Chapter 29: Jebakan Padang Rumput

53 18 4
                                    

Kali berikutnya aku membuka kedua mata, cahaya matahari sayup-sayup mengintip dari balik pegunungan. Sinarnya yang hangat membelai pelan wajah ini dan menyingkirkan hawa dingin di sekitar. Embun pagi menyelimuti dedaunan dan ujung ranting, menciptakan permadani berkilau di bawah sinar mentari.

Aku mencoba bangkit dari tidur, meregangkan tangan serta badan yang kaku, lalu berdiri dan mendekat ke arah aliran sungai. Cahaya pagi memantul di permukaan air, menciptakan ribuan kilauan kecil yang menari-nari mengikuti aliran sungai. Aku menangkupkan tangan untuk menampung air dan meminumnya. Rasanya segar seperti baru keluar dari mata air. Beruntung semalam kami bisa menemukan tempat istirahat dekat dengan sumber air. Kudongakkan kepala ke atas, awan-awan tipis berwarna merah muda dan oranye perlahan menghilang, memberi jalan pada langit biru yang semakin luas. Benar-benar hari yang cerah setelah hal mengerikan yang kulalui semalam.

Setelah diserang kawanan Kelelawar Vampir Hitam, aku beserta Dimas dan Kak Shella mencari tempat yang aman untuk bermalam. Nasib baiklah yang membawa kami kemari. Selain dekat dengan air, wilayah ini masih ditumbuhi oleh pepohonan raksasa, sehingga akar besarnya masih bisa dimanfaatkan untuk berlindung dari serangan binatang.

Kami tidak tidur berbarengan tentu saja. Harus ada seorang yang berjaga untuk membangunkan yang tertidur jika ada sesuatu yang tak beres. Karena sudah terbiasa berburu, hanya aku dan Dimas saja yang berjaga.

Aku sudah berjaga tiga jam pertama, sementara Dimas setelahnya. Harusnya lelaki itu tetap ada di sebelahku dan Kak Shella. Namun entah mengapa sosoknya tak bisa ditemukan.

"Paling-paling ia hanya pergi sebentar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan di dekat sini," pikirku dalam hati dengan sedikit cemas.

Kemudian aku menggelengkan kepala. Dari pada memusingkan dirinya, lebih baik kugunakan waktu ini untuk mandi. Setelah semalam bertarung, tubuhku sepertinya berbau kelelawar. Untungnya noda darah binatang itu mudah dibersihkan. Satu hal yang membuatku kesal adalah memulai perjalanan dengan pakaian kotor.

Tanganku melepas helai demi helai pakaian yang kukenakan, lalu menaruhnya di atas batu sungai besar di tepian. Pandangan mataku kemudian jatuh pada dua gundukan bukit yang terbalut dengan kamisol. Dibandingkan dengan bra di dunia modern, pakaian ini lebih seperti blus ketat yang dikenakan sebelum memakai pakaian luar. Di dunia ini pakaian dalam termasuk barang mewah, sehingga perempuan kalangan menengah ke bawah tidak memakainya. Sebagai manusia modern yang berakal dan memiliki rasa malu, aku dan teman-teman perempuanku membuat sendiri beberapa set pakaian dalam untuk kami sendiri. Sedangkan untuk kamisol mewah yang kukenakan ini lain cerita, aku mengambilnya ketika Kelam Malam tengah merampok rumah pejabat kota.

Untuk sekarang, lebih baik lupakan saja masalah itu.

Tanpa sadar, tanganku sudah membelai pelan kedua gundukan yang ada di tubuhku. Aku menghela napas panjang. Sejak pertama kali tiba di dunia ini, entah mengapa dadaku semakin membesar. Ketika pertama kali datang ke dunia ini, aku bisa disebut papan cucian. Tapi kini ukurannya membesar hingga bisa memenuhi telapak tangan. Padahal, ketika di duniaku sebelumnya dadaku tidak pernah sebesar ini.

Aku sering memergoki beberapa lelaki bahkan Dimas memandangi dadaku dengan penuh gairah. Benar-benar menjijikkan. Ingin sekali kutendang wajah mereka satu per satu hingga tidak bisa melihat lagi. Memang rasanya memalukan jika menjadi objek birahi para lelaki. Tapi di lain pihak, bangga karena aku memiliki daya tarik yang sanggup mengalihkan perhatian orang-orang.

Tanganku masih meraba-raba buah dadaku. Ini terbilang cukup besar. Mungkin ukurannya sama dengan Shella yang proporsional. Aku penasaran, apa mungkin dadaku bisa tumbuh lebih besar lagi layaknya wanita dewasa seperti Almira?

Di saat aku tanpa sadar masih mengelus-elus dadaku, tiba-tiba sebuah suara lelaki berdeham datang mengagetkanku.

"Ehem ... apa kau yakin terus seperti itu sementara aku tepat di sampingmu?"

Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang