Tanpa kusadari, matahari telah merangkak naik ke atas kepala. Panas seharusnya menyambar ketika sang Surya bersinar terik. Namun aku tak perlu khawatir terpanggang. Kumpulan pohon tinggi di sekitar melindungi kulitku dari sengatan matahari. Dedaunan tampak lebat dan rindang. Membuat naungan untuk siapa pun yang berada di bawahnya.
Aku tengah berada di Hutan Tenerif, hutan yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Elvian Barat. Bersama Almira, kami menyusuri tepian sungai besar yang membelah hutan. Terlihat sesekali wanita itu menatap ke daratan seberang, mungkin rindu dengan tempatnya berasal. Sementara aku memandangi Sungai Kelan, tempat aku dan teman-temanku datang pertama kali ke dunia ini. Kami berdua berjalan dalam senyap. Berusaha melewati bebatuan sungai dan pasir berkerikil.
Di sekitar sini tidak ada siapa pun, aku melepas topi jerami bundar pemberian Kak Shella dan menyampirkannya di belakang leher. Begitu pun Almira yang tampil percaya diri dengan sosok Elviannya. Indera tajam kami bisa merasakan jika ada seseorang mendekat. Jadi kami berdua tak takut bila kedapatan terlihat oleh orang lain, asalkan kami tidak lengah. Rasanya sangat bebas dan menyenangkan ketika membiarkan rambutku dibelai oleh angin semilir seperti ini. Rasa nyaman yang takkan pernah kudapatkan ketika kepalaku tertutup tudung.
Sudah sekitar satu setengah jam kami meninggalkan gerbang kota Glafelden. Aku tidak memiliki ide ke mana Almira akan membawaku. Biasanya saat wanita itu memberiku pelatihan Esze, kami pergi ke hutan yang tak jauh dari kota. Namun, aku tak ingin protes. Aku terus mengikutinya berjalan mengikuti anak sungai kecil yang mengarah ke hutan dalam.
Setelah berjalan lagi hampir satu jam, Almira berhenti. Aku mengerjapkan kedua mata beberapa kali. Ternyata anak sungai yang tadi diikuti mengarah ke sebuah telaga di dalam hutan. Tempat ini sangat lembab dan minim cahaya. Meski kutahu matahari di atas sana sedang bersinar terang. Cahaya yang sampai ke bawah sini hanya berupa garis-garis cahaya saja. Terhalang oleh rapatnya baris pepohonan serta rimbunnya dedaunan. Danau ini cukup luas. Kira-kira besarnya seperti lapangan bola. Batu-batu kali dan kerikil di pinggirnya tersusun rapi, yang sekilas mirip dengan buatan manusia. Dengan ratusan ikan berwarna-warni yang berenang gembira, menjadikan danau ini elok dipandang mata.
"Tempat yang indah!" seruku kegirangan. "Kita akan berlatih Esze di sini?"
"Tentu saja. Tempat yang nyaman dan sepi bisa membantumu lebih berkonsentrasi."
Almira menaruh tas pinggangnya ke atas sebuah batu kali. Permukaannya rata dan cukup lebar hingga perempuan itu bisa duduk di atasnya. Melepas sepasang sepatu kulit yang melapisi kakinya, kemudian meletakkannya dekat tas pinggang.
Ia melirik padaku. "Kenapa bengong? Cepat lepas alas kakimu dan ikut aku ke dalam danau!"
"Eh, baik!" balasku spontan.
Aku buru-buru melepas sandalku. Setelah itu mengikuti Almira yang sudah berada masuk ke dalam air. Dasar danau ini dipenuhi bebatuan kali yang kecil dan tajam. Aku harus berhati-hati jika tak mau terjatuh dan terluka. Ketika air sudah mencapai betis, aku harus memegang ujung gaunku yang berenda agar tidak basah. Pakaian ini adalah pemberian Shella, aku tak bisa mengotorinya begitu saja.
"Kenapa kau jadi bertingkah seperti putri bangsawan? Cepatlah ikuti aku atau aku takkan mau mengajarimu lagi!"
Baiklah. Persetan dengan baju ini! Biarlah nanti aku meminta maaf pada Shella karena telah mengotori bajunya. Lagipula ia sudah tahu kebiasaanku yang sering pulang dalam keadaan kotor. Aku mempercepat langkahku mengikuti Almira. Dasar danau sudah semakin dalam hingga mencapai paha dan semakin ke atas. Hingga akhirnya kami tiba di tengah-tengah danau dan membenamkan pinggang dan kakiku.
Almira berhenti dan berbalik menghadapku. "Nah, Anggi! Sebelum kita mulai latihannya, coba kau sebutkan lagi definisi Esze!"
"Hah, mengapa? Kita sedang tidak berada di ruang kelas, bukan? Memangnya apa yang kudapat dengan menjelaskan definisinya? Nilai A? Peringkat kelas?" protesku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang Penyihir
FantasyPada awalnya, aku hanya mengikuti pelantikan anggota baru Klub Taekwondo yang diadakan di awal tahun ajaran baru. Namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja benda misterius yang menyeretku dan teman-temanku ke sebuah hutan antah berantah. Aku pun...