Dua Belas

49 14 1
                                    

"Bangsat!"

Baik Gabrin maupun Diba menoleh ke arah sumber suara. Seseorang telah melempar sebuah kaleng bekas ke arah anak-anak yang sedang bermain gitar namun meleset sehingga mengenahi bangku kosong di samping mereka. Lokasi party yang berada di luar ruangan sehingga tidak sulit bagi orang asing untuk berinteraksi.

Entah dari mana asalnya tiba-tiba Gibran dan Marchel sudah berada di meja Gabrin dan Diba. Keduanya terlihat bingung dengan insiden yang baru saja terjadi. Tanpa banyak bicara, Marchel dan Gibran menghampiri sang pelaku namun baru beberapa langkah berjalan terdengar derungan mobil melaju meninggalkan tempat tersebut.

Beruntung kaleng tersebut tidak mengenahi Diba ataupun Gabrin yang sedang duduk tepat di samping kaleng mendarat. Terkena sedikit saja sudah dipastikan akan terjadi keributan bahkan baku hantam besar-besaran.

Setelah memastikan semua baik-baik saja, Gibran maupun Marchel kembali ke meja Gabrin. Gibran menyodorkan jaketnya ke pangkuan Gabrin. Cuaca malam ini cukup dingin sedangkan Gabrin hanya mengenakan kaos berlengan panjang.

"Pake!"

"Ngga dingin, Bang." Gibran menatap Gabrin tajam. "Iya, dipake."

Gibran masih mengenakan hoodie, ia terbiasa memakai hoodie dilapisi dengan jaket ketika keluar malam. Berbeda dengan Gabrin, ia lebih suka memakai pakaian simpel seperti kaos atau celana pendek.

"Siapa tadi, Bang?" tanya Gabrin dan dibalas gelengan Gibran.

"Mau makan apa biar gue pesenin sekalian?" tanya Diba kepada tiga orang di mejanya.

"Kentang goreng sama coffee," jawab Gibran. Ia sangat hafal dengan hal-hal yang disukai adiknya. Salah satunya adalah kentang goreng. "Oh iya, Kak. Tambah susu kotak satu."

Diba mengangguk kemudian meninggalkan ketiganya. Gibran mengeluarkan ponselnya dari saku yang membuatnya tidak nyaman untuk duduk dan meletakkan di atas meja.

"Chel, lo besok free ngga?" tanya Gibran.

"Kenapa, Gib?"

"Gue mau minta tolong tapi kalo lo mau, sih. Lo ke tempat les Gaga. Biasalah," kekeh Gibran.

"Jam berapa?" Memiliki kawanan yang banyak membuat Marchel memiliki berbagai pengalaman yang bahkan di luar pemikiran dia. Bukan kali ini saja teman-temannya meminta tolong kepadanya. Pernah waktu itu Marchel diminta untuk datang ke sekolah untuk menjadi wali murid temannya padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja.

"Nih." Gibran menyerahkan undangan dari Gabrin tadi. Marchel membaca sekilas lalu mengangguk. Bersamaan dengan itu Diba datang membawa makanan.

"Bi, Danu itu siapa?" tanya Diba ke Marchel. Sontak semua menatap Diba.

"Kenapa? Dia gangguin kamu?"

"Engga. Tadi waktu aku nunggu ada yang bahas perihal Danu. Denger-denger-"

"Kamu nguping, Bi?" goda Marchel.

"Engga. Ngga sengaja, yaudah ngga jadi aku ceritain." Diba menatap malas Marchel.

"Iya iya maaf." Marchel terkekeh. "Jangan ngambek, dong. Sini-sini cerita. Ada apa hm?"

Diba menceritakan semuanya yang ia dengar. Sedangkan Gibran dan Gabrin menyimak sembari menyeruput coffee dan susu kotak yang ada di genggaman masing-masing. Inti dari ceritanya adalah Danu bebas dari penjara atas kasus pelecehan seksual.

Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang