Siap2 dibuat oleng,
BANYAKIN KOMEN DITIAP PARAGRAF KOMENTAR,
BIAR BOBA NEXT CEPET😩VOTE + KOMEN UP!
_ALANSKA_
"Dan lo mau bilang Laluna masih hidup tapi lo nikahin gue sama kembarannya, bukan sama Laluna?" Alanska terkekeh tak menyangka, "Kurang ajar lo!"
Alanska mengumpulkan semua jawaban teka-teki selama ini sehingga Arkan kini memilih bungkam. Arkan diam berarti Alanska benar?
"Kalo sekarang Laluna masih hidup gue mohon dengan segenap nafas ini buat lo bilang sejujur-jujurnya dia ada dimana....?" Lirih Alanska sangat jarang terdengar ditelinga siapapun. Alanska menjatuhkan lututnya dihadapan Arkan, memohon pada kakak lelaki gadis yang ia cinta.
"Gue udah kangen berat sama Laluna sampe gue lupa tujuan hidup gue apa, apa yang harus gue priorotasin, apa yang harus gue kejar saat orang yang gue sayang aja udah pergi. Gak ada lagi yang gue tunggu, hidup gue datar, sunyi, sepi, gelap, burak, bahkan gue nyadar gak pantes buat bahagia." Papar Alanska tanpa mengurangi rasa pilu didalamnya. Lelaki ketus, kejam, dingin bermulut lemes satu ini ternyata memiliki nada pelan sendu juga.
"Gue gak berhak bahagia, karena udah gak sama Laluna"
"Lo berhak bahagia tanpa Laluna tapi sama Laura." Potong Arkan cepat.
"Gue gak mau nyakitin dia lebih dalam dari ini, apa yang gue lakuin emang salah, gue nyadar buat hal ini tapi semua yang gue lakuin ke dia diluar kendali gue sebagai seorang suami. Karena gue terus berasumsi dia gak bakal bisa jadi cewek seistimewa Laluna. Hanya Laluna. Cuma Laluna. Laluna satu, Laluna selamanya. Lo tau Ar? Gue hampir gila kalo sehari gak ngebayangin dia bahkan dalam tidur gue." Alanska tersenyun getir.
Arkan menggeleng pelan, tubuhnya hanya bisa terdiam untuk mendengar lebih lanjut apa yang dirasa Alanska terhadap Laluna sehingga Laura selalu tak memiliki tempat dihati Alanska. Mengapa Alanska begitu kokok mempertahankan Laluna? Dibuat buta kah mata dan hati Alanska?
"Kalo lo bilang gue belum selesai sama masa lalu gue, itu lo benar. Masa lalu gue belum selesai tapi masa depan Laluna udah gak ada. Gue kecewa Ar gak bisa sedetik lebih cepet buat nahan dia pergi, andai gadis gue dulu bisa selamat dari kecelakaan itu mungkin saat ini gue gak bakal benci Laura buat nyalahin penyesalan dan kekecewaan."
Arkan telah menyiapkan diri untuk membogem bagian tubuh Alanska lagi mendengar sesosok Laura hanya dijadikan sebuah pelampiasan rasa kecewa, tangannya telah mengep penuh amarah namun tertahan, ia masih ingin mendengar satu alasan dari lelaki itu tentang seberapa pentingnya Laura dalam hidup Alanska.
Alanska memberanika diri untuk pernyataan kali ini, "Laluna.. buat gue berhasil ngelewatin maut didepan mata disaat pembunuhan berantai waktu ayah gue dituduh koruptor diperusahaan."
Deg! Pembunuhan berantai?
"Cuman Laluna yang relain punggung dia terkena sepercik beling demi ngelindungin gue dibawah meja kantor. ADIK LO AR, LALUNA!" Kata Alanska ngegas.
Arkan mengingat ini, mengenai kejadian bertahun-tahun silam yang tak bisa ia kubur dalam-dalam ternyata ada sangkut paut dengan Alanska kecil. Lelaki itu bukan lelaki tangguh sungguhan, pikir Arkan.
"Ini kenapa sayang kok punggung kamu ada luka baret gini? Bilang sama abang siapa yang ngelukain kamu? Ya Allah sayangg,"
Gadis kecil berkuncir rambut dua dengan gaun soft pink itu menggeleng. "Abang tau ga, tadi waktu Luna ke kantol papa Luna ketemu temen, dia cakep tapi dia gak mau makan. Dia kuyus, ceking, klempeng, kayak cacing kejepit lemari,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANSKA
Teen Fiction"Lo harus hamilin gue." Mata Alanska berkedut kaget. "Sinting lo?" "Gue cuma minta buat lo hamilin gue apa salah?" "Salah lah. Otak lo dimana sih? Dipikir ngehamilin orang pake adonan bakwan terus digoreng?" Alanska benci Laura. Gadis gila dengan se...