22. | Dalang Dibalik Cerita

44K 4.8K 4.2K
                                    

_ALANSKA_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_ALANSKA_

Ketika aku mencintai seseorang dihatiku, maka perasaanku tak akan pernah berubah meski kesalahannya terfatal didunia. Karena yang lelah hanya fisik ku tidak dengan hatiku yang mencintainya. -Laura Queenastelle

"SKA MALAM PERTAMA DI RUANG MAYAT YOK!"

Laura menseriuskan mimiknya, "Gratis sumpah gausah bayar!"

Alanska menatap kaget. Melirik kecil dari sudut matanya. "Bukannya malam pertama yang ada lo kesurupan bego"

"Palingan ada mayat doang disana itu juga diem doang sih hehe" Tambah Laura semakin terbahak-bahak.

Seusai memasuki ruang rawat Laura dirinya menghela nafas berat dan berjalan ketepi bangkar. Bunda Aela menyuruhnya untuk menjemput Laura agar pulang ke rumah. Alanska hanya mengetahui bahwa Laura dilarikan kerumah sakit karena kecapean dan Alanska masih menyadari bahwa gadis itu tetaplah istrinya.

Wajah Laura ditekuk sedemikian rupa. "Ska kenapa sih gak jawab terus, diem mulu kayak calon-calon mayat udah kepengen ya jadi almarhum?"

"Ska udah makan? Minumnya gak lupa kan? Takut keselek terus mati hehe. Dateng ke sini naik apa? Tadi hujan loh Ska gak naik motor kan? Mobil aja gapapa lama, macet juga gapapa Loly tunggu kok, bunda bilang kamu gaenak badan mangkan-"

"Bisa diem?" Ucap Alanska dingin.

"Bisa, tapi gak mau!" Bantah Laura. Cukup alis Alanska terangkat satu sebagai tanda bertanya. "Soalnya ada kamu disini jadi mulut Loly gak pernah bisa buat diem,"

"Kenapa?"

"Karena mulut Loly mau angkat bicara tentang arti kebahagiaan."

"Tapi gue gak bahagia sama lo" Tindas Alanska.

"Itu kata mulut kamu bukan hati kamu." Sahut Laura lebih cepat.

Alanska menoleh kearah Laura dengan mata memincing heran, "Sok tau banget sih tentang hati gue. Oh sekarang ceritanya udah mau jadi peramal?? Sampe kehidupan gue, hati gue, otak dan semua tentang gue udah lo ketahuin gitu? Cih, najisin banget lo!"

"Terserah kamu mau bilang apa. Intinya kepala kamu batu banget buat nyadarin kalo kamu udah suka sama aku!" Apakah ucapan Laura nyata?

Alanska menggeleng terkekeh, meremeh. "Gue apresiasiin kepedean tingkat akut orang gila macam lo."Hati mana yang tak tertusuk diucapkan demikian?

Alanska mencondongkan badan agar wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Laura yang terbaring diatas bangkar. Ia menatap kedua bola mata itu dalam-dalam dengan bergantian. Alanska melihat ada genangan air disudut mata Laura namun ia tak mengetahui itu genangan air apa.

Laura menelan salivnya menahan sedemikian rupa hingga akhirnya kata itu lolos dari bibir ranumnya. "Dari hati, mata dan sikap kamu. Loly emang bodoh disegala hal, bahkan kamu bilang juga Loly gak punya otak kan? Tapi jangan remehkan Loly soal perasaan karena sekalinya Loly suka, mata Loly tahu kemana hati kamu mengarah Ska. Karena hati kamu sekarang, sama hal nya hati Loly dulu. Jangan main-main sama orang yang udah kenal perasaan, karena yang bicara bukan lagi mulut melainkan hati."

ALANSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang