Pagi ini Gracia tampak cukup sibuk. Ada beberapa berkas yang harus ia kerjakan menjelang siang nanti. Rachel pun beberapa kali harus masuk ke ruangannya untuk membantunya menyelesaikan berkas-berkas itu. Hanya mengarahkan saja, karena Gracia sudah bertekad untuk tidak terlalu bergantung pada sekretarisnya itu.
Seperti saat ini, Rachel berdiri di sampingnya memperhatikan beberapa lembar kertas dan layar laptop di hadapan sang Bos.
"Bisakah Anda perhatikan kembali bagian ini, Nona?" sela Rachel saat mata jelinya menemukan hal yang janggal.
Gracia langsung memindahkan fokusnya pada bagian yang ditunjuk. Mengerutkan kening sebelum menghela napas pelan dan memperbaiki kesalahannya.
Rachel tersenyum senang dengan respon serta kemampuan Gracia yang cukup cekatan memperbaiki kesalahannya. Tak pernah ia tak takjub dan kagum pada gadis yang lebih muda darinya ini.
Seterusnya sampai berkas terakhir itu selesai, tak lagi Rachel temui kesalahan seperti sebelumnya. Semua dikerjakan Gracia dengan sangat baik.
"Haahh selesai jugaaa," hela napas panjangnya sambil bersandar. Gracia menoleh pada Rachel, melebarkan senyum mendapat tatapan dan senyum bangga sang kakak.
"Good job, Nona. Well, you're free for the rest of the day," ucap Rachel setelah membantu sang Bos membereskan meja kerjanya.
"Thank you, Kak. Maaf ya, aku jadi ganggu kerjaan Kakak," kata Gracia sedikit tak enak.
"Jangan minta maaf dan merasa tak enak. Ini juga bagian dari pekerjaan Kakak. Kamu sangat hebat bisa mengejar ketertinggalanmu. Kakak bangga, Gre," puji Rachel, tak lagi memakai honorific karena memang jam kerja Gracia sudah selesai.
Gadis itu tersipu mendapat pujian kesekian dari kakaknya ini. Sedikit demi sedikit, rasa percaya dirinya tumbuh dan semakin yakin untuk melanjutkan pilihan mengurusi perusahaan keluarganya ini.
"Ohya, Kak Vino sama Nadse udah sampai, Kak?"
Rachel meraih ponselnya yang berada di meja tamu. Memeriksa satu pesan masuk dari Vino.
"Dia baru selesai meeting, mau jemput Nadse dulu katanya. Mungkin setengah jam lagi sampai," ucap Rachel. "Kamu bisa istirahat dulu sembari menunggu. Kalau mereka udah sampai, Kakak kasih tau."
"Okedeh. Aku tiduran di kamar ya, Kak," kata Gracia sambil membawa tas kecilnya menuju kamar pribadinya.
"Iya, adik kecil," Rachel tersenyum menggoda saat gadis itu menoleh padanya dengan raut cemberut. Merasa tak terima dengan panggilan itu. Tapi mau bagaimanapun juga, dia tidak bisa meminta para kakaknya itu untuk tidak lagi memanggilnya dengan sebutan gadis kecil.
Udah gede, udah punya tunangan juga, masih aja dipanggil adik kecil hadeeuuhh...
--
Vino dan Nadse baru saja memasuki lobby saat perhatian mereka teralih pada keributan di depan lift. Berbagi pandang dengan sang kekasih, Vino memutuskan untuk melihat keadaan sebelum memberi kabar pada sang adik bahwa dia dan Nadse sudah tiba.
"Lo itu cuma satpam! Jangan sok keras mau halangin gue, sialan!"
Nadse refleks meraih tangan Vino dan menggenggamnya. Selain terkejud dengan umpatan keras itu, juga ia tak ingin Vino ikut terbawa emosi. Manik indahnya sempat memperhatikan ke sekitar, mengerutkan kening melihat tak satupun karyawan yang ikut rusuh dengan seorang laki-laki yang mengumpati satpam itu. Seolah tak peduli dan tetap melakukan aktivitas mereka.
Vino tak mengabaikan gerak-gerik sang kekasih. Tersenyum simpul saat ia balas menggenggam dan mendapat perhatiannya. It's okay.
Sedikit merasa tenang, Nadse mengangguk, menunggu penjelasan di lain waktu.