***
Pagi hari ini udara sangat segar, gadis cantik itu duduk berayun diatas ayunan kayu yang terikat pada sebuah batang pohon di samping rumah itu, Rambutnya ikut berayun seketika terkena hembusan angin, dengan rambut setengah digerai serta jepitan bunga di belakangnya, dan kebaya merah jambu yang ikut mempercantik membuat Fania sangat cantik bak tuan putri.
"Disini sangat membosankan sekali" ujar Fania mengerutkan dahinya.
Seseorang lelaki paruh baya berjalan melewati rumahnya itu dengan mendorong sebuah gerobak, sepertinya Fania mengenalinya, ia tunggang langgang menghampiri lelaki itu.
"Paklik..!!" Teriaknya sambil melambaikan tangan dan berlari. Lelaki paruh baya itupun menghentikan langkah kakinya.
"Kenapa gak berhenti, rumahnya kan disini, mana lauk pauk untuk hari ini?" Tanya Fania dengan nafas yang masih ngos-ngosan. Ternyata laki-laki paruh baya itu adalah paman yang biasa mengantarkan Makanan untuknya dua hari terakhir.
"Ora ana, Kanjeng Mas Soedarma hanya ngirimkan pangan kanggo dua hari" jawab lelaki paruh baya itu dengan logat medhoknya.
"Yah beneran? Yaudah deh" tukas Fania, "duh gue makan apaan hari ini" gemingnya dalam hati sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Yowes.. saya pergi dulu" pamit lelaki paruh baya itu yang kembali berjalan mendorong gerobaknya.
Fania berbalik badan dan berjalan kembali menuju rumahnya, ia duduk terdiam di sebuah kursi rotan.
"Harusnya Darma datang nengok gue, ini kan udah dua hari seperti yang dia bilang" oceh Fania.
Fania bernyanyi untuk menemaninya di kesunyian itu, walaupun dengan suara pas-pasan.
~ Berharap suatu saat nanti ~
~ Kau dan aku kan bertemu lagi ~
~ S'perti yang kau ucapkan ~
~ S'belum kau tinggalkan aku ~(Tak Ingin Usai - Keisya Levronka)
Begitulah kira-kira penggalan lirik lagu yang dinyanyikan Fania, seperti sedang mencurahkan isi hatinya sekarang.
Fania mulai bosan kini ia menata satu persatu batu kerikil kecil yang ada di depan rumah itu, tinggal satu batu lagi dan selesai namun ada seseorang yang berjalan dan berhenti tepat diatas bebatuan yang telah di susun Fania, ia sudah tau itu pasti darma, namun tunggu! ada dua pasang kaki sekarang.
Fania langsung menolehkan kepalanya keatas dan langsung berdiri, matanya langsung terpana pada wanita yang seperti replika dirinya, begitupun wanita itu.
Sukma & Fania keduanya terkejut melihat wajahnya sendiri ada dihadapannya mereka berdua serasa sedang bercermin.
Mata keduanya melirik keatas dan kebawah, ini merupakan kali pertama mereka bertemu, sebelumnya mereka hanya tahu lewat cerita orang lain saja.
"Apa dia Sukma?" Tanya Fania dengan mulut yang terus terbuka lebar.
"Iya ini Sukma" jawab Darma, "Dan kenalkan juga dia ini yang pernah saya ceritakan namanya Fania" lanjut darma memperkenalkan Fania Pada Sukma.
Darma mengajak Sukma masuk, dengan tas besarnya masing-masing. Mereka berjalan melewati Fania yang berdiri di hadapannya, Sedangkan Fania masih memperhatikan sukma dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Duduk dan beristirahatlah" Darma mempersilakannya duduk, "kamu akan berbagi kamar dengan Fania di sebelah sana" sambungnya Sambil menunjuk ke kamar Fania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Ajeng
Historical FictionGara-gara mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 atau masa dimana Indonesia masih dalam naungan Belanda, Fania seorang gadis yang tidak sengaja mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 merasa kebingungan karena semua orang di sana memangilny...