#21 Awal abad ke-20⏳

277 38 0
                                    

***

Pedagang itu mengiyakan tawaran Fania, karena melihat wajahnya yang memprihatinkan. Ia memberi seekor ayam yang masih hidup. Sementara itu Fania mengerutkan dahinya, ia lupa ini bukan di supermarket yang menjual ayam siap masak.

"Bisa minta tolong sembelih ayamnya,, ya please.." ucap Fania memohon.

Setelah mendapat semua yang dia inginkan, ia pulang dengan senyum lebar di bibirnya. mengambil kayu bakar yang disiapkan darma, mencari seluruh peralatan seadanya di dapur dan memulai debutnya di dunia perkokian.

Beberapa saat kemudian semua hidangan sudah tertata rapi di meja, setelah sekian lama dengan penuh perjuangan akhinya Fania selesai memasak dan siap menyapu bersih makanan itu karena sendari tadi perutnya terus berbunyi.

Belum ia memakan satu suapan pun, Namun langkah kaki mulai terdengar menghampiri Fania, ia menoleh dan benar saja dugaannya itu adalah Darma.

"Hei.. dari mana aja Lo? Giliran ada makanan langsung muncul" ketus Fania.

Sedangkan darma masih bengong melihat begitu banyak makanan tertata di meja itu.

"Kamu dapat dari mana makanan sebanyak ini?" Tanya darma dengan mulut yang terus terbuka lebar.

"Udah gak usah banyak tanya" jawab Fania, "mending ikut makan sini, semuanya gue yang masak, ada cah kangkung, ayam bakar, dan mashed poteto pengganti nasi" sambung Fania sambil menunjuk makanan satu persatu.

Darma pun tidak bisa menolak tawaran Fania, mereka pun menyantap makanan itu dengan lahapnya.

Kini semua makanan dimeja hanya tinggal tulang belulangnya saja, mereka menghabiskan semua itu layaknya orang yang belum makan berhari-hari.

"Akhirnya kenyang juga" ujar Fania sambil bersendawa dan mengelus-elus perut.

"Tunggu, saya pengen tau dari mana semua makanan ini?" Tanya darma untuk keduakalinya.

"Akh.. yaudah deh, gue kasih tau ya.. jadi ini semua gue beli" jawab Fania.

"Dengan apa??"

"Barter, gue punya arloji dan gelang perak" jawab Fania dengan polosnya.

"Apa!" Darma kaget, "jangan pernah lakukan hal itu lagi, kalau barang-barang itu sampai ke tangan Belanda, mereka pasti tidak akan tinggal diam dan akan mencari kamu" sambung darma tegas.

Fania kaget ia tidak tahu apa yang ia lakukan akan berdampak buruk terhadapnya kelak.

"Ya.. maaf, lagian siapa suruh Lo pergi ninggalin gue tanpa makanan gue kan lap...." Ucap Fania terhenti karena darma menempelkan jari telunjuknya pada bibir mungil Fania.

Darma mengambil sebuah bungkusan yang terletak di bawah meja yang mereka duduki saat ini.

"Lihat ini, ini apa?" Tegas darma sambil menunjukan bungkusan itu, isinya umbi-umbian yang dimaksudkan darma dapat dimakan oleh Fania saat ia pergi.

Melihat hal itu Fania terdiam sejenak, ia telah mencari ke seluruh tempat dirumah itu tapi tak menemukan bungkusan itu, dengan menghela nafas dan wajah pasrah Fania meminta maaf, "iya deh gue minta maaf, gak akan ngulangin hal kaya tadi".

Kini seisi ruangan itu mulai sunyi, Fania yang tiba-tiba terdiam dengan tatapan mata yang kosong, sedangkan darma hanya bisa menatapnya tanpa bergeming.

"Gue pengen pulang" suara sayu yang keleluar dari Mulut Fania.

Darma masih menatapnya dengan seksama, darma sepertinya tahu apa yang sedang Fania pikirkan, Fania merindukan rumahnya tempat dimana seharusnya ia berada sekarang.

Raden AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang