Empat

198 35 25
                                    

"Ga!" panggil Gabrel dari lantai atas.

Merasa tidak ada sahutan dari sang empu, Gabrel pun turun menghampiri mamanya di dapur. Mamanya tidak jadi pulang besok karena takut trio ecek-ecek memporak-porandakan rumahnya.

"Ma, anak download mana?" Pertanyaan Gabrel di jawab dengan satu tabokan di pantatnya.

"Anak download anak download, terus mama apa? Playstore?"

Tadi sore setelah Gabrel membongkar identitas Gabrin, sang korban mengeluarkan bakat cepu nya terhadap sang mama.

"Tergantung. Kalau pake ios berarti App Store tapi kalau pake andro sabi tuh playstore." Gabrel menjawab sembari mengelus pantatnya yang terasa panas akibat tabokan mamanya.

Di depan rumah ternyata sedang ada teman Gibran, Deha, mengantarkan knalpot pesanannya. Gibran mengobrol ringan sembari membahas seputar hobi mereka.

"Si Vernon jadi ganti knalpot waktu touring kemarin?" tanya Gibran.

"Iya, anjir. Waktu di Jogja kan?" Gibran mengangguk. "Itu seru banget sih,"

"Om Jelo jadi ikut? Kane parah si kayanya. Sayang banget waktu itu gue lagi ujian."

"Iya parah lo, Gib. Gue, Marchel, sama Endra kesasar jauh banget. Udah gitu si Endra limit wah gilasi."

"Bang Gib." Gabrin dengan tidak berdosanya muncul tiba-tiba. "Flashdisk materi punya lo dimana?"

"Ngapain nyari flashdisk? Di kantong samping kulkas."

"Gue lupa ada tugas makalah," jawab Gabrin sebelum pamit meninggalkan keduanya.

Gabrin atau biasa dipanggil Gaga segera mengambil laptop beserta flashdisk milik abangnya menuju ruang tengah.

"Grusah grusuh ngapain sih lo, Ga?" tanya Gabrel menghampiri Gabrin. 

"Bantuin, Bang. Suruh buat makalah," jawab Gabrin. Gabrel mengangguk mengambil alih laptop Gabrin.

"Gaga ada tugas?" tanya Mega, ibu dari trio ecek-ecek sembari membawa kue yang baru saja ia buat.

"Iya, ma."

Lima menit kemudian Gibran masuk dan duduk samping mamanya di sofa. Sedangkan Gabrel dan Gabrin lesehan di karpet beludru.

"Siapa tadi, Gib?" tanya Gabrel.

"Deha. Nganterin knalpot," jawab Gibran. "Lagi ngapain sih, ma?"

"Buat snapgram. Tadi mama diajak Tante Hilda nge-dance." Seketika Gabrel menghentikan jarinya yang sedang mengetik, Gabrin menoleh menatap horor mamanya, dan Gibran menampilkan komuknya.

"Kenapa? Mau lihat?"

"Gak gak gak," tolak ketiganya cepat. Membayangkannya saja sudah merinding.

Semua kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

"Lo ngerjain apa sih, Ga?"

"Tugasnya Miss Tracy."

"Tugas Miss Tracy bisa-bisanya lupa." Karena Gibran dan Gabrin satu sekolah, maka dari itu Gibran sedikit tahu tentang guru di sekolah mereka.

"Namanya juga lupa, lupa tuh gak inget," respon Gabrin.

"Deadline kapan?"

"Nanti jam dua belas." Gabrel kembali menghentikan pergerakan jarinya dan menatap Gabrin.

"Anjir lo, Ga. Mana selesai. Miss Tracy kalo ngasih tugas gak ada akhlak," ucap Gibran tidak santai.

"Santai dong gausah nyolot, orang gue aja sans. Kan ada Bang Gabrel ya Bang." Gabrel  membalas dengan acungan jempol meskipun ingin rasanya mencekik leher adiknya.

Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang