chapter 2

7.3K 558 32
                                    

Siska sengaja mengabaikan Shani sejak mereka pulang dari arena balap, hingga pagi ini. Shani pun terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri, membuat Siska menghela napas diam-diam. Dia ingin menunggu Desy dulu, baru bisa menghadapi Shani dan pertanyaannya.

"Desy cetar membahana bak model kucing jalan dataaaaanggg!!" yang ditunggu-tunggu pun datang.

"BERISIK!!"

Shani dan Siska kompak membentak Desy yang tiba-tiba muncul dari pintu depan. Kedua gadis itu dibuat kaget karena terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Fokus pada gadget-nya.

"Astagadragon! Gue masuk pelan-pelan ini, malah dibentak. Pada ngapain, sih? Aelah, masih pagi juga, udah matok aja itu mata ke hp," celoteh Desy yang juga kaget, meletakkan kantong plastik di atas meja dan duduk di single sofa ruang tengah rumah Siska.

"Tubuh Cici masuknya pelan, tapi suara Cici tu kenceng banget. Ngagetin aja, dasar tiang! Eh, Ci Des bawa apaan, nih?" sewot Siska, menyimpan ponselnya dan beralih fokus pada bawaan Desy.

"Lebay lo, kayak suara pelan aja. Ini Bolu Lapis, oleh-oleh dari Bogor. Makan gih."

"Asyik! Kebetulan kita lagi nungguin abang ojolnya bawain sarapan. Thanks, Ci Desy," Shani pun ikutan mencomot satu bolu.

Desy memperhatikan mereka makan, lalu berdehem, "Btw, gue langsung ke sini abis dapet sms Siska. Lo diajakin nonton balap tadi malam?" Desy berbasa-basi, bertanya pada Shani.

"Iya," Shani menghabiskan kuenya, lalu memandang bergantian dua sahabatnya itu.

"Gue mau nanya serius. Kalian dari awal udah tau siapa Gracia, 'kan? Jangan ngelak. Mungkin gue salah, tapi gue gak sebodoh itu buat gak nangkep maksud lo nyeret gue liat balapan tadi malam, Siska. Jujur gue kaget banget liat Gracia keluar dari salah satu mobil sport itu. Gue pikir dia anak baik-baik? Tapi gue masih gak yakin, apalagi dengan gumaman lo itu, Sis. Lo nyembuiin banyak hal dari gue. Plis, kalo lo berdua sayang sama gue, jangan bikin gue bingung, " Shani langsung mengucapkan apa yang sedari tadi ia pikirkan.

Desy dan Siska berbagi pandangan, lalu sama-sama melihat pada Shani.

"Kita serius kok, ngedukung lo buat bisa jadian sama Gracia. Dan dia anak baik-baik, ya. Tapi, ngeliat gak ada usaha dari lo buat cari tau tentang dia, bahkan gak nanya-nanya ke kita, bikin kita malah mikir, ni anak serius suka apa gak?" kata Desy sedikit menggerutu.

"Gue greget liat lo, tau gak. Katanya suka, tapi malah mingkem. Gue baru tau kalo Shani Indira tu, ternyata bisa jadi pengecut juga," Siska tersenyum meremehkan.

"Kok kalian jadi malah ngeraguin gue, sih?" kesal Shani, agak kaget juga mereka berkata seperti itu.

"Ya lo nya begok, sih," Siska dan ceplas-ceplosnya.

"Sis," tegur Desy.

"Kenyataanya Ci Des. Beneran deh, gue jadi gak yakin dia bisa naklukin Gracia. Dia aja cuma tau namanya doang. Gue nebak, lo bahkan gak nyari tau soal Gracia lewat sosmed, 'kan?" Siska melanjutkan keraguannya.

"Eh bukannya gue gak mau cari tau soal dia. Lo pada tau, 'kan kalo gue musti fokus sama skripsian gue. Apalagi gue juga sibuk di resto, jadi ya..gue," Shani tampak gelagapan sendiri. Dia terdiam, kemudian merutuki diri, menyadari kelalaiannya, dan membenarkan perkataan Siska.

"Nah, 'kan, gue bilang juga apa," lanjut Siska, masih merasa kesal.

"Sis, sabar elah. Gini Shani, kita ngerti kok, kalo lo harus banget gitu nyelesein segala hal sesuai list-list lo itu. Tapi, gak selalu lo harus terpaku dan gak ngebiarin diri lo ngerasa bebas," Desy menenangkan Siska dan kembali fokus pada Shani.

Really LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang