#4a - perfect

1.5K 83 1
                                    

Jeon Wonwoo, aku begitu gusar ketika mendengar namanya di sebut oleh orang lain seperti teman-temanku atau keluargaku.

Dia merupakan salah satu kakak tingkat di kampusku, aku tak pernah mengambil pusing tentang apresiasi seseorang, tapi Wonwoo benar-benar membuatku terlalu mengapresiasinya.

Di hari pertama kami bertemu, dia langsung menyatakan bahawa dia menyukaiku. "Aku Jeon Wonwoo, menyukaimu, Kim Mingyu." Ucapnya dengan menampilkan senyum yang tak pernah aku lihat, yah, karena ini adalah pertemuan pertama kami.

Aku tidak membencinya karena dia menyukai sesama jenis, aku menghargai pilihan orang-orang seperti itu. Tapi, tidakkah ada lelaki lain yang harus pria Jeon itu sukai? Jangan diriku!

Tentu saja aku menolaknya, bahkan ia mengatakannya ketika aku sedang menggandeng kekasihku. "Maaf, aku sudah memiliki kekasih, dan aku tidak menyukai pria." Balasku.

Aku kira dia akan berhenti di hari itu juga, tapi tidak. Dia datang kembali, bahkan lebih sering, lebih berusaha dan lebih bersemangat. Dia bahkan membeli apartemen di sampingku setelah hari kedua mengikutiku secara diam-diam.

Setiap malam dia mengirim pesan yang sama. Aku tidak tahu kenapa dia bisa punya nomor ponselku, aku menyalahkan teman-temanku yang pasti memberikannya pada Wonwoo. Mengingat mereka akan takut dengan si kakak tingkat yang wajahnya terkesan dingin itu.

Banyak orang yang bilang bahwa dirinya itu ambisius, termasuk pada diriku. Banyak mahasiswa yang tersanjung padanya, tapi sayang, aku tidak. Dia merangkap ketua beberapa oraganisasi, dia kapten basket, dan ia selalu menarik perhatian orang lain.

Mereka menyebutnya pangeran kampus.

"Mingyu, kau tidak mau makan?" Aku hanya menggeleng untuk menanggapi. Sudah seharian ini dia terus mengikutiku, ini sudah dua bulan lamanya, tolonglah Jeon, pergi dari jangkauan mataku.

Aku tetap menunduk mencoba fokus dengan ponselku, tapi aku merasakan pergerakannya yang mendekat ke arahku. "Ini, akan kusuapi." Ucapnya sembari menyodorkan sesendok makanan. Aku mendengus kesal.

Mematikan ponselku dan meletakkannya acak di sampingku. Aku beralih menatapnya, "Aku tidak lapar. Jangan mengangguku." Seruku, ia menghela napasnya.

Aku bangkit, berjalan ke arah kamarku dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai aku keluar dan masih mendapatkannya yang duduk ditempatnya tadi, dengan sepiring makanan di pangkuannya. Aku benci tatapan itu, tatapan penuh cinta yang orang-orang bilang, yang aku lihat padahal hanya mata mirip rubah biasa, senyum manis yang orang-orang bilang, yang aku lihat padahal hanya bibir tipis dan gigi rapinya.

Ia menatapku, aku benar-benar risih ketika dia menatapku seperti itu. Seperti tatapan orang kelaparan. Oh jadi jangan salahkan aku karena hanya memakai celana boxerku. Ini memang yang aku lakukan setiap selesai mandi.

"Tubuhmu bagus Mingyu." Aku hampir tersedak ludahku sendiri mendengarnya. Berbalik dan menatapnya. "Aku iri." Tambahnya sembari menunduk.

Aku menghela napas, mengambil segelas air putih dari kulkas dan meneguknya separuh. "Tidakkah kau lelah selalu mengejarku hyung?" Tanyaku, meletakkan gelas itu di atas meja dapur.

Ia mendongak dan menatapku. "Tidak tentu saja." dan kenapa dia harus menampilkan senyuman itu?

Aku lelah, ia sudah mengejarku selama dua bulan ini, tak ada yang lain. Ia masuk keduniaku begitu saja tanpa permisi, tanpa mengetuk pintu dan aku mempersilahkan. Tidak sopan!

Aku juga merasa kesal, ia selalu mengungkapkan perasaannya terhadapku meskipun aku sudah berkali-kali menolaknya. Bukan aku tidak suka dengan pangeran kampus itu, tapi memang aku tidak suka pria. Terlihat jelas bukan karena aku sekarang memiliki kekasih, perempuan! Jangan lupakan itu!

Tapi, ah, sudahlah aku tidak perlu memikirkannya. "Mingyu makan dulu, kau belum makan malam." lagi, aku padahal lelah dengan semua kegiatanku di kampus.

"Bisakah kau pulang saja? Aku lelah hyung, aku mau tidur." Aku mendengus kesal.

"Tapi makanan ini.." Dan, yah, dia selalu berusaha. Mengesalkan.

"Biarkan, kumakan besok pagi setelah kupanaskan. Sekarang kembalilah ke apartemenmu." Aku masuk ke dalam kamar, langsung merebahkan diriku di single bed-ku. Menghirup udara dan mencoba menenangkan diri.

Tapi tak berapa lama aku kembali diinterupsi. Ada apa sebenarnya dengan orang ini, astaga. Dia berjalan masuk ke kamarku dan menghampiriku. Berdiri di sisi ranjang, ia sudah memakai coatnya dan mebawa tasnya. Dia akan pulang.

"Aku pulang, selama malam. Aku mencintaimu Mingyu." Astaga! Setiap malam dia mengucapkan kata itu, entah langsung atau melalui pesan suara.

Aku menatapnya singkat dan menarik selimutku dan membelakanginya. Ia dan diriku tak bergeming selama beberapa menit. Hingga akhirnya aku merasakan elusan tangan di rambutku.

Aku menoleh dan terkejut karena wajahnya begitu dekat denganku. Apa yang dia coba lakukan huh?

"Aku sungguh mencintaimu, maaf menganggumu selama dua bulan ini." Lirihnya tepat di depan bibirku dan..

Cup.

"Astaga Jeon Wonwoo!!" Dia mengecup bibirku singkat, aku dengan jelas bisa merasakan bibir tipisnya. Ia hanya terkekeh dan berjalan keluar kamarku. "Sial!" Baiklah jantung, bekerja samalah untuk tidak berdetak secepat ini!

VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang