sangka, pangeran ketiga itu mungkin memiliki sebuah maksud terselubung dengan mendekatiku. Misalnya saja merekrutku untuk membantunya menjadi pewaris takhta kerajaan melangkahi kedua kakaknya.

Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang