『 02 : Current Relationship 』

1.3K 224 17
                                    

"Aku pulang~"

Sepi, itu adalah keadaannya saat ini. setelah mendapatkan drop out dari sekolah dulu, Ia berusaha hidup sendiri dengan baik saat ini di kota aslinya, Daegu. Meski setiap malam Ia akan mengikuti balap liar hanya demi mendapatkan uang yang banyak. Namun ini juga demi kepentingan dirinya sendiri.

Sesaat Ia sampai, Ia langsung duduk di sofa apartemen miliknya. Menatap plafon rumah dengan lampu yang menyala, tubuhnya dibiarkan lemas begitu saja, bajunya yang kotor, keadaannya yang kacau, untung saja Ia selalu menolak untuk bermain dengan wanita jalang di sana.

Seketika ponselnya berbunyi. Sudah dipastikan ini adalah sang kekasih. Lantas Ia mengambilnya dari saku celananya. Lalu menggeser bulatan hijau itu. Sesaat setelahnya, muncullah perawakan si manis. Masih sama seperti dulu, suka mengenakan hoodie berwarna putih.

"Malam Beomie~"

"Malam juga Terry~"

"Kenapa belum tidur? Ini udah malem lho"

"Ngg~ nggak bisa tidur~ belum ngantuk"

Terry terkekeh gemas melihat Beomie-nya yang tengah mengucek matanya. "Belum ngantuk kok ngucek-ngucek mata gitu?"

"Terry sendiri kenapa belum tidur?"

"Terry masih ada kerjaan, belum beres ini"

"Emm... Terry"

"Ya?"

"Terry nggak abis balap liar lagi kan?"

Terry meneguk ludahnya kasar, Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu tersenyum kaku. "Ngg... gimana ya? Terry lagi butuh uang tambahan Beomie"

"Terry... kan udah Beomie bilang jangan balap-balapan lagi... kalau luka-luka gimana? Kalau kecelakaan gimana? Nanti yang nemenin Beomie siapa? Beomie gak mau kehilangan Terry~"

Ucapan itu membuat hatinya terkikis, Ia tersenyum kikuk. "M-maaf Beomie, Terry masih belum nemu kerjaan yang pas soalnya"

"Ini yang terakhir ya Terry... please, demi keselamatan Terry sendiri, ya?"

Melihat sang kekasih yang memohon dengan suara sendunya serta matanya yang sudah tak tahan menahan kantuk itu membuat Terry mengangguk patuh, ini akan menjadi pertandingan terakhirnya. "Terry janji" ucapnya sembari mengulurkan kelingkingnya.

"Eung janji" ucapnya lesu

"Sekarang udah jam satu malem, Beomie tidur aja ya?"

Beomie menggeleng ribut. "Mau tidur sama Terry!"

"Lho? Kan kita lagi beda kota sekarang, Beomie di Seoul, Terry ada di Daegu"

"Beomie mau ketemu sama Terry~" rengeknya sembari menutup kedua mukanya. Rasa rindu yang Ia pendam sudah membendung. Tak kuasa menahannya.

"Kan Beomie bentar lagi libur sebulan? Ya kan? Atau dua bulan?"

Beomie menunjukkan kedua jarinya yang menandakan 'dua bulan'

"Nah, itu kan waktunya panjang, nanti jalan-jalan di Daegu, ya?"

Beomie mengangguk patuh, meski tak kuasa menahan rasa rindunya "Ini nya jangan dimatiin" pintanya.

"Video call-nya?"

Beomie mengangguk.

"Iya-iya gak akan Terry matiin, sekarang tidur ya? Udah malem"

Beomie mengangguk patuh. "Eum" lalu beranjak ke kasurnya. Merebahkan tubuhnya dengan menyimpan ponselnya pada kepala ranjangnya lalu menopang dagunya di atas lipatan kedua tangannya.

Keduanya lantas terdiam dan hanya saling menatap. Terry yang terus-menerus menatap kekasihnya yang manis lewat layar ponselnya. Cukup sakit juga sebenarnya, Ia ingin bertemu Beomie-nya juga. Ia rindu dengannya, ocehan imutnya, perlakuannya yang imut, serta perhatiannya. Sudah lama tidak ada orang yang memperhatikannya.

Tak lama, Terry melihat sang kekasih sudah menutup matanya. Sudah memasuki alam mimpi. Ia lantas beranjak ke kamarnya. Menyimpan ponselnya di atas kasur, lalu membersihkan dirinya.

Setelah selesai, Terry mengambil ponselnya. Menyimpannya pada posisi yang nyaman agar dapat melihat Beomie-nya. Sesekali pula Ia mengambil gambar kekasihnya yang imut itu. terkikik karena gemasnya sang kekasih. Lantas Ia pun menyamankan posisinya dan menghadap ke arah ponsel.

"Selamat tidur Beomie~"

⊱ ꘎ ♡ ────── { .⋅ TWOINS ⋅. } ───── ♡ ꘎ ⊰

"Ngerti gak Beom?"

Yang ditanya hanya mengerucutkan bibirnya tak paham. Mukanya memasam setiap detiknya. Jika digambarkan, otaknya seperti sebuah mesin yang telah usang yang di mana dipaksakan untuk bekerja. Lalu karena keadaannya telah usang, maka mesin itu pun rusak dan mengeluarkan asap yang keluar melalui kupingnya.

"Gak ngerti Tyun, ini kenapa bisa jadi gini? Terus ini kok yang awalnya bagi bisa jadi kali? Terus kok ini hasilnya bisa segini? Terus ini pangkatnya di gimanain? Nggak ngerti Tyun~" rengek sang kekasih membuatnya tersenyum lalu dengan senang hatinya Ia mengajari sang kekasih sampai paham dan mengerti.

Jarum jam pada jam lama kelamaan mulai naik. Sampai mencapai angka dua belas. Sudah tepat tengah malam dan mereka masih belum sepenuhnya selesai mengerjakan tugas tersebut. Ya keduanya memilih jurusan yang sama, yaitu jurusan fisika. Entah mengapa Beomgyu mau masuk ke jurusan fisika padahal dia tidak handal dalam bidang tersebut. Menghitung saja terkadang masih salah, menggunakan rumus juga terkadang suka salah.

"Masih nggak paham?"

Taehyun melihat kondisi sang kekasih yang sudah lelah itu. dapat terlihat dari kepalanya yang terus-terusan terjatuh dari tangannya yang menjadi penyangga itu. Matanya pun sekarat, seperti halnya lampu yang memiliki daya lima watt.

"Kita lanjut besok aja gimana? Kamu udah cape kayak gini"

Beomgyu tak mendengarkan Taehyun, dirinya terlalu fokus untuk tetap berusaha terbangun dan memaksakan matanya untuk terus terbuka.

"Beom" Taehyun menggoyangkan bahu sang kekasih dan membuatnya terbangun. Ia langsung menatap sang kekasih dengan tatapan lesu.

"Tidur yuk?" Beomgyu mengangguk dan Taehyun memberdirikan tubuhnya lalu meregangkan tubuhnya. Setelahnya, Ia melihat ke arah kekasihnya yang menatapnya dengan tatapan lesu serta tangannya yang terbuka luas, kedua tangannya pun meremas-remas udara.

"Gendong~" Taehyun terkikik. Senang sekali melihat sang kekasih yang imut ini. berbeda sekali jika sedang terbangun seratus persen. Apa lagi jika energinya yang terisi penuh. Sama seperti mengundang keributan massal saja.

Taehyun lantas menggendong sang kekasih ala koala. Menyimpan kedua lengannya pada pinggan ramping sang kekasih dan membiarkan Beomgyu mengalungkan kedua kakinya pada pinggangnya sementara lengannya pada lehernya. Ia lantas membawanya dengan cepat ke kamarnya. Tidak cukup berat tubuh sang kekasih. Sangat ringan sama seperti bulu.

Taehyun membuka pintu kamar dengan susah payah, namun tetap berhasil. Ia lantas membawa tubuh sang kekasih ke atas kasur. Menidurkannya namun lengannya masih memeluk erat lehernya.

"Aku mau beres-beres dulu Beom" Beomgyu menggeleng. "Nggak-nggak besok ajaaa~"

"Kalau ditunda-tunda–"

"Kalau aku bilang nggak ya nggak Tyuniee~!" bentakan yang lembut keluar dari mulut Beomgyu. Taehyun mengalah, Ia akhirnya memilih untuk tidur di sebelah sang kekasih saat ini.

To Be Continued...

TWOINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang