chapter 7

4.9K 417 22
                                    

Anin berterima kasih pada salah satu teman sekelas Gracia, setelah mendapat infomasi dimana gerangan gadis itu berada. Anin terlambat menjemput Gracia ke kelasnya karena ada urusan dengan salah satu dosen. Kini gadis berwajah imut itu melangkah santai menuju salah satu taman kampus.

Pandangannya berkeliling, mencari-cari dimana sekiranya Gracia berada. Alisnya naik saat menemukan tas ungu familiar di samping sebuah pohon rindang. Dapat juga ia lihat sepasang kaki dari balik sana.

"Tidur di tempat sembarangan lagi tuh anak, hadeuh.." keluh Anin melangkahkan kaki ke arah targetnya.

"Gre! Ngapain lo di si-eh?" seruan Anin terputus saat menyadari ada seorang cowok tengah duduk bersandar pada pohon dengan kaki menjulur, sementara dilihatnya kepala Gracia yang tiduran di paha cowok itu.

"Eh..lo, kok?" bingung Anin berjalan ke arah depan, memperhatikan lebih jelas sosok yang hampir setahun ini tak nampak pangkal hidungnya.

Cowok berkacamata, memakai snapback Supreme, kaos abu-abu dengan jaket denim, celana jeans, dan sepatu convers putih. Cowok itu mendongakkan kepala, memperlihatkan manik kecoklatan, mengintip dari balik ponsel yang tengah digenggamnya dengan posisi miring. Lagi main game kayaknya.

"Oh, hai Anindhita. Long time no see," sapa cowok itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. Raut wajah yang ceria dan ramah untuk cowok tampan sepertinya.

Anin menghela napas dan berdecak kecil. Berdiri sambil berkacak pinggang, gadis itu memberengut kesal membalas sapaan ceria cowok di depannya.

"Long time no see, long time no see pale lo! Ngapain balik sini, hah? Pake gak ngabarin segala lagi! Gue pikir lo udah kecantol ama cewe-cewe bule di sono, trus gak balik-balik," omel Anin tampak kesal.

Cowok itu meringis mendengar ocehan yang sudah lama tak ia dengar.

"Suara cempreng lo gak berubah aja ya haha. Lagian, mana ada gue kecantol cewe-cewe sono kalo hati gue aja udah mentok di dia nih," ucapnya, memberikan gestur dengan kepalanya ke arah Gracia yang masih lelap di pangkuannya.

Tatapan cowok itu melembut, mengusapkan telapak tangannya pada kepala Gracia, "Gue mati-matian tauk, nyelesain semua pekerjaan gue buat pulang. Gue gak mau lewatin ngerayain hari kelahiran dia besok."

Raut wajah Anin melunak, kembali menghela napasnya sembari ikut duduk di rerumputan. Pandangan Anin mengarah pada Gracia yang mulai terusik tidurnya. Cowok itu masih tetap membelainya lembut, penuh kasih sayang, bahkan sampai kelopak mata itu mengerjab dan terbuka sepenuhnya. Memperlihatkan manik hitam nan indah.

"Did I wake you up?" lembut suaranya bertanya.

Kepala Gracia menggeleng pelan, tersenyum kecil membalas pandangan lembut yang menunduk padanya.

"Taking nap on your thigh always feels so nice, Ben."

Cowok yang dipanggil 'Ben' itu tersenyum manis. "Ah, happy to hear that."

"Ekhem!" tak mau merusak momen, tapi dia harus membawa Gracia ke satu tempat atau dia akan diceramahi Vino dan Boby.

"Gre," panggil Anin.

Gracia yang masih tiduran menoleh ke samping, mendapati Anin yang memberengut padanya.

"Udah tidurnya, 'kan? Pergi sekarang yok. Ntar Kak Vino ngamuk ke gue kalo kita telat," ada kepanikan dalam nadanya.

Gracia yang sudah 'sadar' sepenuhnya pun ingat kegiatannya sehabis kelas hari ini.

"Iya juga, duh. Maaf, Nin."

Really LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang