27| Rindu rumah ⏳

158 19 2
                                    

***

Darma masih fokus memilah-milah lembaran foto yang mereka abadikan tadi, ia tidak menyadari ada Fania yang datang menghampirinya.

"Ha? Fania? Ada apa?" Tanya Darma yang baru ngeh, namun masih fokus dengan foto-foto itu.

"Jadi Lo gak dengerin gue dari tadi??" Fania Kesal, "gue udah cari sukma, dia gak ada dimana-mana, di kamar gak ada, di dapur gak ada, semua sudut di rumah ini udah gue cek tapi gak ada Sukma" sambungnya.

"Oh iya saya belum beritahu kamu, kalo Sukma sudah pergi sejak dini hari sebelum kamu bangun" ujar Darma menjelaskan.

"Pergi? kemana? Kok Lo baru ngasih tau gue sekarang" oceh fania kesal.

"Maaf, Semalam saya mau memberitahu kamu, tapi kamu malah menghindar" ucap Darma, "Sukma pergi ke rumah kerabat kami yang ada di dekat bukit sana, dan dia akan tinggal di sana untuk sementara waktu, semoga keputusannya itu bisa membuatnya bahagia" tukas Darma.

Ternyata Sukma sudah pergi sebelum matahari terbit menggunakan kereta kuda yang telah disiapkan oleh Darma, Sukma yang akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama kerabatnya di sebuah desa di perbukitan yang jauh dari keramaian.

Sukma tidak bisa terus tinggal di desa ini karena masih dekat dengan rumahnya dan akan terus teringat akan kenangan bersama suaminya, oleh karena itu ia memutuskan untuk tinggal bersama paman dan bibinya yang dapat membantu dia, dan bisa menerima dirinya juga bayi dalam kandungan Sukma.

Setelah mendengar penjelasan Darma, Fania merasa lebih tenang, dan mungkin itu pilihan yang tepat untuk Sukma.

"Syukur deh kalau gitu" ucapannya seraya membalikkan badan kembali memasuki rumah namun tiba-tiba dharma memanggilnya, "Fania tunggu" sambil menarik tangan gadis itu.

"Dari lima foto ini mana yang paling bagus menurutmu?" Tanya darma sambil memperlihatkan foto-foto yang mereka ambil.

"Cuma lima doang?? Kenapa gak di cetak semua" tukas Fania, sambil melirik kesana kemari melihat satu persatu foto itu.

"Kamu pikir cetak foto mudah dan murah" ucap darma sinis.

"Keluarga kalian kan keturunan ningrat pastinya orang kaya, jadi mahal sekalipun pasti gak masalah" celoteh Fania, darma hanya diam terenyuh.

"Ndak usah banyak bicara, tinggal pilih saja susah sekali..!" Tegas darma.

"kayanya bagus semua deh... Gue ambil yang ini ya" Fania tersenyum-senyum sembari mengambil dua foto yang hendak ia simpan.

***

Hari telah berganti malam, Fania masih duduk termenung meratapi nasibnya yang tak kunjung bisa kembali ke masa kini. Di rumah itu sangat hening apalagi setelah Sukma pergi dan memutuskan untuk tinggal dengan pamannya.

Fania yang sedang duduk di kursi kayu yang berada tepat di teras rumah itu, dihampiri oleh darma.

"Ada apa??" Tanya Fania seraya melihat darma datang.

"Aku yang seharusnya bertanya 'ada apa?' kenapa wajahmu murung seperti itu?" Tanya balik darma yang langsung duduk disebelah Fania.

Fania hanya menghela nafas panjang "hufttt" lalu berkata, "bagaimana tak murung, aku sepertinya tak bisa kembali", fania termenung dalam lamunan panjang.

"Kamu tidak perlu khawatir, aku akan bantu kamu kembali" ucap darma sambil merangkul pundak Fania, "meskipun saya tak ingin kamu pergi Fania", gumamnya dalam hati.

Sudah banyak masalah yang dilalui Fania saat berada disini sehingga ia tak pernah kepikiran untuk kembali dan tidak pernah memiliki waktu untuk mencari cara agar dirinya bisa kembali ke masa sekarang.

Akhirnya setelah masalah yang terjadi belakangan ini selesai Fania tersadar bahwa tempatnya bukan disini, dan pasti ada seseorang yang menunggunya untuk kembali.

"Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk cari cara supaya gue bisa kembali ke masa depan" ucap Fania sambil menghela nafas panjang, "lagi pula semua masalah yang ada juga udah selesai, jadi gue bisa kembali dengan senang hati dan tenang" sambungnya dengan wajah yang murung.

Sepertinya Fania juga berat hati untuk meninggalkan tempat itu. Banyak kenangan yang tercipta meskipun keberadaannya disana hanya dalam hitungan hari.

"Udah mendingan sekarang kamu tidur udah larut malam, kamu juga pasti lelah seharian jalan kaki" ujar Darma.

"Okey.." ucap fania sambil mengangguk, "eh... tunggu dulu, gue punya satu permintaan" sambungnya.

"Apa?"

"Gue minta gaya bicara Lo ke gue diubah ya... Gak usah terlalu kaku dan formal kaya gitu" jelasnya yang tak yakin Darma bisa melakukan hal itu atau tidak, "jadi berasa lagi ngomong sama guru atau pejabat gitu" sambung Fania.

Darma hanya menatap Fania dengan wajah keheranan, "jadi saya harus bicara seperti apa??" Tanya Darma yang memang tidak tahu.

"Kaya gue, ikutin gaya bicara gue" jelas Fania terus menerus, namun Darma masih terus kebingungan. "Udah deh... Gak jadi!!, susah ngomong sama Lo mending gue tidur aja" ucap fania greget dan langsung pergi meninggalkan Darma.

***




i'm back

Akhirnya update chapter baru...

Jangan lupa follow ya biar semangat update

Selamat membaca 😉

-
-
-

Raden AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang