Dua Puluh Lima

17 2 0
                                    

Gibran dan Gabrin berjalan menghampiri laki-laki yang memanggil mereka. Kebetulan sekali laki-laki itu sedang bersama mamanya.

"Halo, Om." Gibran menyapa sembari berjabat tangan. Gabrin pun mengikuti sang abang. Setelah itu mereka memeluk mamanya satu per satu.

"Kalian udah kenal satu sama lain?" tanya Mega ke rekannya.

"Emm, bisa dikatakan begitu. Tapi kami hanya saling tau aja."
Mega heran sejak rekannya memanggil kedua putranya sampai Gibran menyapa hangat.

Tepat setelah itu acara pembukaan dimulai. Sambutan oleh pelaksana dan seniman-seniman hebat disampaikan bergantian. Baru setelah semua selesai, para pengunjung boleh berkeliling melihat aneka ragam karya. Baik Gibran maupun Gabrin tak menyangka jika patung yang mereka pahat waktu itu sudah bertengger apik di tempat yang sudah disediakan. Meskipun sebetulnya Mega yang menyelesaikan, sih.

Tidak hanya sekedar pembukaan, ternyata malam itu juga ada live music. Gabrin menikmati itu sedangkan Gibran menyelinap ke stand makanan. Ia duduk di kursi yang disediakan dan menikmati jajanannya.

"Nak, boleh saya duduk di sini?" Gibran mendongak lalu mengangguk.

"Boleh, Om. Makan, om!" Pria yang dari awal ia panggil om itu menggeleng.

"Kamu anaknya Mega yang kedua, ya?"

"Iya, Om." Hening sesaat, "Maaf sebelumnya, nama om siapa? Biar enak manggilnya."

"Saya Jalu."

"Saya Gibran, Om. Salam kenal."

Ponsel Gibran berdering, terpampang nama 'Gaga' di layar. Adiknya pasti mencarinya.

"Om maaf banget, saya jemput adik saya dulu. Kasihan suka kaya anak kucing kalau sendirian. Pamit, Om." Gibran berjalan ke tempat Gabrin sembari mengangkat panggilan si bungsu.

"Anak gue udah besar," gumam Jalu.

***

Langit terlihat sangat biru, cahaya sinar matahari menusuk kulit hangat. Hari ini dua bersaudara itu akan berjalan-jalan ke jantung Kota Jogja. Sekedar jalan-jalan sekaligus ingin mengunjungi daerah  Kraton Yogyakarta.

Jogja selalu istimewa memang benar adanya. Setiap sudut seperti memiliki makna tersendiri. Transportasi umum maupun pribadi banyak mengisi jalanan. Namun di samping itu, delman dan becak tidak jarang ditemukan.

"Sarapan gudeg dulu deh, Bang!" ujar Gabrin. Saat ini mereka mengendarai motor sewaan mereka. Keduanya memutuskan tidak sarapan di hotel.

"Oke!" Gibran melaju membelah jalanan menuju gudeg langganan mereka setiap ke Jogja.

Sembari menunggu makanan disiapkan, Gibran melakukan panggilan video dengan Marsha. Perempuan itu baru saja bangun tidur. Terlihat Marsha masih goleran di tempat tidurnya.

"Bangun, mandi!" titah Gibran.

"Bentarlah."

"Hari ini agenda apa?"

"Servis mobil paling kalau ngga hujan."

"Sama siapa, Sha?"

Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang