『 16 : Bittersweet 』

557 115 27
                                    

Beomie masih berdiam diri di atas kasurnya. Sedari kemarin Beomgyu dan Kai pergi untuk melihat lagi universitas, mereka belum kembali sampai hari ini. Beruntung, Beomgyu selalu menyiapkan makanan dan minuman untuk Beomie.

Sudah berkali-kali ia menelepon Kai maupun Beomgyu, namun tak ada jawaban. Ia pun sudah menanyakan keberadaan Beomgyu dan Kai kepada Yeonjun dan Soobin, namun hasilnya sama saja nihil.

Cukup kesepian juga dirinya ini, waktu di mana seharusnya ia menghabiskan dengan orang-orang yang dicintai dan disayanginya, malah berujung seperti ini. Orang tuanya yang selalu sibuk bekerja, Beomgyu yang terkadang fokus pada kuliahnya, Soobin dan Yeonjun yang juga sibuk akan kehidupan keluarga kecilnya, dan Kai, mungkin ia adalah salah satu orang yang bisa diandalkan. Namun sayang, ia lenyap entah ke mana bersama sang kembaran.

Beomie menghela napasnya, cukup lelah juga seharian diam di atas kasur sembari menggerakkan ibu jarinya ke atas dan ke bawah pada layar ponselnya. Biasanya, jika dirinya sedang kesepian, ia akan ditemani oleh Beomgyu, atau Terry.

Mengenai Terry, entah kenapa lelaki bersurai merah itu memblokir nomor Beomie setelah cukup lama mereka tidak bertemu. Beomie tentu heran dengan pemblokiran secara tiba-tiba tersebut, belum lagi pesan terakhir yang berisikan kata putus dan menyuruh Beomie untuk menjauhinya.

Beomie tentu sakit hati dan penasaran. Entah memang terry yang lebih memilih Yuri dan meninggalkannya, atau mungkin ada kesalahan yang Beomie perbuat namun tidak diketahuinya.

Cukup lama ia memandang layar ponsel miliknya, sampai terdengarlah suara bel rumah. Ia sontak memasang ekspresi bahagia dan langsung melompat turun dari kasur dan berlari cukup kencang menuju pintu utama.

Dengan suara bel yang terus-menerus dibunyikan seperti tidak sabar untuk cepat-cepat masuk, Beomie semakin senang mendengarnya begitu pula dengan detak jantungnya yang dipacu cukup cepat kian detiknya.

Sesaat sampai di depan pintu, ia langsung saja membuka kunci dan memutar kenop pintu lalu membanting cukup keras pintu utama berukuran sangat besar itu.

Senyumnya mengambang, namun seketika turun ke bawah di saat melihat Terry ada di hadapannya. Iya, itu Terry, mantan Beomie. Dengan rambutnya yang masih berwarna merah namun cukup berantakan, seragam restoran yang masih ia kenakan namun tertutupi oleh jaket, wajah tegas namun hangat itu pun kini tengah berubah menjadi sendu.

Terry mendongak, menatap Beomie yang masih terdiam itu. "B-Beomie..." suaranya lemah dan bergetar, tangannya mencoba meraih tubuh mungil di depannya, namun Beomie melangkah mundur.

"Kamu ngapain ke sini?" tanyanya dengan suara imut bernada dingin. "A-aku mau minta maaf Beom... Tolong, maafin aku, ya?"

Beomie yang masih kesal pun menggeleng pelan lalu menutup pintu cukup keras, tak lupa menguncinya. Setelahnya, ia menempelkan punggungnya pada pintu. Masih bisa ia dengarkan isakan dari sang mantan di balik pintu itu, membuat Beomie ikut sedih.

Beomie tidak marah, dia hanya kesal karena perlakuan Terry selama ini. Dan dia juga tidak ingin berpisah dari Terry, namun ia tidak bisa dan belum siap untuk bertemu Terry sekarang. Maka dari itu, ia memilih untuk menghindari Terry sejenak, meski entah harus sampai kapan.

"Beomie... tolong maafin aku, ya?" terdengar lagi suara Terry dibalik pintu. "A-aku tau kamu gak akan denger ini, tapi... A-aku tau aku salah, aku tau seharusnya aku harus jaga jarak sama Yuri..." mendengarnya, Beomie pun memeluk lututnya, menyimpan kepalanya diantara lutut dan badannya. Mendengar nama Yuri membuatnya semakin kesal.

"Maaf karena aku gak nyadar seberapa bodohnya aku, maaf karena aku gak nyadar kalau kamu cemburu..." Beomie pun mulai mengeluarkan suaranya, menangis. "Maaf udah buat hari-hari kamu makin sakit, maaf karena aku gak bisa jaga perasaan dan hati aku"

TWOINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang