"Mama," panggil Gibran. Ia berjalan menghampiri sang ibu yang sedang berkutat di dapur. "Bikin apa? Sini Gibran bantuin."
Mega menoleh, menatap Gibran sebentar kemudian beralih untuk mengambilkan celemek bermotif bunga. Dengan senang hati Gibran mengenakan celemek tersebut.
"Bang Gibran tolong bantuin mama buat kue, ya." Gibran mengangguk dan mengikuti instruksi dari Mega.
Hari ini merupakan hari ulang tahun Gabrin. Oleh sebab itu, Mega tidak pergi ke Galeri begitu pula dengan Gibran. Kuliahnya libur, dan dia sudah tidak bekerja di cafe Marchel. Terbiasa melakukan aktivitas, dirinya jadi suntuk ketika tidak ada kegiatan yang harus dilakukan.
Saat sedang sibuk membuat adonan, Gabrel datang membawa beberapa kantong kresek besar. Ia baru saja pulang dari Jepang. Meninggalkan pekerjaannya demi sang adik.
"Udah pulang, Bang Gabrel?" Gabrel mengangguk kemudian memeluk sang ibu.
"Baru aja sampai. Gaga belum pulang?"
"Astaghfirullahaladzim!" teriak Gibran.
"Kenapa, Bang?" Mega mengerutkan dahinya dan menghampiri Gibran. Maklum, Gibran yang tingkahnya seperti penjaga parkir neraka tiba-tiba berteriak istighfar membuat ibu tiga anak itu khawatir.
"Gaga tadi minta jemput," ucap Gibran. Mega menggelengkan kepalanya pelan saat melihat kelakuan putra keduanya. Setelah melepas apron, Gibran segera mengambil kunci motor dan begegas menjemput Gabrin.
Tidak lama kemudian Marchel datang menenteng paperbag entah apa isinya. Ia mencium tangan Mega dan tos pada Gabrel.
"Gibran sama Gaga kemana, Bang?" tanya Marchel.
"Gibran lagi jemput Gaga ke sekolah." Marchel mengangguk kemudian meletakkan paperbag tadi di atas meja makan. Tanpa disuruh, Marchel sudah duduk di meja makan menikmati kripik yang selalu disediakan Mega karena ketiga anaknya suka makan makanan ringan. Sedangkan Gabrel sudah melesat ke kamarnya untuk membersihkan diri.
"Tante mau kemana?" tanya Marchel saat melihat ibu dari temannya hendak meninggalkan dapur.
"Mau ke supermarket depan. Tante lupa belum beli mentega. Stok di rumah sudah habis," jelas Mega.
"Biar Marchel saja yang beli, Tante. Mentega sama apa, Tan?"
"Marchel yakin?" Marchel mengangguk. Lagian dirinya juga gabut hanya duduk.
"Oke. Ini uangnya, mentega aja. Kalau kamu ngga tau tanya petugasnya ya." Lagi-lagi Marchel mengangguk.
***
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tadi Gibran berangkat menjemput Gabrin sekitar pukul lima namun sampai sekarang belum juga kembali. Hal tersebut membuat Mega sedikit cemas, Lain halnya dengan Marchel dan Gabrel. Mereka sedang asik bermain PS di ruang tengah.
Suara derungan motor menandakan Gibran dan Gabrin sudah kembali. Baru membuka pintu, rentetan pertanyaan Mega menyambut mereka.
"Darimana saja kalian ini. Berangkat jam berapa pulang jam berapa."
Gabrin dengan tampang polosnya mengangkat paperbag di tangannya. "Diajak Bang Gibran nyari kado dulu, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro's
RandomKisah Perkumpulan Anak Download! ❕ © 2020 Meripuff All Rights Reserved ❕