2

8.8K 779 11
                                    

Teriakan Mami Sonya sudah menjadi alarm bahwa perintah tidak bisa ditolak alias sudah mutlak. Dengan terpaksa, setelah menghabiskan 2 helai roti panggang isi cokelat keduanya segera menjalankan perintah menuju pusat perbelanjaan untuk belanja bulanan.

Saat mengantre di kasir, Aga tak sengaja melihat Papa bersama Bu Trisha dan anak kembar mereka Bella dan Bara, Kalau tidak salah, tahun ini akan masuk SMP. Melihat senyum Papa terus mengembang saat Bella merengek ini dan itu membuat Aga terdiam.

Semalam, Papa menelpon untuk meminta maaf karena tidak bisa menjemput Aga. Alasannya karena bum pulang dari rumah orangtua Bu Trisha. Namun kenyataannya, Papa sedang menghabiskan akhir pekan dengan keluarga kecilnya, tanpa Aga.

Kebiasaan.

Aga tidak ambil pusing, tidak peduli juga saat Papa kembali berbohong. Saga sudah selesai membayar, melihat Aga yang hanya menatap lurus ke depan, akhirnya dia paham.

"Mau di samperin Ga?" Tanya Saga.

"Ngapain?" Aga malah balik bertanya sambil mengambil dua kantung belanjaan di meja kasir.

"Siapa tau mau temu kangen." Kata Saga sambil terkekeh. Menyusul Aga yang sudah berjalan duluan.

"Dih, malu banget gue," balas Aga.

Tiba-tiba, suara anak perempuan menghentikan langkah mereka.

"Bang Aga!"

Itu Bella, adik tiri Aga. Terpaksa dia berbalik dan tersenyum. Bagaimanapun, Bella tidak tau apa-apa, jadi Aga tidak akan menyangkut pautkan Bella dan Bara dengan masalahnya dan Papa.

Bella berlari menghampiri Aga, kemudian mencium tangan Aga dan Saga bergantian.

"Bella kapan pulang?" Tanya Aga.

Dapat dia lihat Papa yang terdiam dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Dari hari Senin, bang Aga kenapa gak main kerumah? Bella kangen tau," jawab Bella dengan rengekannya.

Aga terkekeh, dia menarik pelan tangan Bella menuju Papa dan Bu Trisha, Sedangkan Saga hanya mengikuti dari belakang.

"Om, Tante," sapa Saga pada Om dan Tantenya sambil mencium tangan dan diikuti oleh Aga.

"Hay Bang," sapa Bara sambil melambaikan tangannya, dibalas anggukan oleh keduanya.

"Kirain Aga Papa belum pulang," Kata Aga memulai pembicaraan.

"Ah,.. Papa juga baru pulang Ga. Kalian lagi ngapain? Banyak banget belanjaannya." Jawab Papa dengan tersenyum kikuk.

"Kita abis belanja bulanan Om," jawab Saga dan di angguki Aga.

"Tapi Bella bilang kalian pulang dari hari Senin?" Balas Aga.

Kedua orangtua itu saling tatap,

"Aga-

Aga menyela ucapan Bu Trisha.

"Gapapa, Aga ngerti kok. Kalian lanjutin aja, kita juga mau pulang. Udah ditungguin Mami di rumah."

Papa menahan tangan Aga yang hendak berbalik,

"Aga Papa minta maaf, karena belum bisa jemput kamu,"

"Gapapa," jawab Aga sekenanya.

Saga bingung, terjebak di suasana seperti ini bukan sekali dua kali, tali dia tetap bingung. Apalagi disini ada Bella dan Bara yang hanya diam tak mengerti apa yang terjadi. Dan melihat Tante Trisha yang ikut diam  cukup membuatnya geram juga.

"Bella, Bara, Abang pulang duluan ya." Pamit Aga dan diangguki dua anak kembar itu.

"Kalo Papa gak bisa, gak usah bilang. Nanti kalo Papa siap, langsung aja, ga usah janjiin Minggu ini, hari ini, tapi gak pernah jadi. Aga pulang duluan." Aga pamit setelah mencium tangan Papa dan Bu Trisha.

Saga yang melihat itu buru-buru mengikuti Aga,

"Om, Tante, Saga juga pamit ya. Dah Bella, Bara," kata saga sambil melambaikan tangannya kemudian berlari kecil menyusul Aga yang sudah berjalan jauh dengan langkah lebar.

Meninggalkan Papa dengan rasa bersalahnya. Juga Bu Trisha yang hanya diam, dia juga bingung. Aga tidak punya salah, tapi tetap saja saat melihat Aga, ada sedikit perasaan tak suka.

Juga Bella dan Bara yang masih belum tau kenyataan sebenarnya.

Sampai dirumah, Saga segera mengeluarkan barang belanjaan di jok belakang, Aga membawa dua kantung dan dia letakan di meja makan yang sudah kosong.

Mami Sonya yang melihat Aga melengos begitu saja setelah meletakan kantung belanjaan, memandang putranya yang baru sampai.

"Aga kenapa?" Tanya Mami Sonya.

"Ketemu Om Bayu tadi," jawab Saga sekenanya.

Dia mengambil sebotol air dingin di kulkas, kemudian meminumnya langsung dari botol. Dan berakhir mendapatkan cubitan maut dari Mami.

"Kebiasaan, kalo mau minum itu kegelasin dulu," tegur Mami Sonya.

"Tanggung Mi, ini tinggal dikit juga airnya," kata Saga setelah meletakan botol kosong di rak piring kotor.

"Semalem Om Bayu telpon Aga, dia bilang masih dirumah orangtua Tante Trisha, makanya gak bisa jemput Aga. Tapi kata Bella, mereka udah pulang dari hari Senin," jelas Saga, Mami Sonya mengangguk paham.

"Kamu susul Aga gih, temani dia," titah Mami Sonya pada Saga.

Saga segera beranjak menuju kamar Aga yang ada dilantai dua, tepat disebelah kamarnya. Tanpa mengetuk pintu, Saga masuk bak tuan rumah. Dapat dia lihat Aga sedang tengkurap di kasur tanpa mengganti baju dan melepas sepatu. Kebiasaan dari kecil kalau sedang kesal.

Tanpa membuka mata, Aga tau siapa yang masuk dengan tidak sopan nya. Siapa lagi kalau bukan Saga?

"Gue gak tau harus gimana Bang," kata Aga saat Saga duduk ditepi kasur.

"Papa selalu gitu, mungkin dulu gue gak ngerti. Dan percaya aja pas Papa bilang ini dan itu. Sekarang gue udah gede, udah ngerti kalo mereka udah punya kehidupannya masing-masing. Dan gue, hanya kehidupan lama mereka yang sama sekali gak diharapkan," jelas Aga panjang lebar.

Saga menepuk betis Aga saat mendengar kalimat terakhir,

"Gak boleh gitu," kata Saga.

"Mama juga sama aja, dia emang lebih perhatian dibanding Papa , sering nelpon, nanyain kabar, kirim uang, tapi gak pernah ngajak gue buat tinggal bareng dia,"

"Kenapa gue dilahirkan kalo buat di sia-siakan begini? Ngabisin duit dan tenaga doang,"

Saga jadi bingung mau menjawab apa, keluarga adiknya ini memang begitu rumit. Aga, hanya seorang anak yang tidak tau apa-apa. Kedua orangtuanya yang membuat kesalahan di masa lalu mereka, tapi Aga yang harus jadi korban.

"Lo masih punya gue dan Mami Ga, ada Eyang juga," balas Saga.

"Jangan ngerasa sendiri," lanjutnya.

Aga diam, kemudian berbalik menjadi terlentang. Menatap kosong ke langit-langit kamar yang penuh dengan gantungan lampu berbentuk bintang.

Saga tidak tahu, jika Aga mendengar pembicaraan Eyang dan Mami Sonya  Minggu lalu, Eyang Gusti bilang bahwa mereka sudah tua, sudah tidak sanggup lagi mengurus Aga, mereka ingin istirahat menikmati masa tua. Dan Mami Sonya, setelah Saga lulus mereka akan menyusul Om Wira, Ayah Saga yang berprofesi sebagai tentara yang sedang bertugas di pulau Sumatera.

Jika seperti ini, Aga harus bagaimana?  Satu-satunya tempat pulang yang dia tahu dari dulu adalah Eyang, Mami Sonya dan Saga.

Next chapter...






ABYAN (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang