Satpam dengan seragam hitam putih itu dengan sigap membuka gerbang ketika Aga turun dari ojol. Demi apapun, hari ini benar-benar sial, taksi yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang. Sekolah benar-benar sepi karena semua siswa sudah kembali ke rumah masing-masing kecuali Aga, satpam sekolah sudah menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi dasarnya aga itu bebal, dia tetap menolak dengan alasan bahwa papa akan menjemput.
Mungkin secuil percikan sihir Dewi Fortuna datang menciprati remaja yang sudah mati gaya itu. Ketika hendak memanggil satpam, ada ojol datang yang menanyakan nama seorang siswa laki-laki yang katanya memesan ojol. Tapi aga bilang, seluruh siswa sudah pulang kecuali dirinya. Akhirnya Aga memutuskan untuk mengambil alih pesanan, meskipun tidak kenal siapa siswa bernama Nata yang di maksud, aga bilang biar dia saja yang di antar.
Senyumannya kian mengembang ketika melihat mobil yang tidak asing terparkir di halaman, itu mobilnya om Darel, yang sudah pasti ada Mama Nadya juga. Seminggu mendiami seluruh anggota keluarga membuat Aga menyesal dan merasa tak enak. Terlebih perkataan Saga tadi terus terngiang-ngiang. Semakin membuat perasaan aga gundah.
Pintu rumah terbuka lebar, aga dengan santainya memasuki ruangan tanpa menimbulkan suara, niatnya ingin memberi kejutan. Pasti seluruh keluarganya terkejut ketika melihat sosok remaja yang seminggu ini membatu kembali punya nyawa.
Aga sampai terkikik geli membayangkannya.
"Kamu jadi pindah ke Jakarta, Bambang?"
Aga menghentikan langkahnya ketika mendengar suara eyang Mira, ada yang aneh, kenapa suasananya sepi sekali? Aga memilih untuk tetap diam di ruangan dekat pintu masuk, karena ruang tamu rumah Eyang itu ada di tengah-tengah, sehingga aga dengan mudah menguping di balik dinding tanpa perlu ketahuan.
"Jadi, Ma. Sebenernya proses transfer sudah selesai dari lama, tapi karena pekerjaan ku di sana belum selesai, aku memutuskan untuk menunda pemindahan tugas."
Bambang perwira, ayahanda tercinta seorang Kalandra Saga. Seorang perwira menengah TNI angkatan darat, sudah sepuluh tahun bertugas di pulau Sumatera, dan akhirnya kembali bertugas di pulau Jawa.
"Lalu, kapan mas Bambang akan pindah?"
Ini suara papa, aga sangat kenal.
"Minggu depan, Sonya juga sudah mengurus kepindahan sekolah Saga, kami akan tinggal di rumah dinas."
"Mama akan kami bawa," sahut Mami Sonya.
Aga merasa jika kakinya mulai lemas, sakit yang sudah hilang seolah datang kembali. Pikirannya kosong, kemudian mulai berkelana membayangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi selanjutnya.
"Terus Aga gimana? Masa dia tinggal sendirian?"
Sahutan Mama Nadya kali ini sukses membuat Aga kehilangan tenaganya dan meluruh ke lantai. Hatinya sakit, air mata yang sedari tadi mengembun mulai luruh. Aga tidak menyangka jika Mama akan berkata seperti itu.
"Gimana? Bukannya kamu akan pindah ke perumahan ini, Nadya?"
Kali ini Eyang Mira yang menjawab, aga bahkan baru tahu jika Mama akan pindah.
"Kamu yang bertanggung jawab mengurus Aga."
"Tapi hak asuh Aga ada pada mas Bayu, bukan aku."
Bayu menatap Nadya dengan sengit, "lalu, tujuan kamu pindah kesini apa?" Ucap Bayu, kemudian pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya pelan, "ah, aku ngerti. Kamu masih sama ternyata, perempuan egois yang lebih memilih karier daripada anaknya." Trisha yang mendengar segera mengikuti perut suaminya, harusnya Bayu bilang jika mereka yang akan merawat Aga, seperti yang mereka rencanakan semalam. Bukannya memperumit keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYAN (end)
Teen FictionJika bisa memilih, mungkin seorang Abyan Naraga juga tidak ingin lahir dari 'sebuah kesalahan'. Sejak lahir, Aga di rawat oleh eyang dari Papa, karena kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah, usia yang masih muda membuat mereka merasa tak bisa m...