chapter 22

3K 258 18
                                        

Shani menyambut bangga sang tunangan yang baru saja keluar dari ruang wisudanya. Tubuhnya yang mungil itu terbalut jubah panjang serta toga hitam, tampak cantik juga sangat menggemaskan sekali. Hampir saja dia menerjang, memeluk, mengangkat, lalu memutarnya, seketika sadar diri kalau keadaannya tidak sama seperti saat ia keluar dari ruang sidang lalu.

Dirinya menjadi yang ketiga memeluk gadisnya setelah Boby dan Shania.

“Selamat wisuda sayang,” ucapnya dengan senyum mengembang.

“Makasih, Shani,” balas Gracia, tak kalah senangnya. Akhirnya lepas juga dari segala kegiatan perkuliahan ini.

Tak lama Shani bisa merangkul Gracia, harus rela berbagi dengan teman-temannya untuk memeluk dan mengucap selamat. Ada empat orang di antara mereka yang wisuda hari itu, tentunya juga dihadiri oleh keluarga dan kerabat masing-masingnya. Jadilah mereka membuat kerumunan yang cukup ramai. Cukup menghebohkan ketika sesi foto berlangsung. Untungnya tak lama, Vino segera memberi arahan untuk langsung saja ke resto Yona untuk melanjutkan perayaan.

Sayangnya Jinan dan Cindy harus berpisah karena ikut keluarga mereka masing-masing, tapi setelahnya mereka berdua janji akan ikut berkumpul di resto juga.

Saat semuanya beranjak ke mobil masing-masing, Shani yang berjalan bergandengan dengan Gracia mengerutkan keningnya kala tak sengaja saat mengedarkan pandangan, netra coklatnya bertemu pandang dengan laki-laki di acara pertunangan mereka. Sosok itu berada cukup jauh, tapi Shani yakin kalau itu Shammy.

Ngapain?

“Shani?” panggil Gracia heran. Dia melihat Shani memandang entah ke arah mana dengan raut seriusnya.

“Eh ya, Ge? Kenapa?” Shani sedikit kaget, cepat mengembalikan fokusnya pada Gracia.

“Kamu liatin apaan?” tanya Gracia sembari ikut mengedarkan pandangannya.
Shani memegang tangan sang kekasih yang mengalung di lengannya, mengusapnya pelan, meminta atensi.

“Gak papa kok. Cuma liatin orang-orang aja. Pada rame gini hehehe,” ujarnya tersenyum menenangkan.

Gracia percaya saja dan mengangguk paham.

Sesampainya di parkiran, Shani membukakan pintu untuk kekasihnya, mempersilahkannya untuk masuk. Gracia tersenyum senang, tapi belum sempat ia merunduk untuk masuk, sebuah suara memanggilnya.

“Halo Shania.”

Sontak kedua perempuan itu berbalik untuk melihat siapa yang memanggil. Dan yah, itu Shammy.

“Ah, kamu…” Gracia sempat tertegun, mengingat-inga siapa laki-laki di depan mereka. “Ah ya, yang waktu itu di acara pertunangan aku. Hm, ada apa?”

Shani sedikit terkesiap, tapi cepat menguasai diri dan tanpa sadar melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Gracia. Menariknya mendekat. Tatapannya tajam dan menyelidik pada sosok itu yang malah tersenyum ringan membalasnya.

“Sepertinya kamu masih belum mengingat aku, ya hemm yaudah gak apa-apa. Ah, kalau begitu sebaiknya aku memperkenalkan diri, boleh? Meskipun tunanganmu di sana sepertinya sudah tau tentang aku,” ujar Shammy dengan santainya. Bahkan ia sempat mengerling pada sosok perempuan tinggi di samping ‘Shania’.

Gracia mengerutkan kening, menoleh pada Shani dengan raut heran dan penasaran. Shani yang ditatap begitu hanya menelengkan kepala seolah bersikap polos. Tapi kemudian mendekatkan wajah, berbisik di telinganya.

“Nanti aku ceritain,” kemudian menarik wajah, memberikan tatapan tenangnya.
Gracia berdehem paham, kemudian kembali menghadap laki-laki itu.

“Namaku Shammy Alverio. Mungkin sedikit mengingatkan kalau aku rekanmu dulu di suatu proyek. Tidak apa kalau kamu tidak ingat. Aku tidak bermaksud buruk kok. Aku ke sini hanya ingin mengucapkan selamat untuk wisudamu, Shania,” ujar Shammy dengan senyum ramahnya.

Really LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang