chapter 10

4.7K 415 22
                                        

Anak-anak menahan Gracia dan Shani hingga makan malam bersama selesai. Cukup berat baginya harus berpisah dengan mereka, karena entah kapan lagi Gracia memiliki waktu luang untuk bermain bersama lagi. Meski begitu, dia berjanji akan datang berkunjung lagi lain waktu.

Sekarang Gracia tampak sibuk sendiri dengan ponselnya. Mengecek setiap email dan chat yang masuk, membalas yang penting baginya dan mengabaikan sisanya. Sementara Shani yang sedari tadi juga tampak santai mengemudikan mobil. Sesekali bergumam, ikut mengiringi lantunan musik radio yang mengalun pelan.

"Uhm Shani, bisa singgah bentar di toko roti? Mamah minta aku ambil titipan di sana," Gracia memecah keheningan sejak mereka mulai meninggalkan panti.

Shani melirik jam tangannya, pukul sembilan malam, lalu menoleh sebentar pada Gracia, "Toko roti? Emang masih ada yang buka jam segini?"

"Seharusnya sih, udah tutup jam delapan tadi. Tapi kata Mamah udah nelpon pemiliknya buat tungguin aku yang mau ambil titipan itu. Lagian, udah lama juga aku gak berkunjung ke sana. Biasanya sehabis dari panti aku pasti selalu singgah di sana," jelas Gracia.

"Oh, okee bisa kok. Kamu arahin aja, ya."

Gracia berdehem singkat. Tak lama, Shani pun memarkir mobil di depan sebuah toko roti sederhana. Gracia turun duluan, menyusul Shani yang mengekori gadis yang sedikit lebih pendek darinya itu memasuki tokoroti. Aroma harumnya roti panggang langsung menyapa mereka, memberikan kenyamanan dan kehangatannya.

"Huummm wangi bangeettt kue-kue di sini juga keliatan lezat banget. Jadi laper lagi, eh," ucap Shani pelan tanpa sadar, langsung saja manik kelamnya memperhatikan setiap jenis kue yang dipajang pada etalase.

Gracia tersenyum geli mendengar dan melihat tingkah Shani yang terlihat seperti anak kecil, menggemaskan. Dirinya memilih membiarkan gadis tinggi itu dengan dunianya, sementara ia berjalan ke arah dalam toko, saat tak melihat siapa pun di ruangan itu. Tak lama, Gracia menemukan orang yang dicarinya, tengah duduk di kursi sambil menonton entah-apa-itu dari ponselnya.

"Tante Nat," panggil Gracia seraya mendekatinya.

Perempuan yang dipanggil Nat -namanya Natalia- itu pun tersadar saat merasakan sebuah bayangan berada di dekatnya. Raut kaget yang berubah ceria terlukis di wajah Nat, segera menaruh ponselnya kemudian berdiri, dan memeluk erat gadis di depannya.

"Gre! Aduuhh udah lama banget kamu gak ke sini, sayang, tante kangeeenn. Uuuwuu makin cantik dan gemesin aja nih, kamu," ucap Nat terlihat bahagia sekali. Menangkup wajah Gracia dan mengusapnya lembut.

"Hehe Gre juga kangen sama tante. Maaf baru bisa mampir sekarang. Tadi juga baru habis ngunjungin panti. Tante juga makin cantik kok," ucap Gracia memuji balik tantenya itu.

Nat tersenyum senang, "Bisa aja kamu, ohya! Selamat ulang tahun ya, sayang. Maaf juga nih, tante gak bisa hadir di pesta kamu. Pasti meriah banget, ya."

"Iyaa gak papa kok, lagian hadiah dari tante juga udah aku terima. Makasih, ya."

"Sama-sama, sayang. Humm, kamu ke sini gak sendirian, 'kan?" tanya Nat yang heran, tak mendapati seorang pun bersama keponakan tersayangnya ini.

"Sama temen baru aku, tante. Ntar aku kenalin, umm titipin Mamah, boleh aku ambil sekarang?"

"Ooh oke-oke, tunggu bentar, ya, tante ambilin dulu. Kamu mau makan kue atau minum sesuatu, gitu? Buat temen baru kamu?" tawar Nat.

"Gak usah tante Nat, lagian ini juga udah kemaleman. Kami mau langsung pulang saja," tolak Gracia sopan.

"Humm baiklah. Tante ke dalam bentar, ya."

Really LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang