***Pagi ini Fania bangun lebih pagi dari biasanya, mungkin agar ibunya tidak selalu menyalahkan novel novelnya. Setelah sarapan Fania langsung berpamitan, "maa Fania berangkat dulu ya."
Di perjalanan, Fania baru menyadari bahwa udara di pagi hari cukup menyegarkan, biasanya di setiap pagi Fania selalu terburu-buru karena bangun kesiangan. Saat menunggu di halte tiba-tiba kenangan tentang ayahnya melintas di pikiran Fania, saat ia masih SD bahkan SMP, ia tidak pernah terlambat datang ke sekolah, karena selalu ada seorang ayah yang mengantarkannya ke sekolah. Namun dua tahun yang lalu ada sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya.
Fania selalu mengingat hari itu, hari dimana nyawa ayahnya direnggut tepat di depan matanya sendiri saat ayahnya hendak menjemput Fania di sekolah. Gadis periang ini ternyata memiliki lukanya tersendiri.
***
Fania Telah sampai disekolah tepat pada waktunya, dengan rambut yang diikat Fania berjalan menyusuri lorong kelas hingga akhirnya tiba dikelasnya. Teman-temannya langsung melirik Fania karena tidak biasanya Fania datang tepat waktu ke sekolah, "wih tumben banget gak telat," uajar Annisa sambil mengangkat alisnya. "Ya dong seorang Fania gadis tercantik di kelas ini akan selalu datang tempat waktu mulai saat ini," gurau Fania sambil merentangkan kedua tangannya yang tanpa disadari menghalangi jalan. "Minggir minggir," sambil mendorong tangan Fania, "bangga banget baru sekali gak terlambat aja" ucap Saka dengan sinisnya. "Huft" Fania menggempalkan tangannya berlaga seperti hendak memukul saka.
Saka adalah ketua OSIS sekaligus ketua kelas di kelasnya, saka bisa dibilang pria yang cukup famous disekolah, tampan dan pintar, namun sikapnya cukup dingin. Bel berbunyi dan tak lama seorang guru masuk kelas untuk mengajar lalu meminta seluruh murid untuk mengumpulkan tugas Minggu lalu.
"Loh kok buku PR nya gak ada ya.." gumam Fania sambil terus mengobrak Abrik tasnya namun bukunya tak juga ketemu. "Fania kamu gak ngerjain tugas lagi?!" Ucap pak Jaka dengan tegas. "Udah ngerjain kok pak, tapi kayanya ketinggalan deh" ucap Fania yang sepertinya sudah tak dipercayai lagi, "Halah alasan kamu paling itu, yaudah sebagai hukumannya sepulang sekolah kamu bersihkan seluruh toilet siswa, dan saka kamu yang awasi Fania" titah pak Jaka.
"Baik pak" ucap Fania saka bersamaan.Waktu pulang sekolah pun tiba, disaat yang lain berhamburan keluar meninggalkan sekolah Fania harus menyikat toilet dengan diawasi saka, namun Fania tak selalu kehabisan akal, setiap dihukum Fania pasti menggunakan berbagai macam trik agar bisa menghindari hukuman ini.
"Aduh.. saka, gue harus ke dokter nih kayaknya, kaki gue sakit gak bisa jalan, bersihin toiletnya besok aja ya" ucap Fania sambil meringis memegang kaki nya. "Oh ya.. eh itu ada kecoa di samping sepatu Lo" teriak saka yang sengaja mengejutkan Fania padahal tidak ada kecoa. Fania langsung bergerak refleks lari ke arah saka dan tidak sengaja kakinya tergelincir dan jatuh di pelukan saka, mereka saling bertatap mata karena wajah mereka kini hanya berjarak beberapa centi saja.
"Kaki sakit bisa lari?" Tanya saka, Fania hanya tersenyum dengan sinisnya dan kembali membersikan toilet, "duh pake alasan apa lagi ya?" Gumam Fania dalam hati.
"Gue mau ambil handphone ketinggalan di kelas" ujar Fania, namun Saka langsung mengeluarkan handphone miliknya dan menelfon seseorang ternyata dering telepon terdengar dari tas Fania. Lagi lagi Fania gagal mengelabui Saka, Fania melanjutkan membersihkan toilet sambil memikirkan trik apa lagi yang ia bisa gunakan, namun sepertinya kali ini Fania harus menyelesaikan hukumannya.
***
Hari hari telah berlalu tidak terasa besok sudah saatnya untuk acara mendaki gunung yang diadakan sekolah. "Maa.. Fania mau ke supermarket dulu ya, mau beli persiapan buat besok" ucap Fania, "oh.. mau mama anter?" Tanya Anna pada Fania, "gak usah Fania sendiri aja" jawab Fania sambil menggelengkan kepalanya. "Oh yaudah hati hati ya" ujar Anna.
Setelah membeli perlengkapan camp, Fania mampir ke sebuah toko buku karena kebetulan hari itu adalah peluncuran komik part III sekaligus part terakhir yang hanya ada lima cetakan lebih sedikit dari part sebelumnya.
"Yah kayanya gue datang kurang cepet, untung masih ada satu" ucap Fania sambil mengambil buku itu namun buku itu ada di rak paling atas dan Fania kesulitan menggapainya, sedikit lagi jari jemari Fania menyentuh buku itu tiba-tiba seseorang dari belakang mengambilkannya.
"Makasih ya.." ucap Fania sambil tersenyum. "Buat apa bilang makasih" ujar pria itu dan langsung meninggalkan Fania. "Gue kira bakal diambil-in kaya di Drakor Drakor" gumam Fania dalam hati. Saat Fania berjalan keluar tiba-tiba Fania menyadari sesuatu.
"Eh tunggu dulu itu bukannya cowo tadi? Itu kan saka, buat apa dia beli komik" cetus Fania sambil menghampiri saka, "saka" panggilnya. Saka pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Fania. "Buku itu kan gue duluan yang liat, kenapa Lo main ambil aja, balikin!" Tegas Fania. "Siapa cepat dia dapat, jadi ini punya gue" tukas saka yang langsung pergi meninggalkan Fania. "Ih.. itu orang songong bener, bukanya dia lebih suka buku pelajaran ya.." gumam Fania sambil melanjutkan perjalanan pulang nya.
***
"Ma.. kenapa banyak banget masukin makanan ke tas aku, nanti berat nanjak nya" lirih Fania dengan mengerutkan dahinya. "Gak berat, itu cuma makanan ringan aja kok, pokoknya kamu disana harus hati-hati dan jangan lupa makan oke" sahut Anna. "Oke ma jangan kangen ya hehe" ucap Fania
Di sekolah semua sudah bersiap untuk berangkat, para siswa dan panitia sudah duduk di kursi bis. Bis pun melaju hingga tak terasa akhirnya kami telah sampai di posko pendakian. Pendakian pun dimulai semuanya menggunakan protokol keselamatan. Setelah melewati beberapa pendakian yang cukup melelahkan akhirnya kami berhenti sejenak untuk istirahat
"Ah.. ternyata cape juga ya" ucap Siska sambil menghela nafas. "Semuanya istirahat dulu ya sepuluh menit lagi kita mulai jalan" ucap Saka selaku ketua OSIS.
"Nis anterin gue yu,, kebelet pipis" ajak Fania, selagi semuanya istirahat mereka pun mencari semak-semak yang tidak jauh dari tempat peristirahatan, namun setelah Fania selesai dan saat berbalik Annisa telah hilang dari pandannya ia menyusuri jalan yang tadi ia lewati mencari Annisa namun ia malah menemukan sebuah sumur.
"Kok ada sumur ya disini perasaan tadi gak ada" gumam Fania sambil melihat kedalam sumur dan tiba-tiba tubuhnya seperti terdorong, ia pun terjun kedalam sumur "Annisa....!!" Teriaknya.
Fania tidak sadarkan diri namun ketika dia membuka mata
"Dimana aku?"
***
Hai...!!
Jangan lupa vote nya ya...
Baca terus kelanjutannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Ajeng
Historical FictionGara-gara mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 atau masa dimana Indonesia masih dalam naungan Belanda, Fania seorang gadis yang tidak sengaja mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 merasa kebingungan karena semua orang di sana memangilny...