#19

508 93 66
                                    

Sudah tiga minggu aku menemani Pak Jungkook memimpin divisi  di kantor cabang. Selama tiga minggu itu pula, aku dibuat pusing dengan tingkah laku karyawan disini. Tidak salah kalau divisi ini dianggap anak tiri oleh J'Corp. Divisi ini mempunyai kantor yang terpisah dari pusat. Karyawan yang direktrut pun hanya tujuh orang.

Aku tidak paham dengan cara kerja maupun jobdesk di divisi ini. Ini sangat tidak logis menurutku, ada dua orang yang  bertugas menjadi apa saja bahkan bisa merangkap jadi tukang masak dan tukang bersih - bersih.

Enggak logis banget kan ya? Ini Divisi pakaian, tetapi yang lulusan fashion designer hanya satu orang itupun sama sekali tidak expert.

" Pak saya potong gaji enggak apa - apa deh, asal pindah ke pusat," aku memijat pelipisku yang terasa pening setelah berhasil menganalisa karyawan di divisi ini.

" Enggak boleh,"

" Kenapa?,"

" Susah senang harus bersama. Enak aja kamu ninggalin saya sendirian,"

Aku menghela napas panjang.

" Bukannya bapak yang sok iya ngotot mempertahankan divisi ini?"

Pak Jungkook menatapku dengan tatapan lelah. Sungguh gantengnya maksimal sekali itu.

" Saya tidak tahu kalau akan separah ini,"

" Ya sudah tinggal bubarin aja kan situ boss,"

" Kamu lihat kan waktu itu saya sekeren apa pas rapat? Enggak mau saya,"

Aku tidak habis pikir. Enggak karyawan engga boss sama saja. Sama - sama stress dan aneh.

Aku menjitak pelan kepala Pak Jungkook.

" Enggak usah narik saya ke lobang neraka juga dong!,"

" Enggak apa - apa masuk neraka yang penting kan hasil usaha sendiri,"

" Berisik!,"

" Kamu ngatain saya berisik?"

" Bawel!,"

" Kamu ngatain saya bawel?"

Pak Jungkook mencubit pipiku gemas.

" Sekali lagi kamu ngatain saya, pipi kamu ini tidak akan selamat,"

" Ini namanya kekerasan dalam rumah kerja!"

" Mana ada rumah kerja,"

" Suka - suka saya,"

" Kamu suka saya?,"

" Bapak Congek?,"

" Kamu kerjaannya setiap hari gelut terus sama saya,"

" Siapa yang ngajak ribut duluan?,"

" Manis sedikit kalau sama calon suami itu,"

Aku menatap sebal dan membuang napas kesal.

" Rapat sama Tzuyu jam tiga nanti,"

Balasku ketus. Sekedar informasi, Tzuyu langsung menandatangani kontrak kerja sama perusahaan ketika diminta. Padahal, dengan segudang prestasi Tzuyu di bidangnya aku yakin banyak perusahaan besar yang meminangnya sebagai desaigner utama atau  juga bisa langsung membuka brand sendiri.

" Kamu bawa jas saya?,"

" Bawa. Saya sudah mirip seperti babu bapak sepertinya"

" Bukan mirip, tapi sudah terlaksana,"

" Bapak mau mati hah??!"

" Kalau saya mati jodoh kamu siapa?,"

" Banyak yang mau,"

 Playboss [BOSS Kampret]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang