Enam Belas

52 10 3
                                    

Gabrin duduk di karpet dengan Guguk di pangkuannya. Sedangkan Gibran sedang membolak balikkan buku catatan milik teman kampusnya. Gibran berencana menjadi anak rajin karena lusa sudah ulangan tengah semester.

Mega di bawah sedang menyiapkan makan malam. Sedangkan Gabrel seperti biasa ada di kamarnya. Menyibukkan diri dengan pekerjaan.

"Makan malam dulu!" seru Mega dari meja makan. Gibran turun diikuti oleh Gabrin. Tak lama kemudian Gabrel keluar. Gabrin yang memang sudah lapar bersiap mencomot tempe goreng di salah satu piring. Namun baru mengulurkan tangan, Gibran sudah menyingkirkan piring tersebut.

"Cuci tangan lo, Ga. Habis pegang-pegang Guguk tadi." Gabrin mengangguk malas dan menuju ke dapur.

"Gaga, mama minta tolong ambilin sendok di rak itu, nak!"

"Sendok yang mana, Ma?"

"Sendok sayur, yang gede."

Gabrin sibuk mencari-cari. "Gaada, Ma. Adanya sendok makan sama buat nasi."

"Ada, orang tadi mama yang nyuci." Gabrin masih tidak menemukan barang yang dicarinya.

Mega berjalan menghampiri Gabrin yang sudah menyerah. Gabrin hanya mengamati pergerakan mamanya. Dahinya mengernyitkan kala Mega menemukan sendok tersebut di atas meja dapur.

"Ini loh. Kamu ini, sendok disini ngga liat."

Gabrin menatap cengo mamanya, "Kan tadi mama bilangnya di rak bukan di atas meja."

"Ya kamu harusnya inisiatif." Gabrin membuang nafas pelan. Sabar. Mama selalu benar.

Gabrin membuntuti Mega menuju meja makan. Perutnya sudah lapar sekali. Belum sempat mendudukkan pantatnya, bel berbunyi. Ia kembali bangkit dan membuka pintu depan.

"Hai!" sapa Marsha dengan melambaikan tangannya.

"Siapa ya? Maaf tidak menerima tamu." Tanpa dipersilahkan, Marsha sudah melenggang masuk ke dalam rumah. "Oke."

"Eh Marsha. Sama siapa sayang?" Mega berdiri kemudian mencium pipi kanan dan kiri perempuan tersebut.

"Sendiri tante. Mau nginep sini, boleh?"

"Boleh, dong. Makan dulu, yuk!" Marsha mengangguk kemudian duduk di sebelah Gabrel menghadap Gibran.

"Kenapa ngga bilang dulu, Sha? Kan bisa gue jemput." Gabrel mengambilkan nasi untuk Marsha.

"Makan dulu," sela Mega.

Gabrin dan Gibran duduk bersebelahan. Mereka asik makan, sesekali Gabrin menaruh sayur yang ada dipiringnya ke piring Gibran. Gibran yang sudah hafal kebiasaan adiknya pun menerima dengan senang hati. Kemudian dirinya menaruh lauk ke piring Gabrin.

Selesai makan malam, mereka duduk santai di ruang tengah sembari menonton televisi. Meskipun sebenarnya tidak benar-benar menonton acaranya. Mega sudah kembali ke kamarnya, ia ada beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan.

Marsha dan Gabrel duduk di sofa sedangkan Gibran dan Gabrin duduk di karpet bawah. Gibran terus mengubah chanel, tidak tahu yang mana yang ingin ditonton.

"Gib," panggil Marsha.

"Hmm." Gibran menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi di depan.

"Nonton film aja. Gaada siaran bagus juga." Gibran mengangguk kemudian menghubungkan Netflix ke televisi.

Gibran menoleh ke adiknya. "Tumben diem lo, Ga?"

"Kekenyangan." Gabrin menguap. Kebiasaan lama, selesai makan kantuk menyerang.

Ting tong!

Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang