#04

610 104 47
                                    

Rasanya aku benar - benar tidak menginginkan hari ini terjadi.  Bertemu dengan Pak  Jungkook saja sudah membuat hidupku suram apalagi setiap hari harus mengurus iblis yang satu itu.

Beberapa karyawan wanita meliriku dengan tatapan sinis dan berbisik - bisik ketika aku sedang melewati mereka. Aku memperhatikan name tag baruku yang menjadi perhatian karyawan - karyawan disini, mereka pasti merasa iri atau setidaknya kesal karena aku yang terbilang belum lama bekerja terpilih menjadi sekretaris Pak Jungkook.

Sebenarnya ini sudah berlangsung selama beberapa hari, tetapi aku berusaha mengabaikannya saja. Tanpa peduli apapun, toh kita ini hanya punya dua tangan tidak akan bisa menutup ratusan mulut di luar sana yang membicarakan kita entah itu benar atau salah, tetapi kita bisa menggunakannya untuk menutup telinga kita.

Aku yakin mereka pasti iri karena aku bekerja untuk seorang Jungkook. Wanita mana sih yang gak mau deket - deket sama Pak Jungkook setiap hari? Ada sih, yaitu aku. Mereka belum mengenal saja watak dan karakter Pak Jungkook nanti kalau kena marah pasti pada kabur.

Aku meletakan tasku asal lalu menjatuhkan diri di kursi kubikelku yang lumayan nyaman. Ah, begini rasanya tenang sekali.

" Pak Jungkook manggil kamu,"

Aku segera terlonjak, ah baru beberapa detik menikmati napas dengan tenang, kini pria itu sudah mengusiku kembali.

Aku melangkah masuk setelah mendapat izin dari sang pemilik untuk memasuki ruang kerja yang sedikit bernuansa gelap.

" Bapak ada apa manggil saya?," tanyaku ketus setelah beberapa detik sampai di depan meja Pak Jungkook, sekilas Pak Jungkook menatapku.

" Jadwal hari ini apa?ada meeting atau aktivitas diluar yang penting?,"

" Hari ini hanya ada meeting bersama penerjemah, sebenarnya pertemuan biasa, sisanya free..". Ujarku dengan nada malas dan ah, sedikit mengantuk.

" Bagus, kita ke rumah saya sekarang,"

" Hah??, ngapain?"

" Ada sesuatu yang harus kamu kerjakan, saya malas kalau kamu nanya - nanya."

" Oh iya satu lagi, kita pergi belanja bahan masakan dulu,"

Mampuslah. Aku kan gak bisa masak!

" Buat apa?," tanyaku polos, pikiranku benar - benar kacau apalagi ditambah rasa kantuk efek semalaman penuh marathon drama favoritku. Pak Jungkook menatapku dengan sedikit helaan napas.

" Kalau bahan masakan biasanya buat apa? Bikin rumah?," aku menatap kesal wajah menyebalkan Pak Jungkook mulai terpasang lagi.

" Saya gak bisa masak!,"

" Belajar,"

" Saya ini mau kerja bukan mau belajar!,"

" Bekerja sambil belajar emang salah?,"

" Gak ada yang bilang salah,"

" Itu tau, nurut aja jangan bawel,"

" Bapak itu sebenarnya nyari sekretaris atau asissten pribadi atau istri si? Ribet banget tugasnya, nyebelin pula!,"

Aku menggerutu kesal. Seharusnya kemarin aku menanyakan hal itu dengan jelas sebelum menerima tawaran menjadi sekretaris Pak Jungkook. Disaat genting, otak yang selalu aku banggakan memang tidak memberikan reaksi apapun dengan cerdas.

" Kamu kenapa tanya itu?"

" Karena saya merasa begitu,"

" Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Pernah dengar pribahasa itu?,"

 Playboss [BOSS Kampret]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang