chapter 24

2.9K 289 17
                                        

Hari ini adalah hari pertama Gracia mulai bekerja di perusahaan keluarganya. Ditemani Rachel, Gracia sempat diajak berkeliling sebentar melihat aktivitas kantornya ini. Semuanya berjalan bagus dan baik-baik saja. Hingga mereka sampai di lantai teratas gedung, Gracia mengamati perubahan yang ia minta sebelumnya. Yah, dia cukup puas dengan hasilnya.

“Selamat memulai hari pertama Nona Gracia,” ucap Rachel yang duduk di seberang meja Gracia.

Gracia yang mendengar ucapan bernada sopan itu entah kenapa jadi merasa aneh sendiri.

“Aneh banget dengernya Kak. Biasa aja gak boleh?”

Rachel tersenyum geli, “Harus dibiasain Gracia. Atau kamu maunya dipanggil Miss Shania?”

Miss Shania adalah nama panggilannya di dunia bisnis sebelum hiatus. Entah kenapa dia merasa tak nyaman menggunakan nama itu dan meminta mereka untuk tidak menggunakannya lagi apabila memanggil dirinya. Termasuk semua rekan bisnis, kolega, dan semua pihak serta orang-orang yang berurusan dengannya.

Salah satu peraturan mutlak yang ia buat.

“Iya deh, terserah Kakak aja.”

“Baiklah, kalau begitu saya pamit permisi ke meja saya dulu. Kalau ada apa-apa, Nona bisa panggil saya lewat telepon kabel itu,” ujar Rachel sambil bangkit berdiri.

“Iyaa Kak Rachel.”

Rachel pun keluar dari ruangan Gracia, membiarkan sang bos memulai kegiatannya pagi ini.

Gracia mengamati sekitar ruangannya, luas dan tenang. Pandangannya kini beralih pada beberapa map yang bertumpuk di sudut meja. Dirinya merapal doa sejenak sebelum mengambil satu map teratas dan mulai membaca isinya.

Tak sulit bagi Gracia memahaminya, selain ia sudah memahami dasar-dasarnya semasa kuliah kemarin, juga dia sudah mempelajari kembali sebagian besar laporan serta kegiatan perusahaannya ini. Meski begitu Gracia merasa dia tidak percaya diri.

Apa dia bisa? Apa dia mampu?

Setelah membaca buku tebal bersampul warna ungu itu, ada hal penting yang Gracia pahami kalau ‘dia’ benar-benar serius dan sangat berambisi sekali dengan rencana-rencana yang dibuat. Mencoba menggali ingatannya sendiri yang minim hasil, Gracia bahkan ragu dan bimbang kalau benar dia yang menyusun semua perencanaan itu. Tapi mereka tidak mungkin bohong padanya.

Dan hasilnya sekarang, Gracia harus sekuat tenaga memulai kembali untuk bisa melanjutkan semua yang telah dicapai oleh ‘dia’.

Bagaimanapun caranya, Gracia tak ingin menyia-nyiakan apa yang sudah ada. Bahkan mungkin harus mengembangkannya lebih dari yang sebelumnya.

Ya. Gracia sudah bertekad untuk itu.

Oh iya jadi teringat, bagaimana kelangsungan proyek hasil tender yang dimenangkan Shani waktu itu? Saking fokus mengejar ketertinggalannya pada perusahaannya sendiri, Gracia jadi melupakan satu proyek itu. Aiiih, padahal itu untuknya bisa bekerja bersama-sama dengan Shani sebagai partner, tapi sampai detik ini Rachel lah yang menggantikannya mengurusi proyek itu bersama Shani.

Jadi penasaran, Gracia pun mengangkat ganggang telepon, memencet beberapa nomor yang sudah diajarkan oleh Rachel.

“Halo Nona Gracia, ada yang bisa saya bantu?”

Really LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang