Shani berdiri diam di depan pintu kayu berukiran dedaunan. Dirinya begitu tercengang saat pertama kali memasuki pintu gerbang dan melewati taman untuk mobilnya sampai di parkiran depan sebuah rumah mewah dan besar. Tak menyangka bahwa Gracia ternyata tinggal di tempat semegah ini.
Diliriknya jam tangan, pukul 5:55 pagi hari.
"Gila, gue ngapain pagi-pagi udah nongol di depan rumah orang? Untung aja pak satpamnya tadi udah tau kalo gue temennya Gracia. Jadi bisa masuk," gumam Shani.
Sekali lagi melirik jam tangannya. Mendadak ragu dan deg-degan untuk memencet bel.
"Pencet ajalah, ntar dianya malah nungguin 'kan, gak enak.."
Ditekanlah bel itu. Sesaat Shani berdiri diam di depan pintu, menunggu untuk dibukakan. Tak lama, terdengar bunyi kunci dan pintu pun dibuka dari dalam. Menampakkan sosok seorang perempuan cantik tinggi sepantarannya, rambut hitam panjang, menatapnya bingung.
"Selamat pagi," sapa Shani duluan dengan senyum canggungnya.
"Oh!" seperti teringat sesuatu, perempuan itu balik tersenyum manis, "Pagii, kamu pasti temennya Gre, ya?"
"Eh, iya Kak. Uhm, maaf pagi-pagi udah ganggu," kikuk Shani.
"Gak papa kok. Gre-nya juga udah bilang, sih. Oh ya, kamu udah sarapan? Sarapan bareng yuk. Kebetulan Gre masih di kamarnya," ajak Shania sembari mempersilahkan Shani untuk masuk.
"Btw, gue Shania Junianatha, Kakak Iparnya Gre. Panggil Shania aja," lanjutnya.
"Kak Shania, kenalin aku Shani Indira. Panggil Shani aja, Kak," balas Shani juga memperkenalkan dirinya.
"Sini, kamu duduk di sini dulu bentar, ya. Oya Bik, tolong piringnya satu lagi, ya," pinta Shania pada asisten rumah tangga yang sudah berumur, setelah menyuruh Shani duduk di salah satu kursi di meja makan.
Shani sendiri bertambah canggung dan gugup, tiba-tiba saja sudah duduk duluan di meja makan yang cukup besar dan mewah ini. Hidangan yang tersaji pun menggugah seleranya, yang memang tak sempat sarapan tadi.
Shani ditinggal Shania yaang pergi ke dapur. Perempuan berwajah adem itu memperhatikan sekitarnya. Mengagumi interior yang simple namun berkelas dan mewah. Membuatnya merasakan kenyamanan dan kehangatannya.
"Selamat pagi, Shani Indira."
Shani tak sempat menahan kekagetannya, mendengar suara yang menyapa serta kehadiran Vino dan Boby di meja makan. Kedua laki-laki itu mengambil tempat di seberang meja. Tersenyum ramah padanya.
"Ah, hai. Selamat pagi, Kak Vino, Kak Boby," balas Shani, tersenyum kikuk.
"Santai aja kali, Shan. Kami welcome kok! Maaf ya, Gracia nyuruh kamu dateng pagi-pagi gini," ujar Boby.
"Eh, ya..gak papa kok, Kak. Lagian aku juga free hari ini. Uhm, makasih udah nerima aku," Shani akhirnya bisa tersenyum tenang.
"Beneran datang dong dia haha."
Shani mengalihkan pandangannya pada Yona yang baru masuk dan duduk di ujung meja, tersenyum senang padanya.
"Selamat datang di kediaman Djuhandar, Shani," kata Yona.
"Tante Yona, hehe makasih."
Perlahan Shani merasa mulai nyaman berada di sekitar orang-orang ini. Mereka sangat baik juga ramah. Dia pikir, dia akan berada di situasi dimana mereka akan menatapnya yang 'orang asing' ini dengan intimidasi. Ternyata tidak.
Tak lama, Shania pun juga kembali dengan membawa segelas jus jeruk, meletakkannya di depan Boby dan duduk di sebelah laki-laki itu. Melihatnya, Shani bisa mengambil kesimpulan kalau Shania itu istrinya Boby.
