Hari ini adalah salah satu hari bersejarah bagi keluarga Djuhandar dan Tanumihardja, dimana terjalinnya hubungan kedua keluarga itu melalui dua pertunangan. Ini merupakan langkah awal bersatunya dua keluarga yang cukup berpengaruh baik di dunia bisnis maupun sosial. Meskipun tak semua orang harus tahu tentang pertunangan ini, tapi mereka tidak peduli. Kabar akan tersebar dengan sendirinya.
Sesi lamaran dari kedua belah pihak sudah dilangsungkan berlangsung dengan khidmat. Baik dari pasangan Vino-Nadse, maupun Shani-Gracia. Semua orang yang menyaksikannya tersenyum senang dan haru melihat kedua pasangan itu.
Selesai dengan sesi poto-poto, Shani dan Gracia memisah diri dari Vino dan Nadse, serta keluarga mereka. Kedua perempuan itu ingin berkumpul juga dengan teman-teman mereka.
“Selamat ya, sayang. Iihh seneng banget aku tuh!” Aya yang pertama nyuri start memeluk Gracia.
Gracia tentunya balas memeluk, tersenyum senang, “Makasih Aya.”
Lepas dari Aya, giliran Cindy yang memeluk dan mengucap selamat. Berlanjut pada Jinan, Gito, dan Hamids yang entah mengapa cukup lama ia menahan perempuan mungil itu dalam dekapannya.
Gracia yang paham hanya bisa menepuk-nepuk pelan punggung laki-laki tinggi itu. Pastinya dia sedih dan sakit hati. Baru juga mau dekat sama orang yang ditaksir, belum juga nyampein perasaannya, eh malah keduluan orang lain. Pake langsung tunangan pulak.
Miris amat babang Midun.
“Maaf,” Gracia bergumam pelan saat Hamids melepas pelukannya.
Cowok itu sekuat tenaga mengendalikan ekspresinya. Memaksakan senyum getirnya.
“No need to. Aku bakal baik-baik aja kok. Dan gak- aku gak akan ngerusak apa pun yang udah terjalin di antara kita. Aku masih tetap temanmu, ‘kan?”
Gracia mengangguk dalam, membalas dengan senyum manisnya. Merasa lega.
“Terima kasih.”
Terakhir, Gracia menoleh pada Anin yang sudah melebarkan kedua tangannya, siap menerima si gadis penyuka ungu kesayangan. Tentunya Gracia dengan senang hati menghambur pada dua lengan yang selama beberapa tahun ini selalu setia menemani dan menjaganya.
Sosok teman, sahabat, juga saudari tersayang.
“Selamat ya. Tapi inget, meskipun kamu udah punya tunangan dan ntar bakal jadi istri orang, aku akan selalu ada untukmu kapan pun itu. Always by your side, my Princess,” ucap Anin setelah mengurai peluk tapi tak melepas lengannya dari pinggang Gracia.
Gadis itu tersenyum sumringah. “Thank you Anin. Aku gak tau harus bergantung sama siapa kalau gak ada kamu. Makasih udah mau ngejaga aku selama ini.”
“Aku akan ngejaga kamu selalu Gre. Selalu.”
Lalu menariknya dalam pelukan hangat sekali lagi.
Sementara Shani juga berbagi pelukan dengan dua sahabatnya. Mereka senang juga bangga akhirnya Shani bisa berani melangkah untuk hidupnya.
“Baek-baek lo jagain anak orang. Pikiran lo udah bukan buat lo sendiri, tapi buat Gracia juga. Biar dikata masih tunangan juga, lo gak mau kalo putus di tengah jalan, ‘kan?”
“Ya enggaklah Ci! Astaga, jangan sampe deh. Iyaa bakal gue jaga sebaik mungkin. Gue juga udah nekanin diri buat gak egois dan mentingin diri sendiri. Gua sadar mulai sekarang ada seseorang yang jadi tanggung jawab gue,” ucap Shani dengan yakin membalas keraguan Desy.
“Nah gini! ‘Kan kitanya jadi agak tenang juga gitu. Tapi tetep ya, kalau ada apa-apa jangan main petak umpet sama kita. Bilang aja, oke?” Siska menaik-turunkan alisnya menggoda.
