Dalam ruangan kecil, lembap dan minim cahaya, aku duduk di atas kursi kayu keras dan rapuh. Keempat kakinya tidak sama panjang, tubuhku berulang kali bergoyang bila hendak merubah posisi. Perasaan tidak enak dan ketakutan menyelimuti hati. Bukan karena aura sangar dari jejeran senjata yang dipajang di seluruh dinding, atau deritan binatang-binatang pengerat di atas plafon yang bisa saja jatuh kapan pun. Namun karena keberadaan pria besar yang duduk di balik meja di hadapanku.
Kedua tangannya disatukan di atas meja. Seolah sengaja memamerkan satu set otot yang terbentuk sempurna dari atas bahu hingga turun ke lengan. Baju singlet yang ia kenakan menambah kesan seksi meski usianya sudah menginjak lima puluh tahunan. Kumis serta janggutnya adalah sumber terbesar penghasil hawa intimidasinya. Membuat siapa pun yang melihat pria itu akan menaruh hormat padanya. Tentu saja. Karena dia adalah Grussel, ketua tim pemburu 'Malam Kelam' yang terhebat di kota ini. Keberadaan tim pemburu ini rahasia. Hanya secuil orang yang tahu tentang hal ini. Sedangkan bagi kebanyakan orang, Grussel dihormati sebagai mantan panglima perang kerajaan.
Matanya menatapku dengan tenang, namun mematikan. Bila tatapan mata bisa membunuh seseorang, mungkin aku sudah mati ratusan kali dari tadi karenanya.
Pria itu dengan pelan mengangkat kedua tangan guna menopang dagunya. "Sebelumnya Igresti sudah menyampaikan hal ini padaku. Tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu. Anggi ...." Suaranya berat dan ada sedikit penekanan nada ketika menyebut namaku. "Apa di perburuan malam kemarin kau mengacau?"
Aku langsung melemparkan pandangan pada Igresti yang duduk di samping, pria sialan itu balik menatapku sinis. Di ujung bibirnya tersimpul senyum licik, jelas ditujukan padaku.
"Dasar bajingan tengik! Sepertinya ia memang punya dendam pribadi padaku. Kalau memang begitu, selesaikanlah secara pribadi. Bukan dengan menjatuhkanku seperti ini!" umpatku dalam hati.
Seketika itu juga Grussel berdehem. Menegaskan bila ia sedang menunggu jawaban yang berasal dari mulutku. Bagaimana ini? Igresti memang bermulut besar, aku yakin ia menambahkan bumbu pedas lain ke dalam ceritanya pada Bos. Tapi hal yang tak bisa dipungkiri adalah inti permasalahannya memang murni karena kesalahanku.
Keringat mengucur setetes demi setetes dari dahiku. Hawa intimidasinya besar, membuatku terselimuti ketakutan. Bibir ini tak sanggup mengucap, mata pun tak mampu menatap. Hanya terdiam menanti waktu berakhir. Sampai akhirnya Dimas yang semenjak tadi berdiri di samping, menyentuh bahuku. Memberi secercah kehangatan guna menyingkirkan kekalutan dalam hati. Matanya lembut memandangku. Senyum tipis tampak pada wajahnya.
"Bos! Aku tahu Anggi melakukan kesalahan. Persis apa yang dikatakan oleh Igresti. Harus kuakui, kesalahannya memang terlalu bodoh. Tapi bisakah kau maafkan dia?" ujar Dimas dengan suara yang tegas. Yang bahkan tak termakan oleh hawa intimidasi gila yang bos keluarkan.
Grussel melirikan matanya pada pria yang menentangnya. "Kau ... ingin jadi pahlawan untuknya? Kau pikir itu akan menyelesaikan semuanya?"
"Tentu tidak. Tapi tolong pertimbangkan, mengingat kami belum lama berada di kota ini. Sudah pasti banyak hal yang belum kami ketahui. Jadi, aku mohon kebijaksanaan Anda!"
"Kau tahu? Aku benci kegagalan."
Pria tua berotot itu tampak gusar. Berdirilah ia dari singgasananya, kursi reot yang rapuh termakan usia. Suara ketukan terdengar menggema di ruangan sempit ini ketika ia berjalan mendekat. Matanya sangar. Seperti siap meninju siapa pun yang menghalangi jalannya. Grussel berhenti tepat di depan Dimas.
Dipandanginya pria muda dan gagah yang berdiri di hadapannya dari atas sampai ke bawah. Setelahnya ia tersenyum kecut.
"Kau mungkin benar. Aku tahu rasanya berada di tempat yang tak pernah kudatangi sama sekali. Saat aku masih menjadi tentara rendahan dulu, aku ditugaskan bersama anggota peletonku menyusup ke Benua Hijau." Saat suaranya tertahan, ia melanjutkan dengan berjalan perlahan mengitari kami berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang Penyihir
FantasyPada awalnya, aku hanya mengikuti pelantikan anggota baru Klub Taekwondo yang diadakan di awal tahun ajaran baru. Namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja benda misterius yang menyeretku dan teman-temanku ke sebuah hutan antah berantah. Aku pun...