#13 Awal abad ke-20 ⏳

378 48 3
                                    


***

Fania tidak bisa menolak karena kakinya juga masih sakit dan belum bisa digunakan untuk berjalan.

"Kenapa gue jadi deg-deg-an ya,," Gumamnya dalam hati.

Hati Fania terus berdegup kencang, semenjak Darma menggendong Fania di punggungnya.

Mereka pun tiba di rumah, Darma menurunkan tubuh Fania dari punggungnya dan memapahnya ke kamar, namun saat melewati lorong ia bertemu dengan Karwiti dan Mardiah.

"Mas, Mbak Fania kenapa?" Tanya Mardiah sambil ikut memapah Fania.

"Mba baik-baik saja toh?" Karwiti juga bertanya soal keadaan Fania, mereka semua peduli pada Fania walaupun diantara mereka tidak ada hubungan apapun.

"Gak apa apa kok, gue cuma jatoh aja tadi tapi gapapa" ucap Fania, "Dar Makasih ya" sambungnya sambil menatap darma.

Mereka berdua pun menggantikan darma memapah Fania ke kamar nya.

"Mbak nanti biar saya panggil mbok tiem aja ya.. dia handal dalam urusan pijat dan urut" ucap Mardiah yang sedang mendidikan Fania di kasurnya.

Tak lama kemudian Mardiah datang bersama Mbok Tiem. Mbok Tiem mulai mengoleskan minyak di kaki Fania dan memulai praktiknya, Fania pikir Rasanya biasa saja seperti dipijat pada umumnya namun terdengar suara
~Kretek Kretek~

"Akhhhh~~~~"

Teriak Fania dengan kencangnya bahkan dapat membuat burung-burung yang hinggap di rumah itu terbang berhamburan.

"Aduh udahan ya..."

"Kalian semua keluar dulu ya please,, gue mau istirahat" ucap Fania dengan muka melasnya pada Diah, Witi juga mbok Tiem.

Setelah mereka pergi Fania mencoba menggerakkan kakinya kembali dan ternya kakinya sudah tidak sakit, mungkin hanya butuh sedikit recovery lagi.

"Wah... Ternyata langsung ampuh" ujar Fania sambil berjalan perlahan mendekati jendela kamarnya.

Fania tersenyum melihat Darma Dari kejauhan, itu kembali mengingatkan nya akan saka, Fania memang sering bertengkar dengan saka tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa Fania dan saka juga memiliki kedekatan, secara mereka sudah dua tahun menjadi teman sekelas. Dan semakin dalam ia melihat Darma semakin mengingatkan nya pada memori-memorinya bersama saka.

•Flashback on•

Hari itu adalah hari pertama Fania bersekolah di SMA Nusa Bangsa, Fania duduk di sebelah Saka, karena hanya kursi itulah yang kosong pada saat itu. Fania mencoba mencari teman baru, namun malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari saka.

"Hai... Kenalin gue Fania, nama Lo siapa?" Tanya Fania dengan wajah semringah, namun saka malah menjawab, "lo nggak bisa baca nametag di baju gue?!". Yap namanya Elsaka Gafriel, Fania juga tau dia bisa baca itu, tapi dia hanya ingin basa-basi untuk mengawali sebuah pertemanan.

Sejak saat itu Fania sangat jengkel dengan saka, namun untungnya dia hanya lima hari duduk bersebelahan dengan saka sebelum guru mengacak tempat duduknya lagi.

Namun saka juga pernah menolong Fania, tepatnya saat mereka duduk di kelas dua SMA, momen itu tidak akan pernah luput dari ingatannya, karena untuk pertama kalinya dia melihat saka dari sisi yang lain.

Saat itu tepat malam Minggu, Dengan mengenakan Dress mini Fania pergi ke klub malam, ia hanya pergi seorang diri tidak bersama teman-temannya karena dia juga tahu bahwa seorang anak sekolah tidak baik datang ke tempat seperti itu.

Lagu DJ menggema cukup keras disana, membuat semua orang harus berteriak untuk bicara,  dan tempat itu gelap hanya ada lampu warna warni yang berputar kesana kemari, bikin pusing aja.

Saat Fania masuk ketempat itu, tak berselang lama seorang pria datang menghampiri nya dan langsung merangkul pinggang Fania.

"Hey cantik,, sendirian aja ni" ucap pria itu sambil mendekatkan bibirnya di kuping Fania, sepertinya pria itu sedang mabuk karena tangan kirinya memegang botol bir.

"Gak usah pegang pegang juga AN***G!!!!!!!!" Bentak Fania di depan wajah pria itu, dan menyikut perut pria itu agar Fania bisa terlepas dari rangkulannya.

Plakk....

"Oh Lo berani sama gue!!!" Bentak pria itu setelah menampar wajah Fania, sedangkan Fania masih tertunduk sambil memegangi pipinya yang sakit.

Tidak disangka bukannya pergi setelah menampar Fania, pria itu malah memecahkan botol birnya ke meja sehingga tinggal setengah bagian botol dengan ujung runcing di tangannya, pria itu bermaksud memukulkan botol yang tajam itu ke wajah fania. Tapi untung nya saka datang tepat pada waktunya. Entah dia datang dari mana yang jelas ia menahan tangan pria itu dan memelintirnya mereka pun terlibat sedikit adu tangan sedangkan pengunjung lain hanya menonton.

Saka menarik tangan Fania dan membawanya keluar, sedangkan Fania masih memegangi wajahnya. Fania hanya terlihat tegar dan kuat dari luar padahal hatinya mudah rapuh.

"Lo gak apa-apa?" Tanya saka menatap wajah fania sambil memegangnya dengan kedua tangan.

"Makasih ya" ucap Fania sambil meneteskan air mata dan menangis tersedu-sedu, Saka memeluknya untuk menenangkan Fania.

"Gue takut, gue belum pernah ke tempat kaya gitu sebelumnya, gue gak tau jadinya bakal kayak gini" ucap Fania sambil menangis di pelukan saka.

"Ya Lo ngapain ketempat kaya gitu?? Lo mau...." Ucap saka yang langsung dipotong oleh Fania.

"Mau apa??" Potong fania sambil melepas pelukannya dan berhenti menangis. "Gue gak seperti apa yang Lo pikirin ya!" Sambungnya.

"Emang gue mikir apa??" Celetuk Saka dengan wajah nyolotnya.

"Udah deh,, gue kasih tau ya.. gue datang ke situ cuma buat cari ide, referensi untuk nulis novel" jelas Fania. "Lo sendiri mau ngapain kesana, oh.. mau gue laporin apa sama guru? Seorang ketua OSIS yang bijaksana ternyata main juga ke klub malam haha" sambutan meledek Saka.

"Udah deh jangan banyak bacot, ayo gua Anyer pulang" ucap saka sambil menyodorkan jaket dan helm pada Fania.

"Ternyata saka orang nya perhatian juga" gumam Fania dalam hati

•Flashback off•

"Duarrr.....!!!" Teriak seseorang memecahkan lamunan fania.

"Lo ngagetin gue aja"

****

Jangan lupa vote ya...
And Don't forget follow me

Raden AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang