"Bang, cepetan. Gue kebelet ini," teriak Gabrin sembari menggedor pintu kamar mandi.
"Bentar. Jangan berisik makanya." Gabrin berlari keluar menuju kamar Gibran.
"Kak Marsha, kamar mandi dipakai ngga?" Gabrin berdecak karena tidak ada jawaban. Ia berlari turun menuju kamar Gabrel.
"Bang Gabrel!!" Gabrin membuka pintu kamar Gabrel bar-bar namun pintu kamar mandi tertutup. "Anjir."
Gabrin keluar kamar Gabrel menuju kamar Mega. Baru memegang gagang pintu, Gabrin kembali berlari ke dapur.
"Mama, pinjem kamar mandinya yaa. Di atas lagi dipake semua!" Mega mengacungkan jempolnya.
"Alhamdulillah," teriak Gabrin sembari menuju kamar Mega.
Setengah jam kemudian, Gibran turun sudah mengenakan celana denim panjang dan hoodie yang sudah dibalut jaket. Tak lupa tas kuliahnya yang terlihat tipis menandakan tidak ada isinya.
"Mama!!" panggil Gibran.
"Mama di dapur. Gausah teriak!"
Gibran meletakkan tasnya di kursi meja makan kemudian ke dapur untuk mengambil minum. Kerongkongannya kering sedari bangun tidur belum dilewati air. Ia mencium pipi mamanya sebelum kembali ke meja makan.
Gibran menoleh ketika mendengar dua pintu dibuka bersamaan. Satu dari kamar sang abang, satunya dari kamar mamanya. Gabrel seperti biasa masih mengenakan pakaian tidurnya dan Gabrin, dirinya hanya terbalut handuk setengah badan. Merasa ditatap, Gabrin menyugar rambutnya yang basah.
"Gausah sok ganteng. Buru ganti pakaian!" Gibran melempari Gabrin dengan kacang yang ia ambil dari toples dihadapannya. Sedangkan Gabrin terkekeh dan berlari menuju kamarnya sembari bersenandung.
Gabrel duduk di depan Gibran dan mengambil toples kacang tersebut. Mega datang membawa mangkuk yang berisi sayur. Melihat itu, Gibran beranjak membantu Mega membawa lauk beserta nasi.
"Bang Gabrel mama minta tolong panggilin Marsha, sekalian Gaga suruh turun. Kita sarapan."
Setelah mengetuk pintu kamar Gabrin, Gabrel mengetuk pintu kamar Gibran. Marsha membuka pintu sembari menggosok rambutnya yang basah. Tadi sewaktu Gibran hendak mengambil pakaian, Marsha sempat meminjam kaos Gibran sehingga sekarang dirinya memakai kaos Gibran yang ia padukan dengan celana piyama semalam.
"Turun. Sarapan." Marsha mengangguk kemudian menjemur handuk tadi ke balkon kamar Gibran sebelum keluar mengikuti Gabrel.
"Marsha ngga kuliah, nak?"
"Marsha cuma ngambil empat hari kuliah, Tan. Hari ini ngga masuk." Mega mengangguk paham.
"Papa nanti sore pulang. Besok Bang Gabrel berangkat ke Jepang. Udah prepare, Bang?" tanya Mega.
"Belum, ma. Nanti aja, setelah kerjaan selesai."
"Bang, lo besok beneran perginya?" tanya Gabrin. Gabrel mengangguk.
"Lo kerja sebagai apa sih, Bang? Perasaan karyawan doang tapi kerjaannya ngalahin CEO."
"Justru itu, Gib. Awal memulai itu yang sulit. Kita harus beradaptasi dengan semuanya. Memahami satu per satu. Jadi kita bener-bener paham dengan apa yang kita kerjakan. Lagian walau cuma karyawan, gue bersyukur. Setidaknya gue dapet kerjaan dan bisa ngerasain seperti orang-orang. Ngga langsung cheat jadi owner. Mau jadi apa nanti perusahaan tanpa pemimpin yang pengalaman? Horor."
"Tuh dengerin abang kalian. Semuanya itu butuh proses. Gabisa instan," ucap Mega.
"Tante habis ini ke Galeri, ngga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro's
RandomKisah Perkumpulan Anak Download! ❕ © 2020 Meripuff All Rights Reserved ❕