"Papa udah pulang? Ngga lembur?" tanya Gabrin senang mengetahui ayahnya pulang cepat.
Gibran yang sedang menonton televisi enggan menoleh.
"Masih inget punya rumah ternyata," sinis Gibran tanpa mengalihkan penglihatannya.
"Apaan sih, Bang. Papa baru juga pulang. Wajarlah jarang di rumah, kan sibuk. Iya gak, pa?"
"Ini kado ulang tahun buat anak papa." Endra memberikan sebuah bingkisan yang lumayan besar kepada Gabrin sebagai kado ulang tahun.
"Makasih, Pa." Gabrin berjalan menuju Gibran yang masih diam menonton siaran televisi.
"Bang, nih kado."
"Hm," Gibran mengangguk malas. Gabrin menatap abangnya kesal. Tidak biasanya Gibran lemas seperti tidak diberi makan.
"Lo gamau buka bareng?" Sudah menjadi kebiasaan mereka jika ada kado dibuka bersama.
"Lo aja. Gue ke kamar dulu."
"Kalau adiknya bicara baik-baik itu jangan dicuekin." Gibran menghentikan langkahnya kala mendengar teguran dari sang ayah. Ia menghela napas pelan, hari ini ia sangat malas berbicara.
"Iyaa. Buka di atas aja, Ga. Biar bisa sambil rebahan." Gabrin mengangguk setuju.
Gabrel keluar dari kamar. Ia melihat ayahnya sudah berganti pakaian santai dan sedang menikmati siaran berita menggantikan posisi Gibran tadi.
"Udah pulang, Pa?"
"Iya. Mau kemana kamu, Bang?" tanya Endra saat melihat pakaian rapi Gabrel.
"Mau keluar sebentar. Gibran sama Gabrin kemana?"
"Di atas." Gabrel mengangguk kemudian melangkah menaiki tangga menuju kamar Gibran. Ia yakin adik-adiknya sedang berada di kamar Gibran karena ia dapat melihat pintu kamar Gibran sedikit terbuka.
"Wih lego baru. Pemberian siapa, Ga?" seru Gabrel saat melihat benda kotak yang lumayan besar di kasur Gibran.
"Beli sendiri lah."
"Gaya lo, pelajar. Mana mampu beli lego beginian."
"Istighfar. Lo jarang ngomong sekali ngomong ngena sampe usus jantung paru-paru pundak kaki."
Gibran terkekeh mendengar ucapan Gabrin. Memang benar, Gabrel itu sebenarnya receh. Hanya saja tertutupi oleh sifat introvertnya aja.
"Lo mau kemana, Bang?" tanya Gibran.
"Mau jemput mama. Kenapa?"
"Lo ambil jaket gue yaa?"
"Mana ada. Ini jaket gue, rematik mata lo?"
"Bukan yang itu. Yang item, waktu itu dipake lo kayanya."
"Allahu akbar, Gibran. Gue aja gatau jaket lo yang mana. Emang lo pernah liat gue pake jaket itu?"
"Yaa engga. Tapi di lemari gaada, digantungan, pakaian kotor juga gaada. Belum gue pake, masih baru itu. Biasanya kan lo yang suka pake ngga bilang-bilang."
Gabrin menyimak perdebatan kedua abangnya. Mulut titisan sambel mereka memang tiada duanya.
"Jaket yang lo pake waktu ketemu Kak Val, Bang Gib?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro's
RandomKisah Perkumpulan Anak Download! ❕ © 2020 Meripuff All Rights Reserved ❕