chapter 15

5K 336 20
                                    

Shani sudah bangun beberapa menit yang lalu. Terusik oleh sinar mentari pagi yang tembus dari celah tirai gordennya. Meski sedikit memberengut karenanya, senyum manis segera terbit di wajah perempuan yang baru bangun aja masih cakep itu.

Setelah kedua matanya mulai bersahabat dengan cahaya, menurunkan pandangan, terpaku pada satu wajah tidur bak bidadari di depan wajah. Sebuah pemandangan menakjubkan yang bahkan belum pernah sekalipun terlintas di pikiran. Mendapati sang pujaan hati yang baru saja menjadi kekasihnya, tengah tertidur dengan pulasnya.

Berbantal lengannya. Dalam pelukannya. Dipeluk balik pula!

Pagi yang sangat berkah sekali untuk seorang Shani Indira.

Perhatikanlah dari jarak sedekat ini, kecantikan yang berkali-kali lipat. Pahatan hidung bangir yang sempurna, mulus, mancung bak perosotan tk. Kelopak mata yang tertutup, lentiknya bulu mata indah itu, alis tipis yang menggemaskan, serta keningnya yang sesekali berkedut kecil.

Netra cokelat Shani merunduk ke bawah, menyusuri pelan-pelan pipi gembul menggemaskan. Ada dua tahi lalat nan lucu, kemudian tatapannya pun terpaku pada dua belah bibir pink yang sangat imut.

Pikiran nakalnya tiba-tiba aktif sendiri. Membayangkan bisa menyentuh, mengusap, membelai, bahkan merasakan bibir yang tampak lembut, empuk, dan pastinya manis itu.

Hampir saja ujung jarinya melakukan apa yang ia pikirkan, jantung Shani seakan berhenti ketika merasakan pergerakan kecil Gracia.

“Hnnhh...”

Masih bobo. Hufft.

Shani melepas perlahan napas yang ia tahan. Kembali memandangi rupa keindahan di depan mata.

“Cantik bangeeet, sih..” gumamnya pelan.

Hati Shani kini berdebar hangat dan nyaman. Tak peduli lengannya yang seakan sudah mati rasa, masih menikmati kehadiran sosok gadis kesayangan dalam pelukan.

Pikiran Shani kembali mengembara pada kejadian tadi malam. Kaget, sedih, senang, bahagia, cukup banyak emosi yang bercampur. Rasa tak percaya masih ia rasakan. Pengungkapan rasa itu, sungguh membuat Shani hampir kehilangan nyalinya.

Mendapat balasan, meskipun mungkin, sepertinya Shani mulai memikirkannya kembali-

..apakah Gracia sadar dengan ungkapan cintanya itu, atau tidak?

Sungguh, gadis itu tampak mengantuk sekali tadi malam. Dan. Itu. Sungguh. Sangat. Menggemaskan.

Benar sih, Gracia beralasan khawatir, tapi sampai memaksa diri untuk datang ke apartemennya di waktu yang seharusnya dia sudah tidur dengan nyenyaknya? Humm...jantung Shani sedikit berdetak lebih kencang. Memikirkan, jikalau dirinya sudah menjadi bagian yang 'dipentingkan' oleh gadis itu, entah disadarinya atau tidak.

Haaaiisssss pengen teriak gesrek, guling-guling saja rasanya. Tapi tak mungkin di waktu dan keadaan seperti ini. Nanti Gracianya bangun.

Ekheemm 'Gracianya'.

Shani tak menahan senyum mesem-mesem itu. Meski sekuat tenaga ditahan agar getaran tubuhnya tak menganggu lelapnya sang tuan putri.

Hufftt.. Shani kembali menghembuskan napas perlahan. Pandangan difokuskan lagi pada rupa bidadari ini. Sungguh, hasratnya ingin sekaliiii, setidaknya mengecup pelan kening itu. Tapi tida berani :(

Mendapati diri dalam keadaan begini pun, sudah cukup membuatnya kalang kabut. Untunglah pengendalian diri mampu menolongnya. Sungguh, Shani tak percaya Gracia akan tidur beralaskan lengan dan dalam pelukannya. Padahal seingatnya sebelum tidur Gracia memeluk gulingnya. Tapii...kemana guling itu? Tak tampak di pandangannya.

Really LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang