***
"Who are you?"Pria itu pun hanya terdiam keheranan sambil menatap Fania, "bukankah dia Sukmawati adik darma? Mengapa dia tiba-tiba tidak menggingatku?" Gumam Marthin dalam hatinya.
Darma yang menyadari kedatangan Fania pun bergegas turun dari kereta kudanya dan berkata "Hey... Sukma kau ini jangan pura-pura lupa ingatan seperti itu" sambil mengedipkan matanya memberi isyarat untuk berprilaku layaknya Raden Ajeng Sukmawati, "ah.. Sorry Marth dia memang suka bergurau, itu pasti karena kamu sudah lama tidak datang kemari" sambung Darma.
"Ah iya marth.. ayo silahkan Masuk" ucap Fania seolah-olah mengenal Marth. Fania pergi ke dapur mengambilkan kudapan yang bisa di sajikan pada tamu, dan membawanya kepada Marthin dan Darma yang sedang duduk berbincang.
"Disini Ramai sekali, sepertinya semua orang sibuk untuk mempersiapkan pesta" ujar Marthin sambil mencium bunga mawar yang di hitung Fania Tadi. "Ya kami sedang mempersiapkan pernikahan Sukminah" jawab Darma.
"Kapan pernikahannya akan dilangsungkan??" Tanya Marthin, baru saja Darma membuka mulut hendak menjawab tiba tiba "lusa, datang saja kesini lusa pasti ada musik dan banyak makanan enak" sahut Fania sambil menaruh teh dan camilan di atas meja.
"Apakah sudah selesai?? Tolong tinggalkan kami jika sudah." Ucap Darma pada Fania dengan tatapan tajam. Dengan wajah kesal Fania mengerutkan dahinya sambil membuang muka dan berbalik badan hendak pergi meninggalkan mereka. Namun langkahnya terhenti seraya Marthin berkata "tidak perlu pergi, akan lebih baik jika kita berbincang bersama disini".
Mata Fania berbinar binar memandangi wajah Marthin Sambil menopang dagunya diatas meja dengan kedua tangannya dan berkata, "marth Lo adalah sosok pria yang cukup pengertian sekali" sambil tersenyum manis "tidak seperti Raden Mas Soedarma Diningrat yang sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan" celoteh Fania yang seketika raut wajahnya berubah menjadi sinis melirik Darma.
Marth tertawa tipis melihat kelakuan Fania, "Sukma Kamu seperti dua orang yang berbeda yang pernah saya temui saat itu" ucap Marthin sambil mengingat masa lalu kala ia bertemu dengan Sukmawati.
• Flashback on •
Kala itu untuk pertama kalinya Marth datang ke kediaman keluarga Darma, saat itu Marth sedang berbincang dengan Darma di tempat yang sama seperti mereka berbincang sekarang.
"Marthin sorry sepertinya saya harus menaruh tas ini kedalam" ucap Darma sambil memegang tas yang sedari tadi ada di genggaman tangannya.
"Oh ya silahkan" balas Marthin sambil tersenyum ramah.
"Tunggu sebentar saja saya tidak akan lama, atau kamu bisa berkeliling melihat-lihat rumah kami" ucap Darma sambil berjalan meninggalkan Marthin.Marthin pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mengitari rumah dengan ornamen Jawa yang indah, saat berjalan dia tidak sengaja berpapasan dengan Sukmawati.
"Tunggu" ucap Marthin pada Sukma yang sedang berjalan, langkah mereka pun terhenti namun Sukmawati hanya terdiam di hadapan Marthin dan menundukkan kepalanya bahkan matanya tidak berani menatap ke depan.
"Bisa tunjukan jalan dan temani saya melihat-lihat rumah ini?" Tanya Marthin pada Sukmawati namun sukma masih terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Marth apakah aku terlalu lama meninggalkan mu" suara Darma sambil menghampiri mereka berdua, Darma melirik mereka berdua secara bergantian sambil bertanya tanya pada dirinya sendiri apa yang telah terjadi antara mereka.
"Marth kenalkan ini adikku Raden Ajeng Sukmawati, dan Sukma ini teman Mas namanya Marthin" ucap Darma memperkenalkan keduanya.
"Hello.. saya Marthin" sapa Marth sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, namun Sukma hanya menjawab "Sukma" tanpa mengulurkan tangannya dan malah pergi meninggalkan mereka dengan kecanggungan.
"Sorry marth perempuan di rumah kami memang tidak biasa dengan kedatangan orang baru" terang Darma pada Marth.
• flashback off •
Saat ini Marthin masih berfikir Sukma adalah dua orang berbeda, Sukma yang dulu ia temui sangat anggun dan pendiam, namun Sukma yang ia temui saat ini lebih ceria dan sedikit banyak bicara tapi Marth menyukai itu.
"Kamu Banyak berubah" ucap Marth dengan lembut, "apa yang dia maksud?" Gumam Fania dalam hatinya dengan wajah keheranan.
"Marth buruan diminum tehnya" ucap Fania mengalihkan pembicaraan, "akh... kayanya gue lupa masih ada yang harus dikerjain di belakang, jadi kita ngobrolnya next time aja ya bye..." Fania menepuk keningnya seolah-olah memang ia lupa ada yang harus ia lakukan, padahal ia hanya ingin menghindar dari Marth yang menyadari sikapnya berbeda dari Sukmawati.
***
Rumah tua yang begitu besar dan membosankan kini dihiasi banyak sekali bunga, musik-musik gamelan Jawa mulai menyongsong. Berbagai aneka kue dan kudapan sudah tertata rapi dimeja."Mbak Sukma ayo to mbak buruan.. saya tunggu di ruang mbak Sukminah....." Teriak Mardiah dari depan pintu kamar Sukma Sembari berjalan.
"Iya sabar dikit Napa.." sambil memoles lipstik dibiirnya "selesai!" Seru Fania sambil tersenyum menatap wajah nya di cermin, Fania tampak anggun sekali dari biasanya dengan sedikit riasan dan bunga di sanggulnya membuat ia tampak lebih cantik dengan paduan kebaya berwarna biru.
Semua kerabat dan para tamu sudah berkumpul, dan tak lama kemudian rombongan mempelai pria pun tiba. Di waktu bersamaan empat wanita Cantik keluar dengan saling bergandengan."Dia Sangat Cantik" ucapnya sambil tersenyum memandang ke arah mereka.
"Siapa Marth?"
Bersambung......
Jangan lupa vote ya...
See you next part😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Ajeng
Narrativa StoricaGara-gara mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 atau masa dimana Indonesia masih dalam naungan Belanda, Fania seorang gadis yang tidak sengaja mengalami perpindahan waktu ke awal abad 20 merasa kebingungan karena semua orang di sana memangilny...