#17 Awal abad ke-20⏳

339 46 1
                                    

***

Tok....tok...tok..

Seseorang mengetuk daun pintu kamar Darma, Darma yang menyadari hal itu pun langsung beranjak Dan membukakan pintu, ternyata itu hanya mbok Tiem yang menghantarkan pakaian yang telah dicuci.

Darma Masih kepikiran soal Fania, akhirnya dia memberanikan diri untuk menghampiri Fania, Namun saat ia tiba di depan kamar Fania pintunya tertutup rapat, jendela kamarnya pun demikian, tempat itu sunyi, Darma tidak mendengar apapun dari kamar Fania, "apakah Fania ada di dalam?" Gumam Darma dalam hatinya, ia ingin mengetuk pintu kamar itu, namun dia tidak memiliki keberanian sebesar itu, akhirnya ia memutuskan untuk kembali dan membiarkan Fania menenangkan dirinya sendiri.

Didalam kamar yang sunyi itu Fania masih termenung, dia bahkan tak dapat meneteskan air matanya, "gue gak bisa ada di tempat ini, gue harus pergi, ya.. gue harus pergi" ujar Fania yang beranjak membereskan semua barang-barang nya.

Hari mulai gelap Fania merasa tidak akan ada yang menyadarinya jika ia pergi sekarang, Fania telah mengenakan pakaian yang ia pakai saat mendaki dan membawa semua barangnya, lalu ia membuka pintu kamarnya dengan perlahan agar tidak ada seorang pun yang dapat menyadarinya, namun saat Fania baru saja keluar dari kamarnya ada seseorang dari belakang yang berteriak, "Hei siapa kamu?".

Fania yang mendengar suara itu langsung lari tunggang langgang, ternyata itu adalah Soedjaka Kakak laki-laki tertua di rumah itu. Jaka mencoba mengejar Fania, Jaka juga mengecek terlebih dahulu kamar Sukma dan tidak mendapati siapa pun disana.

"Sukma tunggu, kamu jangan coba-coba untuk kabur" ucap Jaka yang langsung berlari mengejar Fania.

Namun ia tidak dapat menemukan Fania, Fania tiba-tiba menghilang begitu saja. "Kemana dia pergi? Larinya cepat sekali" ujar Jaka dengan nafas ngos-ngosan.

Jaka telah mencari keseluruh sudut namun tak kunjung menemukan Fania, ia juga kembali melihat kamar Sukma dan masih tak dapat menemukan siapapun disana.

"Saya harus beritahu Romo" ucap Jaka, namun hari mulai gelap dan semua orang tertidur, Jaka memutuskan memberitahu kanjeng Gusti dan Kanjeng Ratu esok hari.

Di tempat lain ternyata Fania diselamatkan oleh Darma, karena Fania tidak bisa lari secepat kilat. Saat Fania berlari dan melintas tepat didepan kamar Darma ada yang menarik tangannya masuk, ya itu adalah Darma. Darma menarik Fania masuk dan menutup pintunya.

"Lepasin tangan gue!!!" Bentak Fania.
"Gue mau pergi dari tempat ini, Lo gak bisa halangin gue" sambung Fania mencoba membuka pintu, namun Darma menahan Daun pintunya dengan tangan besarnya itu.

"Sekarang bukan waktu yang tepat" ucap Darma.

"Kapan waktu yang tepat? Sampe waktu dimana gue pergi dengan status istri seseorang?" Fania masih merasa kesal pada Darma.

"Tidak, saya akan memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi, Besok saya akan membantu kamu pergi dari sini" ujar darma sambil menatap Fania dengan serius, Fania balik menatap sinis.

"Terus gue harus percaya??" Bentak Fania dengan Mata yang mulai berkaca-kaca, "percaya sama orang EGOIS yang cuma mikirin kebahagiaan adiknya aja" terusnya menetes kan air mata.

"Fania Sorry.." ucap Darma yang tak digubris oleh Fania.

"Gue juga gak mau menikah sama cowok itu..... Gue juga pengen bahagia... Bukan cuma adik Lo..." Oceh Fania sambil menangis memukul-mukul dada pria yang ada dihadapannya dengan tenaga yang bahkan sudah tinggal satu persen. "Gue gak bisa kembali ke era gue berada, dan gue gak punya siapa-siapa disini, gue gak punya orang yang bisa lindungin gue, Sukma beruntung masih ada orang yang menyayangi dia diluar sana, bahkan dia punya Lo, kakak yang selalu berpihak sama dia" sambungnya berderai air mata, Fania perlahan menjatuhkan dirinya duduk bersandar di belakang pintu.

Darma melihat Fania sangat sedih dan hancur, ia sangat merasa bersalah, Darma mencoba duduk disebelah Fania dan memeluknya perlahan, "saya disini, saya ada bersama kamu" ucap Darma mempererat pelukannya. Fania tidak menggubrisnya ia hanya menangis dan memejamkan matanya ia juga sedang rapuh dan butuh pelukan hangat.

"Gue benci Sukma"
"Gue benci..."
"Gue sendirian"
"Gue nggak punya siapa-siapa" gumam Fania pelan dengan air mata yang terus menetes.

***

Ayam mulai berkokok matahari mulai bersinar dan pagi telah tiba. Darma terbangun dari tidurnya dan mendapati seorang wanita cantik tidur di pundaknya. Ia terus memandangi wajah Fania yang masih terlihat cantik saat tertidur.

"Kenapa hati saya berdegup kencang saat dekat Fania" darma bertanya-tanya dalam hati kecilnya.

Fania mulai membuka matanya karena sinar matahari yang menerobos masuk dari celah jendela.

Fania pun beranjak dari tidurnya ketika menyadari bahwa ia tersandar di pundak darma.

Di tempat lain Jaka berusaha untuk memberi tahu kepada Kanjeng Gusti dan Ibunya Bahwa Sukma melarikan diri lagi.

"Tadi malam saya melihat sendiri dengan mata kepala saya bahwa Sukma kabur" ucap Soedjaka dengan wajah serius.

"Apa..!! Kamu Yakin itu Sukma?!" Tanya Kanjeng Ratu dengan sangat kaget sementara Kanjeng Gusti hanya menghela nafas pendek. Jaka mengangguk "maaf saya tidak bisa mencegah Sukma" ucapnya.

"Dimana Sukma sekarang?!" Tanya Kanjeng Gusti tegas.
"Pagi ini saya sudah mengecek kembali kamar Sukma, dan dia benar-benar sudah melarikan diri Romo" ucap Jaka, namun tak lama kemudian seorang wanita datang dan berkata, "saya disini".

Semuanya kaget melihat Sukma yang datang secara tiba-tiba.

-
-
-
Selamat membaca📖
-
-

Raden AjengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang