#6e - what the heck!

1.3K 75 3
                                    

÷÷÷÷÷÷÷

Wonwoo mencengkeram tangan Mingyu yang menggenggamnya dengan erat. Ia menelan ludahnya ketika melihat bayi yang sudah dikandungnya selama sembilan bulan lebih itu di keluarkan dokter dari perutnya yang sudah terbelah. Ia tidak dibius total karena bersikeras melihat proses persalinannya sendiri. Mingyu melihat bayi yang kini manangis di tangan dokter, air matanya menetes begitu saja. Perawat memutus tali pusar tersebut, membawa bayi itu untuk dibersihkan. Lalu menunjukkannya pada Wonwoo dan Mingyu.

Mingyu menoleh ke arah Wonwoo yang juga menatapnya, saling melempar senyum sebelum akhirnya Wonwoo dibius total untuk menjahit lukanya. Mingyu terus menemani Wonwoo hingga proses operasi tersebut selesai. Setelah Wonwoo dipindahkan keruangan VIP. Mingyu membawa putranya yang berada di dalam babybox yang sedang tertidur. Mendorong babybox beroda tersebut hingga di samping ranjang Wonwoo yang belum sadarkan diri.

Pintu terbuka, menunjukkan kedua orang tuanya, adiknya, dan kedua orang tua Wonwoo. Menanyakan bagaimana keadaan Wonwoo dan langsung melihat bayi merah yang masih tertidur. Mereka menunggu hingga hari menjadi sore saat Wonwoo sadarkan diri. Mingyu memanggil dokter dan dokter memeriksanya, memberitahukan bahwa keadaan Wonwoo sudah lebih baik. Bayinya juga sehat.

"Kalian belum memberi nama untuk mereka kan?" Tanya Nyonya Kim sembari memandangi bayi yang terlelap.

Wonwoo dan Mingyu bersamaan menggeleng pelan. "Kim.." Mingyu terdiam dan berpikir untuk nama depannya.

"Tck." Wonwoo berdecak kesal. "Dia harus memakai margaku Mingyu." Kesalnya.

Mingyu mengernyitkan dahinya. "Tentu saja margaku, aku ayahnya."

"Tapi aku juga ayahnya, apalagi aku yang mengandungnya dan melahirkannya."

"Tapi aku seorang kepala rumah tangga dan kau tidak akan hamil jika aku tidak membuahimu."

"Aish! Kim Ming—"

"Sudahlah kalian berdua. Masih saja suka berargumen, kalian bahkan sudah memiliki anak. Tidak malu huh?" Nyonya Jeon.

"Ah, tapi eomma, aku ingin anakku memakai margaku." Wonwoo sedikit merengek.

"Wonwoo, jangan lupakan bahwa kau istri Mingyu meskipun kau laki-laki." Tuan Jeon mendekat dan mengelus tangan putranya. Mingyu menatapnya sembari tersenyum bangga. "Untuk nama anakmu, tetap harus mamakai marga Kim." Lanjutnya kemudian.

Wonwoo semakin mendengus kesal dibuatnya, ia menatap Mingyu yang menatapnya meledek. "Kim Jeon." Ucap Mingyu tiba-tiba. "Namanya Kim Jeon." Ulangnya.

Wonwoo membulatkan kedua matanya dan mengangguk antusias, menghiraukan perutnya yang masih sedikit merasa sakit. "Aku setuju." Ia meraih tangan Mingyu dan menggenggamnya dengan erat. Mingyu lalu mendekat dan mengecup kening Wonwoo. Mereka yang berada di sana hanya menghela napasnya dengan tingkah Mingyu dan Wonwoo. Sudah terlalu biasa.

÷÷÷÷÷÷÷
Delapan tahun kemudian

"Kim Jeon pulang..." Seru anak kecil yang sedikit berlari memasuki rumahnya. Berlari ke arah ruang tamu dan mendapati Wonwoo yang sedang membaca buku. "Papa..." Ia meraih tubuh Wonwoo dan memeluknya dengan erat.

Wonwoo mengusap wajahnya dengan lembut. "Bagaimana sekolahmu sayang?" Tanyanya lembut.

"Tadi Kim Jeon mendapat teman baru papa.. Katanya dia pindah dari pulau Jeju dan nama marganya lucu.. Boo.. " Kim.. maksudku Jeon.. Mengerucutkan bibirnya lucu dan membuat Wonwoo terkekeh. "Aku memanggilnya Kwan. Lucukan papa?"

VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang