Embun pagi menyelimuti gerbang barat Kota Glafelden, membasahi atap-atap jerami dan batu. Cahaya pertama fajar mulai mengintip dari balik horizon, perlahan mengusir kegelapan malam. Secercah garis-garis matahari memotong kepekatan langit malam. Suara kokok ayam jantan memecah kesunyian, diikuti oleh derit pintu kayu yang berderit saat dibuka.
Lampu-lampu dalam bangunan satu per satu mati. Sebagian penduduk kota baru saja terbangun dan bersiap untuk memulai kesibukan. Meskipun ada sebagian di antaranya yang memilih tetap terlelap di atas kasur hangat hingga matahari muncul sepenuhnya. Orang-orang berlalu-lalang di jalan dan mulai beraktivitas, seakan membangunkan kehidupan di kota ini. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka bila aktivitas mereka hari ini tidak akan berjalan dengan lancar.
Penduduk pinggir kota biasanya selalu bepergian ke pusat kota, karena di sanalah pusat aktivitas Kota Glafelden berada. Di sana terdapat wilayah perkantoran serta biro-biro baik dari pemerintahan atau swasta, yang menjadi tempat bekerja dari dua ribu orang pekerja. Restoran dan kedai lebih ramai dari pada di pinggir kota karena letaknya strategis. Juga ada sekolah dan akademi sebagai tempat menimba ilmu dari lima ribu siswa. Selain itu, masih ada lagi pusat aktivitas lainnya seperti pasar dan teater. Suasana di pusat kota lebih hidup dan nyaman dari segala tempat di Glafelden.
Namun hari ini para penduduk kebingungan karena adanya blokade dari Ksatria Elit di jalan utama menuju pusat kota. Para prajurit itu tidak memperbolehkan siapa pun yang lewat tanpa terkecuali, jika ada yang melanggar maka akan dibunuh. Sebuah hukuman yang lebih berat dibandingkan dilempar ke penjara seperti yang pernah diterapkan sebelumnya di kota ini. Karena itulah para penduduk tidak berani protes dan terhenti di sana.
Ksatria Elit tengah menjalankan perintah Kapten Guffiy yang menyuruh mengepung pinggir kota dekat dengan gerbang barat. Karena di tempat inilah ia mencurigai keberadaan targetnya berada. Tidak hanya di jalan utama saja, Ksatria Elit juga memblokade jalan lainnya agar tak ada satu orang pun yang lolos.
Guffiy membagi satu peleton Ksatria Elit yang berjumlah tiga puluh orang menjadi tiga bagian utama. Satu bagian untuk memblokade jalan, satu lainnya untuk menggeledah rumah-rumah, dan sisanya berpatroli barangkali ada orang yang mencoba kabur atau bersembunyi.
"Ada apa ini? Apa yang sedang kalian coba lakukan?" protes seorang pria sangar dengan nada yang keras. Ia adalah guru sekolah tingkat satu di pusat kota. Karena jarak antara rumah dan sekolahnya cukup jauh, mau tak mau ia harus berangkat pagi-pagi sekali dengan berjalan kaki. Keterlambatan adalah hal yang tak bisa ditolerir sebagai guru sekolah. Untuk alasan itulah ia tampak sangat gusar.
Salah seorang Ksatria Elit mendorongnya pelan dan menyuruhnya menjauh. "Ini tidak akan lama jika kalian kooperatif. Kami hanya akan memeriksa kalian. Jika kalian memang bukan target yang kami cari, kalian akan dibebaskan."
"Target? Lagi-lagi alasan itu! Kalian sudah mengacaukan kota ini hanya dalam empat hari saja! Apa kalian tidak bisa segera pergi dari—."
Seketika itu juga prajurit tadi mencabut pedang dari sarungnya dan mengarahkannya pada guru itu. Suara logam yang bergesekan dengan sarung pedang terdengar nyaring dan langsung menjadi pusat perhatian orang di sekitar.
Semua orang menahan napas dan tercengang, apalagi guru pemarah yang tengah diacungkan pedang. Pria itu tak lagi bisa menyuarakan kekesalannya. Ia hanya diam sembari menatap prajurit itu dengan tatapan tajam. Beberapa orang di sampingnya mencoba menenangkan guru pemarah itu dan menjauhkannya dari si prajurit.
Kemudian prajurit itu mengeluarkan suara lantang sembari mengangkat tinggi-tinggi pedang yang digenggamnya. "Dengar semuanya! Kami hanya meminta kalian untuk bersikap kooperatif! Tidak akan ada yang terluka selama kalian mau bekerja sama. Bagi siapa pun yang menentang, akan dinyatakan sebagai kriminal dan dieksekusi di tempat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang Penyihir
FantasiPada awalnya, aku hanya mengikuti pelantikan anggota baru Klub Taekwondo yang diadakan di awal tahun ajaran baru. Namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja benda misterius yang menyeretku dan teman-temanku ke sebuah hutan antah berantah. Aku pun...