Enam

130 30 11
                                    

"Ma, Bang Gabrel mana? Papa juga kok ngga kelihatan?"

"Abang kalian lagi di Jepang. Diajak papa, urusan bisnis."

"Serius banget urusan orang tua," celetuk Gabrin.

"Ye, namanya juga bisnis. Kalau ngga serius ya bangkrut." Gibran memoles kepala adiknya yang sedang menikmati makanannya.

"Bukannya papa nempatin Bang Gabrel di staff ya? Ngapain ke Jepang segala?" tanya Gibran kepada Mega.

"Iya, staff . Tapi di perusahaan yang di Jepang."

Hening, ketiganya sibuk menghabiskan makanan mereka.

"Ma, Gaga udah selesai. Mau ke kamar dulu. Malam, Ma."

"Gibran juga, selamat malam." Setelah mencium pipi mamanya. Gibran dan Gabrin masuk ke kamar masing-masing.

***

Brakk!!

"Bang lo ke sekolah, kaga?!" teriak Gabrin sembari mendobrak pintu kamar abangnya.

"Gak!" jawab Gibran tanpa mengubah posisi tidurnya. Setelah mendengar pintu kamar ditutup Gibran bangun lalu ke kamar mandi.

"Gaga. Mama anter ya," tawar Mega.

"Gausah, Ma. Gaga bawa motor sendiri aja," balas Gabrin. Sedari tadi mamanya tidak berhenti memaksa untuk mengantar dirinya ke sekolah.

"Yaudah, hati-hati ya. Gausah keluyuran, pulang langsung pulang."

"Siap, Bundo."

Gabrin mengendarai motor vespa putihnya ke sekolah. Lain halnya dengan Gibran yang baru bangun, setelah mencuci muka ia menyalakan ponselnya. Keningnya berkerut saat ada pesan dari nomor tidak dikenal namun pesan tersebut di timer. Malas menanggapi, Gibran kembali menutup ponselnya.

"Mama ngga ke Galeri?"

"Ke Galeri, tapi nanti agak siangan." Gibran mengangguk mengerti sembari membawa segelas susu ke meja makan.

***

Siang ini Gibran hanya rebahan ditemani alunan musik dari speaker yang terpasang di dua sudut kamarnya.

Saat membuka ponsel dirinya ingat dengan pesan yang dikirimkan nomor tidak dikenal tadi pagi.

08239753xxxx
Gib, ini gue Felix. Btw, udah lama nih gak ketemu ngobrol lama. Kumpul lah ayok entar sore

Lo yang sok ngartis, njir. Segala ganti nomer ga bilang-bilang. Ayo aja gue mah, dimana?

Setelah berunding cukup lama, keduanya memutuskan bertemu di salah satu tempat tongkrongan yang cukup terkenal di kalangan remaja sepertinya.

Suara pintu kamar dibuka kembali mengalihkan perhatian Gibran.

"Lo bolos?"

"Enak aja bolos, lo mah suudzon mulu sama gue."

"Tumben-tumbenan baru jam satu udah balik. Napa lo?"

"Lupa ngerjain PR terus diusir dari kelas. Kebetulan jam terakhir, yaudah gue balik sekalian."

"Otak lo pinter kalo soal beginian," cibir Gibran.

"Gue kan ngikut, lo."

"Gue entar mau ketemu sama temen gue yang semalem," ucap Gibran.

Bro'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang