#4b - perfect

983 77 0
                                    

Aku mendengus kesal ketika salah satu temanku, Soonyoung berceloteh panjang lebar untuk memuji kesempurnaan tentang Jeon Wonwoo, pangeran kampus, karena telah memenangkan lomba antar universitas di kota ini.

Aku tidak mengerti dengan orang-orang seperti itu, mereka melakukannya karena mereka mampu, sedangkan aku? Aku melakukan apa yang aku ingin dan aku mempu. Aku tidak memedulikan seberapa besar pencapaian Jeon Wonwoo, aku hanya ingin dia pergi dari kehidupanku.

"Mingyu.." Oh, ini dia, seseorang yang sudah aku tunggu selama satu jam di kantin dan hanya mendengar celotehan Soonyoung. Aku menoleh, tersenyum begitu lebar kepada dirinya.

Ia berjalan mendekat dan duduk di sebelahku. Aku meraih wajahnya dan mengecup singkat bibir lembutnya. "Kenapa lama sekali hm?" Tanyaku.

Ia meletakkan tasnya di atas meja kantin. "Aku lelah Mingyu, sejak kemarin kelompokku menang lomba itu, orang-orang juga dosen mendatangiku untuk memberi selamat." Ia mengerucutkan bibirnya, benar-benar menggemaskan. Aku ingin menerkamnya di sini.

Aku meraih tubuhnya dan mencoba memberinya ketenangan, sekaligus mendengar omelan Soonyoung yang aku abaikan, ia bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan kami.

"Mingyu, kau tahu.. Wonwoo oppa benar-benar cerdas, dia menjawab separuh pertanyaan yang diajukan." Kenapa Wonwoo? Kenapa kekasihku ini tak mempertanyakan keadaanku yang diabaikan oleh dirinya yang lebih mementingkan perlombaan itu.

Aku hanya diam tak menanggapi. "Wonwoo oppa, benar-benar sangat sempurna, siapa pun yang mendapatkannya pasti akan menjadi orang terbahagia di dunia." Lanjutnya.

Aku mengernyitkan dahiku, entah bagaimana jalan pikiran kekasihku ini, padahal ia sendiri tahu kalau Wonwoo adalah seorang penyuka sesama jenis, dan yang disukainya itu adalah aku. Kenapa.. Astaga, aku lelah dengan sikapnya. Ia seperti mengagung-agungkan sosok Wonwoo di depanku, kekasihnya sendiri.

Bukankah itu lebih seperti dirinya yang lebih menyukai Wonwoo daripadaku?

"Mingyu, kenapa kau diam saja?" Tanyanya.

Aku sudah terlanjur kesal. "Tidak. Aku akan pergi, sebentar lagi ada kelas. Tidak apa kan?"

Dia mengangguk pelan, aku mendekat dan mengecup bibirnya singkat. "Aku pergi." Ucapku.

Sore harinya, Wonwoo menarikku pergi ke sebuah restoran yang begitu terkenal akan kelezatannya di sekitar kampus. Ia benar-benar tak melepasku, mengajakku masuk dan memesankan makanan untukku sendiri. Bagaimana dia tahu tentang makanan kesukaanku?

Selama makan malam kami, aku hanya terdiam, ia mengajakku berbicara mengenai banyak hal, seperti bagaimana ia ikut lomba, menang, mendapat ucapan selamat, dan berbagai hal lain yang membuatku muak untuk mendengarnya. Aku begitu berbeda dengannya, aku hanya seorang mahasiswa yang hanya memikirkan kewajibanku, yaitu belajar, dengan tertib masuk kelas. Tidak seperti dirinya yang begitu sempurna dalam segala bidang. Aku kesal akan itu.

Akhir makan malam kami, aku bangkit untuk berniat membayar makananku. Tapi ia menghentikan. "Aku yang menraktir Mingyu. Tidak apa.. Aku dapat uang dari lomba kemarin." Lagi, permasalahan tentang lomba.

Ia berlalu pergi untuk membayar di kasir dan aku bergegas mengambil tasku dan pergi dari tempat tersebut. Tapi tak berapa lama aku mendengar suaranya memanggil-manggil namaku. "Mingyu.. Kenapa kau meninggalkanku?"

"Oh, lupa." Jawabku asal, aku berjalan ke arah mobilku yang terparkir tak jauh dari restoran tadi. Aku terkejut, karena kekasihku berdiri di sisi mobilku. "Kenapa kau di sini?" Tanyaku.

"Aku ingin mengajakmu makan malam, tapi sepertinya kau sudah makan dengan Wonwoo oppa." Lirihnya.

Aku mendekat dan meraih tubuhnya lalu memeluknya. "Maaf. Besok malam, aku akan mengajakmu makan malam. Bagaimana?"

"Baiklah." Jawabnya dan aku mengecup bibirnya. "Ayo, aku akan mengantarmu ke apartemenmu." Tambahku, lalu melepas pelukan kami.

"Wonwoo oppa, kau bisa bareng Mingyu. Kan satu gedung apartemen, iya kan Mingyu?" aku hanya tersenyum simpul untuk menanggapinya.

Tidakkan dia sedikit saja memiliki rasa cemburu? Aku jadi curiga, apakah dirinya masih mencintaiku atau tidak.

Kami memasuki mobil, dia duduk di sampingku dan Wonwoo di jok belakang. Aku melajukannya pelan menuju gedung apartemennya. "Aku pulang, hati-hati di jalan, bye-bye Wonwoo oppa." Ucapnya dan mencium bibirku.

Aku tersenyum dan dia keluar dari mobilku.  Ketika aku akan melajukan mobilku, tiba-tiba Wonwoo berpindah dari jok belakang dan duduk di sampingku. Secara langsung tanpa keluar dari mobil. Tidak sopan!

Aku hanya mendengus kesal, kalau dengan dirinya, aku menjadi irit bicara karena sudah lelah dengan sikapnya. Aku penasaran, apakah dirinya juga tidak merasa sakit hati melihat aku dan kekasihku? Maksudku, kenapa dia tidak menyerah saja. Sudah jelas aku memiliki kekasih.

Sesampainya di basemen parkir aku keluar, Wonwoo juga, aku berjalan menuju lift, Wonwoo juga, aku masuk, Wonwoo juga. Terus seperti itu, ia jadi terkesan seperti penguntit. "Kau tidak sakit hati hyung?" Tanyaku, rasa penasaranku masih begitu besar.

"Tentu saja sakit. Sangat." Jawabnya, dengan wajah datar? Oh astaga. Mungkin dia tidak bisa menampilkan wajah lainnya.

"Menyerahlah hyung, aku tidak bisa membalas perasaanmu."

"Tidak, kau tahu aku orang yang ambisius, jadi aku akan mendapatkan apa yang aku mau."

"Kau terdengar seperti psycho."

"Memang." Aku merinding mendengarnya. "Aku ingin menunggu kalian berdua putus dan aku mendapatkanmu seutuhnya." Tambahnya, dan semakin membuat bulu kudukku berdiri.

Aku sedikit menggeser tubuhku agar tidak terlalu dekat dengan dirinya. Tapi ia juga menggeser tubuhnya agar terlalu dekat denganku. Ah! Aku geram.

ting

Pintu lift terbuka, aku segera keluar dari sana dan menuju unit apartemenku. Wonwoo juga mengikutiku. "Kembalilah ke apartemenmu, aku mau istirahat hyung." pintaku, dengan memohon, aku ingin sehari atau semalam saja tidak bertemu dengannya.

Wonwoo terdiam, ia mendekat dan meraih tengkukku. Dan.. Astaga, dia menciumku lagi, kali ini dengan lumatan. "Jeon Wonwoo!" aku mendorong tubuhnya, dia sudah melewati batas.

Dia menatapku dengan kedua mata rubah sendunya, ia memanyunkan bibirnya. "Maaf." Lirihnya dan berlalu pergi ke unit apartemennya yang ada di sampingku dan langsung masuk.

Aku menghapus kasar bekas ciumannya di bibirku, dan langsung memasukkan password dan masuk, menutup pintu itu secara kasar. Aku bergegas untuk membersihkan diri, benar-benar hari ini aku sangat kesal.

Soonyoung yang bercerita tentang kesempurnaan Wonwoo, kekasihku yang juga memujinya, Wonwoo yang menarikku untuk makan malam bersama, kekasihku yang tidak terlihat cemburu sedikit pun, dan apa.. Wonwoo melumat bibirku!

Kenapa.. Aku benar-benar bingung, kenapa ini harus terjadi padaku? Apakah sebuah karma karena di kehidupan masa lalu aku melakukan kesalahan?

Aku muak sangat!

VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang