Shani memarkir mobilnya di area depan pintu masuk sebuah gedung yang akan menjadi tempat diadakannya tender proyek. Menghela napas pelan, pandangannya menoleh ke samping pada Gracia yang akhirnya menyimpan ponsel ke dalam tas kecilnya. Sedari tadi gadis itu sibuk sendiri berbalas pesan entah dengan siapa.
Mau tanya, tapi takut ntar dikira posesif sama gak menghargai privasi lagi.
Tapi Shani kepo, huft.
"Kamu mau ikut masuk juga?" tanya Shani saat Gracia akhirnya menoleh padanya.
Gelengan pelan dari gadis itu membuat raut wajah Shani yang penuh harap jadi lesu.
"Hmm pengennya sih, tapi maaf ya, niat aku emang cuma mau nemenin kamu ke sini aja. Gak papa, 'kan?" balas Gracia dengan raut tak enaknya.
Shani kembali menghela napas, tapi kemudian tersenyum mengerti. "Gak papa kok. Trus, habis ini mau kemana? Kalau aku masuk ke dalam, kamu sama siapa?"
Ah ya, rencananya tadi Shani akan berangkat bersama Desy dan Siska. Tapi, bahkan baru saja ia membuka mata, sudah nangkring saja pesan dari kesayangannya untuk berangkat bareng dia. Mau nolak juga, tapi ini pacarnya loh yang minta. Lumayankan bisa berduaan sebelum menguras otak dan tenaga buat tender nanti.
Beruntunglah Shani memiliki dua sahabat yang sungguh sangat pengertian. Beruntung juga mereka sudah siap dengan segala persiapan untuk war tender itu. Jadi tak apalah menghela napas sedikit.
Gracia tersenyum kecil melihat raut khawatir Shani. Sebelah tangannya naik, merengkuh sisi wajah di depannya, lalu mengusapnya pelan.
"Kamu tenang aja, aku gak sendirian kok habis ini. Pengennya mau ngemil diresto aja sih, sambil nonton proses tendernya, tapiii humm."
Gracia tampak bingung sendiri. Wajahnya yang berhadapan dengan Shani menunduk, tapi naik lagi saat merasakan kehangatan ikut merengkuh tangannya yang masih menangkup pipi Shani.
"Take your time. Aku janji bakal menangin proyek tender ini. Kamu liat aja dan nikmati perform aku nanti. Pasti kamu bakal amaze sama pacar kamu yang keren ini!" ucap Shani dengan percaya dirinya.
Yup, Shani sudah yakin dengan timnya akan mendapatkan proyek ini dan bekerjasama dengan perusahaan Djuhandar. Ah, jadi partner Gracia juga pastinya.
"Ahaa iyaa aku percaya," Gracia tersenyum senang dengan keoptimisan Shani.
"Oya, selesai tender ini aku boleh susul kamu?"
"Boleh, aku tunggu."
"Okay.."
Shani menurunkan tangan mereka dari wajahnya, menangkup tangan Gracia dengan kedua tangannya. Tatapannya sedari tadi tak pernah lepas mengagumi paras cantik lagi lucu gadis kesayangannya ini. Netra langit malamnya juga, sungguh sangat ampuh menenangkan dirinya yang sebentar lagi bakal perang untuk penentuan masa depannya. Jadi gak sabar untuk cepat-cepat menyelesaikan urusan tender-tenderan ini.
"Ok! Kalau gitu aku mau masuk dulu, ya. CiDes sama Siska udah nelponin dari tadi nih," ucap Shani sedikit meringis dengan getaran ponselnya yang tak berhenti sejak tadi.
Gracia tergelak kecil karenanya. Duh merdu bet.
"Hemm bentar deh, Shan," panggil Gracia saat Shani sudah siap dengan barang bawaannya, hendak membuka pintu mobil.
"Ya?"
Shani yang kembali menoleh ke sampingnya, seketika terpaku diam saat manik coklat itu menangkap cepat gerakan Gracia yang mengecup jari telunjuk dan tengahnya, untuk kemudian ditempelkan tepat di ujung bibirnya.
