13

5.2K 528 6
                                    

Ternyata mendung pagi tadi pertanda hujan, angin dan kelabu yang berdesakan di atas sana mulai meringankan bebannya. Semakin deras sampai jalanan aspal di pusat kota mendadak jadi sungai tanpa ikan. Seragam tipis itu menembus tubuhnya yang kian hari kian tak berisi, sesak yang mulai hinggap sejak rintik hujan itu mulai berdatangan dia abaikan, mengabaikan rasa sakit yang berpusat di ulu hati yang mungkin meninggalkan jejak keunguan, ransel hitam yang berisi buku milik perpustakaan sekolah pun dia biarkan basah sampai kedalam. Yang jelas, meskipun tubuhnya lelah, kakinya terus melangkah entah kemana, Aga bahkan tidak menyangka jika dia bisa berlari sejauh ini, sampai tubuhnya tiba-tiba jatuh tergeletak di atas rumput di tepi sungai, tubuhnya yang lemas mulai  memberontak, sepi hujan ini membiarkan wajah pucat dan bibirnya yang mulai membiru itu diguyur tanpa ampun. Seketika Aga berharap jika gelap segera menghampiri, dan jangan di bangunkan lagi.

"Tapi gara-gara dia, masa mudamu jadi berantakan, Nadya ... "

"Lo itu penyakitan ... "

"Anak haram ... "

Aga merasa jika oksigen semakin menjauhinya, dadanya seperti terhimpit batuan besar dan lehernya seakan tercekik membuat udara yang hendak masuk jadi tertahan di kerongkongan. Darah segar mulai mengalir dari hidungnya, bercampur air hujan sampai masuk ke mulut membuat Aga mual, Aga benar-benar berharap jika Tuhan mengambil cahaya sore ini menjadi gelap, kepalanya sakit, tubuhnya mati rasa, untuk pertama kalinya, Aga benar-benar pasrah ketika dengung di telinganya kian menjadi, kepalanya sakit seperti tertusuk belati, dan akhirnya gelap.

Telinganya mulai mendengar suara gaduh, hidungnya tertutup Ambu bag untuk mengalirkan oksigen ke tubuhnya yang mulai membiru, kemudian di pindahkan ke brangkar lain. Dadanya yang sesak mulai di tekan-tekan. Aga mengerjapkan matanya membuat dokter yang berjaga di UGD menghembuskan napas lega.

"Tidur lagi, ya. Terimakasih karena kamu sudah bertahan."

punggung tangan kirinya tersengat, sakit sampai kegelapan kembali menghampiri saat Aga merasa jika baju seragamnya di gunting.

**

Bayu mungkin akan sangat menyesal seumur hidupnya jika saja tadi dia tidak menuruti kata hati, yang selalu berbisik merindukan Aga, putranya. Niat hati ingin menjemput, tapi melihat Aga sudah menaiki ojek online dengan helm khas warna hijau, membuat Bayu hanya bisa mengikutinya dari belakang. Bayu tidak seberani itu menghentikan Aga, padahal tadinya dia ingin mengajak Aga berkeliling sebentar.

Bayu hendak menghampiri Aga ketika anak yang baru memasuki gerbang hitam yang sudah sedikit berkarat itu tiba-tiba berlari keluar di tengah hujan. Bodohnya, dia mengejar menggunakan mobil, dan Aga berlari ke arah gang sempit yang hanya masuk sepeda motor, membuat Bayu yang baru turun kehilangan jejak dan berlari tak tentu arah sampai tiba-tiba tubuhnya membatu ketika melihat sosok yang di cari sudah tergeletak di atas rumput.

Kulit putranya terlihat pucat, bibir membiru, dengan darah segar uang bercampur air hujan memenuhi dagu sampai ke leher. Tangan Bayu bergetar hebat saat tubuh Aga sudah dalam jangkauannya, dia berlari kesetanan mencari jalan menuju tempat dimana dia memarkirkan mobilnya. Tanpa memasang sabuk pengaman, Bayu segera tancap gas menuju rumah sakit terdekat. Melihat dokter yang kalang kabut saat tubuh Aga tidak merespon oksigen yang di alirkan melalui Ambu bag, Bayu terduduk lemas di lantai UGD yang penuh jejak sepatu. Sampai seorang suster menghampiri dan mengatakan jika Aga sudah siuman dan akan di pindahkan keruang rawatnya, Bayu akhirnya kembali ke dunia nyata.

"Wali pasien Abyan?"

Bayu segera bangkit kemudian mengangguk, "Saya ayahnya, Sus."

"Pasien akan segera di pindahkan ke ruang rawat setelah melakukan beberapa tindakan, Bapak silahkan segera melengkapi administrasinya di resepsionis untuk proses perawatan."

Bayu langsung bergerak menuju resepsionis, dia tidak mau Aga menunggu terlalu lama. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Aga mendapatkan ruang rawat VIP lantai empat, ruang Casablanca 305.

Bayu menunggu di luar ketika dokter mulai memasang kembali alat-alat yang menempel di tubuh Aga. Setelah mengabari keluarganya, Dokter Kemudian memintanya ikut ke ruangan, untuk membicarakan kondisi putranya.

"Kami belum melakukan beberapa tes medis karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan, tapi di lihat dari kondisinya, apakah pasien punya riwayat penyakit?"

Bayu mengangguk singkat, kedua tangannya saling genggam di atas meja dengan papan nama Dr. Haris Nasution Sp. PD-KHOM.

"Dia punya talasemia, Dok. Bawaan lahir, karena saya dan Ibunya pembawa career, sekitar satu Minggu lalu sudah transfusi."

"Pasien mengalami Syok neurogenik
Akibat hipotermia sedang dan anemia, sehingga pasien sempat mengalami henti napas akibat penyempitan pembuluh darah karena suhu tubuhnya di bawah 30 derajat Celcius, untungnya masih bisa di tangani dengan CPR. Seharusnya pasien menjalani transfusi untuk menstabilkan HB-nya, tapi mengingat jarak transfusi sebelumnya yang terlalu dekat, sangat beresiko jika kembali melakukan transfusi. Kita lihat perkembangannya saja, semoga putra bapak tidak perlu melakukan transfusi lagi karena bisa mengakibatkan penumpukan zat besi di organ hati."

"Kami juga menemukan luka lebam di perut pasien, mungkin akan di lakukan CT-SCAN untuk melihat apakah ada luka dalam atau tidak. Sebaiknya bapak lebih memperhatikan kegiatannya di sekolah ataupun di luar, kemungkinan putra bapak mengalami kekerasan jika dilihat dari luka yang tidak mungkin karena terjatuh."

Bayu semakin diam, apakah benar jika putranya mengalami kekerasan? Bukannya dia sekolah di tempat milik orang tuanya? Tapi kenapa?

"Terimakasih, Dok. Saya akan berusaha."

"Baiklah, untuk sekarang putra bapak masih dalam pengaruh obat bius agar dia bisa istirahat total. ... ah iya, jangan biarkan dia terlalu banyak pikiran, karena itu juga bisa mempengaruhi kondisinya."

Bayu kembali mengangguk kemudian mengucapkan terimakasih sebelum keluar dan kembali menutup pintu kayu berwarna coklat itu. Langkahnya yang pelan dengan tatap kosong mulai menajam ketika atensinya melihat siluet perempuan yang sedang berlari sambil menangis di depan pintu ruang rawat putranya. Bahkan Bayu tidak memberi kabar pada Nadya, tapi entah bagaimana perempuan itu bisa tahu jika Aga di rawat di rumah sakit ini.

Tanpa di beri tahu pun, Bayu tahu alasan Aga berlari menerjang hujan dengan seragam sekolah yang masih melekat lengkap di tubuhnya.

"Puas kamu!" Pekiknya ketika wanita yang menjadi ibu biologis Aga itu hendak membuka pintu.

"Seharusnya kemarin, Aga gak usah ikut kamu!"

Darel yang melihat istrinya di bentak tidak tinggal diam, Nadya tak bisa berkata-kata karena apa yang di ucapkan Bayu ada benarnya.

"Tenang, Mas. Ini rumah sakit, jangan membuat keributan. Bagaimanapun, ini bukan sepenuhnya kesalahan Nadya."

"Aku minta maaf, Mas. Aku gak tahu kalau Aga sudah pulang, dan mendengar semuanya."

"Dari dulu, Nad! Sampai kapan ibu kamu selalu menolak Aga?! Dia gak salah, dia gak tahu apa-apa. Sepertinya saya tidak bisa memberikan hak asuh Aga sama kamu, dia akan semakin terluka jika sampai harus ikut kamu!"

"Mas!!"

"Sebaiknya kamu pulang, biarkan putra saya beristirahat."

Setelah mengucapkan itu, Bayu segera masuk ke ruangan Aga kemudian mengunci pintu dari dalam, membuat Nadya mengetuk pintu secara brutal, sampai akhirnya menghilang setelah Bayu abaikan.

Bayu duduk di samping ranjang putranya, putranya yang satu Minggu lalu pulang dari rumah sakit, kini harus kembali ke tempat menakutkan ini. Dan lagi, putranya kembali kesakitan akibat keegoisannya di masa lalu.




**

Note : penjelasan medis di atas hanya karangan semata, terdapat beberapa sumber dari google. Bila ada kesalahan atau penyimpangan dalam penjelasan tersebut harap memaklumi.

Talasemia : kelainan darah dengan kondisi jumlah protein pembawa oksigen kurang dari kata normal.

Syok neurogenik : terjadi akibat cidera tulang belakang, bisa juga akibat hipotermia dan tekanan darah rendah secara bersamaan.


ABYAN (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang