***Fania membuka matanya perlahan, dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya. Ia melihat atap ruangan itu dengan seksama, terlihat atap berflapon dengan lampu LED yang menyala terang, "perasaan rumah tua ini gak pake flapon dan gak ada lampu" celoteh Fania yang masih terkantuk-kantuk, "tunggu-tunggu" Fania langsung beranjak duduk, matanya melotot melihat ke arah flapon itu, menatap lampu dengan seksama.
"sejak kapan ada lampu LED di zaman ini,,, apa jangan-jangan????" Gumam Fania sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, menerka-nerka apakah dia sudah kembali ke Masa kini, benar saja ia sedang berada dikamar kesayangannya.
"AAAaa.... I'm Back!!" Teriak Fania kegirangan, ia loncat dari tempat tidurnya dan jingkrak jingkrak kesana kemari.
Fania berlarian kesana kemari, membuka jendela kamarnya dan menghirup udara segar yang sudah lama tak ia hirup, dia duduk di kursi belajarnya dan menikmati betapa nyamannya rumah itu.
"Akhirnya gue bisa kembali juga kesini" ujar Fania dengan gembiranya. Orang bilang ~Rumahku istanaku~ mungkin kalimat itu bisa menggambarkan bagaimana perasaan Fania sekarang.
Fania sangat merindukan ibunya, ia langsung berlari keluar kamar dan mencari ibunya, saat ia tiba di ruang makan langkah kakinya berubah, yang tadinya berlari kini jalan perlahan.
Raut wajahnya seketika berubah menjadi kebingungan, pelan-pelan ia melangkahkan kakinya menghampiri wanita yang sedang duduk di meja makan itu sambil meneguk secangkir teh.
"Mama" ucapnya pada wanita yang memakai setelan kebaya itu. Fania masih keheranan kenapa ibunya memakai kebaya dan kain batik seperti wanita keraton.
"Apa itu mama? Tapi dia terlihat seperti kanjeng Ratu, tapi gak mungkin kanjeng ratu ada disini" gumamnya dalam hati, banyak pikiran berkabung dikepalanya.
"Kamu sudah siap untuk melangsungkan pernikahan dengan pak Bupati" ujar wanita itu sambil menatap tajam kearah Fania.
Sontak Fania pun menyadari itu bukanlah ibunya melainkan kanjeng Ratu, Fania kaget dan langsung berlari kembali ke kamarnya dengan wajah ketakutan.
"Tidakkkkk...!!!" ~~~
Teriak Fania membuatnya terbangun dari tidurnya, ia membuka mata melihat dan mengamati sekeliling namun ia masih berada di rumah tua itu, nyatanya itu semua hanyalah mimpi dan Fania tidak pernah benar-benar kembali ke masa depan.
Mungkin ia cukup lelah dan sangat merindukan rumahnya sampai-sampai kebawa mimpi.
"AAAAAkh....!!! Ternyata gue masih terjebak disini" teriak Fania kesal.
***
Pagi ini Fania mencoba memulai hari dengan suasana hati yang baik, ia mencoba beradaptasi dan menerima menyatakan kalau seandainya ia harus tetap tinggal disana selamanya. Ia tidak mengerti apa alasan dia mengalami perpindahan waktu, ia juga tidak tahu bagaimana caranya kembali. Sebuah petualangan waktu yang tidak bisa dicerna oleh pikiran siapapun yang mendengarnya. Sekarang Fania mulai bosan dengan semuanya disini, ia benar-benar merindukan keluarga dan teman-temannya.
"Fania kamu mau ikut?" Tanya darma yang sudah siap dengan kereta kudanya.
"Kemana?" Tanya fania acuh.
"Saya akan ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur" ucap Darma
"Kalau gitu gue mau ikut, bosen dirumah sendirian" ujar gania yang langsung menaiki kereta kuda itu.
Suasana di pasar cukup ramai banyak orang berlalu lalang. Ada yang sibuk menata sayurannya, ada yang sibuk bergosip dan sebagainya. Seperti semua orang memiliki kesibukannya masing-masing begitu pula dengan Soedarma dan Fania. Mereka baru saja tiba di pasar, Fania dan Darma turun dari kereta kudanya dan lanjut berjalan kaki, ini bukan kali pertama Fania datang kepasar itu. Fania juga mulai terbiasa dengan situasi dan kondisi di masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Ajeng
Historical FictionGara-gara mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 atau masa dimana Indonesia masih dalam naungan Belanda, Fania seorang gadis yang tidak sengaja mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 merasa kebingungan karena semua orang di sana memangilny...