『 04 : Still Happy and Still Worried 』

973 197 3
                                    

Pukul sepuluh malam, waktu di mana kedua sepasang kekasih itu sampai di stasiun di salah satu stasiun di Daegu, stasiun Dongdaegu.

Terry yang sedari tadi terbangun itu menatap ke sebelahnya. Menatap sang kekasih yang tertidur pulas pada bahunya. Tangannya yang melingkar pada lengan kirinya, deru nafas yang teratur serta muka manis dan polosnya pun dapat terlihat jelas.

Setelah kereta berhenti, mau tak mau Terry harus membangunkan kekasihnya ini. menggoyangkan bahunya sampai membuatnya membuka matanya dengan perlahan.

"Udah nyampe?" Tanyanya sembari mengucek matanya perlahan. Terry mengangguk lalu berdiri. Mengambil koper yang dibawa sang kekasih.

"Ayo turun" Ajak Terry sembari mengulurkan tangannya, Beomie mengangguk dan meraih tangan sang kekasih. Lalu keduanya beranjak keluar kereta.

"Kita pulang naik apa Terry?"

"Kita naik mobil Terry aja"

"Terry bawa mobil?" Terry mengangguk lalu mengambil tangan sang kekasih dan menuntunnya sampai ke parkiran stasiun.

Stasiun adalah tempat yang tidak akan tutup. Ini menjadikan kawasan di sini cukup ramai. Lagi pula sekarang sedang bulan Desember. Bulan di mana hampir semua kegiatan terhenti karena acara pergantian tahun. Belum lagi acara natal yang selalu terjadi tiap tanggal dua puluh lima pada bulan terakhir atau bulan ke dua belas dalam setiap tahunnya.

Sesaat mereka keluar dari sana, Beomie mengajak Terry untuk membeli roti terlebih dahulu. Mengingat keduanya akan kelelahan, maka Beomie mengusulkan untuk mempersiapkan makanan untuk sarapan besok pagi.

"T-Terry!!" Pekiknya riang sembari menarik-narik jaket pada lengan sang kekasih. Menghadap ke belakang yang menampilkan bagaimana keadaan stasiun saat ini.

Terry berbalik. "Kenapa, hm?" seketika Ia mengikuti arahan sang kekasih. "Salju?"

Beomie mengangguk riang "eum! Saljuu!!" ucapnya riang membuat Terry tersenyum gemas. Belum lagi beberapa orang yang berada di sana ikut tersenyum karenanya.

"Beomie kalau kedinginan bilang ya?" Beomie mengangguk ribut. Mengingat sang kekasih itu punya penyakit hipotermia yang menyebabkan dirinya tidak boleh terlalu lama berada di tempat dingin.

"Beomie pake jaket Terry ya?" Beomie menggeleng. "Terry pake aja, Terry juga kedinginan nanti, ya? Beomie bakal bilang kalau Beomie kedinginan kok, Terry tenang aja ya?" ucapnya lembut sembari menggenggam erat tangan sang kekasih.

"Ini, silahkan" Ucap pegawai roti sembari menyerahkan satu kantong keresek berisi empat buah roti. Terry berpaling untuk mengambil keresek tersebut sembari memberikan nominal uang yang sudah ditentukan.

Sontak Terry cepat-cepat menarik sang kekasih untuk pergi menuju mobilnya. Tak ingin berlama-lama di luar karena turunnya salju. Sebenarnya, suhunya belum dingin-dingin juga. Lagi pun, Beomie mengenakan hoodie yang cukup tebal yang membuatnya hangat dan tidak merasakan adanya suhu dingin yang masuk mengenai tubuhnya.

Namun mau bagaimana lagi jika si manis ini memiliki kekasih yang cukup posesif dan mudah khawatir. Ya, mereka memang tidak jauh berbeda. Sama-sama saling khawatir, sama-sama tidak mau kehilangan, sama-sama posesif antara satu sama lain, dan masih banyak lagi kesamaannya.

Lantas Terry langsung menyalakan mobil dan memasukkan sang kekasih ke dalam lalu menutup pintunya. Berjalan ke belakang dan membuka pintu bagasi lalu memasukkan koper lalu menutupnya. Setelahnya Ia berjalan ke kursi penumpang. Di dalam sana, Beomie hanya bisa melihat dari dalam mobil sebagaimana khawatirnya sang kekasih terhadapnya.

Jika bisa dibilang, ini adalah orang keempat setelah kedua orang tuanya, lalu sang kakak kembarnya. Omong-omong, orang tua Beom bersaudara sedang berada di luar negeri, mengakibatkan mereka tak bisa merayakan natal serta tahun baru bersamaan.

TWOINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang